Tuesday 6 October 2009

Sahabat Menurut Sunni dan Syiah


Ali Abidin
Situs Tasawuf, 16 Maret 1999


Catatan blogger:
Rosulullah pernah bersabda dalam sebuah hadits yang kuat bahwa "ummat Islam terpecah dalam 73 golongan, semua masuk neraka kecual satu golongan". (Seorang teman yang beraliran Islam liberal atau Islam sinkretis model Mario Teguh Golden Ways menafsirkan lain hadits tersebut. "Semua masuk surga kecuali satu golongan", seolah-olah Rosulullah bergurau dengan hadits-haditsnya sehingga boleh diartikan sesukanya.

Jika hadits tersebut benar, dan Rosul selalu benar dengan perkataannya karena telah dijamin oleh Allah, maka sebagian besar dari kita umat Islam adalah calon penghuni neraka karena memiliki keyakinan yang salah dengan agamanya. Dan dalam konteks ini mempelajari sejarah awal Islam dan sifat sahabat-sahabat Rosul adalah sangat vital, karena dari merekalah ajaran Islam sampai kepada kita.


-----------------


Assalaamu 'alaikum wr. wb.

Karena sampai saat ini tidak ada cerita lanjutan mengenai Fenomena Shahabat dan saya memang sebenarnya tidak berminat gebug-gebugan, tetapi saya juga tidak ingin masalah ini dibiarkan menggantung maka berikut saya kutipkan sebagian dari pemahaman saya mengenai fenomena shahabat menurut Sunni dan menurut Syiah. Tulisan ini cukup panjang
tetapi barangkali memberikan prespektif lain dalam fenomena sahabat tersebut. Dan saya harapkan anggota milis memahami mengapa sebagian ulama sunni menganggap kaum syiah menodai kesucian sahabat Nabi. Dan juga memahami dasar-dasar argumen masing-masing pihak.

Barangkali sebagian dari pemahaman saya ini salah, maka anggota milis dapat memberikan masukannya.
.
=============
Definisi Shahabat
=============
Shahabat sesuai definisi yang disepakati adalah semua orang yang hidup sezaman dengan nabi Muhammad SAAW dan telah memeluk islam pada saat tersebut, serta pernah bertemu muka dengan Rasulullah SAAW pada masa hidupnya.

Dengan definisi di atas maka jumlah shahabat adalah ratusan ribu, menurut riwayat yang dipercaya bahwa pada haji wada' maka peserta haji wada' tersebut berjumlah sekitar 140000 (seratus empat puluh ribu), seluruhnya perdefinisi adalah shahabat, tidak terhitung muslim lain yang pernah bertemu dengan Rasulullah meski tidak ikut Haji Wada' tersebut.

Definisi seperti di atas perlu dipahami dengan baik, karena barangkali sebagian orang berpikir bahwa shahabat cuman beberapa puluh orang yang selalu bersama nabi. Sahabat bukan cuman segelintir Muhajirin dan Anshor yang diceritakan dalam peristiwa Hijrah. Sahabat adalah ratusan ribu orang yang bahkan sebagian besar namanya tidak tercatat dalam sejarah.

=========================
Kualitas Shahabat menurut Sunni
=========================
Generasi shahabat adalah generasi yang mulia yang langsung dididik oleh Rasulullah SAAW. Rasulullah SAW yang mulia menanamkan sendiri dengan tangannya yang mulia tentang ajaran islam ke dada sahabat-sahabatnya. Sebegitu mulianya mereka ini sehingga dalam mustalah-hadist Kutubush-sittah maka tidak perlu dilakukan Jarh-wa Ta'dil terhadap generasi shahabat. Seluruh sahabat otomatis adalah Udul.

Sikap mereka tersebut berdasarkan pernyataan ayat al Qur'an yang mendeklarasikan ke'adalahan sahabat. Ayat-ayat itu antara lain terdapat pada QS. Attaubah:117: "Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang- orang Muhajirin dan rang-orang anshar". Juga QS. Attaubah:100. "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla kepada mereka dan merekapun ridla kepada Allah".

Dan Rasulullah Saw. dalam banyak kesempatan telah berwanti-wanti agar tidak mengusik harga diri dan kedudukan sahabat, mengingat kedudukan mereka yang mulia di sisi Allah Swt. Rasulullah Saw. bersabda: "Jangan kalian kecam sahabat-sahabatku" (Hadist Mutatafaq 'Alaih).

Oleh karena itu maka seluruh shahabat adalah manusia yang adil, manusia yang telah mendarma-baktikan seluruh hidupnya untuk bahu-membahu menegakkan islam bersama Rasulullah. Pendek kata shahabat tidak mungkin melakukan perbuatan yang melawan ajaran agama.

========================
Kualitas Shahabat menurut Syiah
========================
Alquran merekam kualitas keimanan kaum muslimin di sekitar nabi (red : baca sebagai shahabat), diantaranya dicantumkan dalam surat Attaubah.

Pada beberapa puluh ayat pertama, menerangkan tentang perintah untuk memutuskan perjanjian dengan kaum musyrikin quraish. Sedang ayat-ayat berikutnya menceritakan kualitas orang orang yang mengaku islam di sekitar nabi (= shahabat). Ayat 100 yang dijadikan landasan 'udul' nya sebagian shahabat oleh sebagian ulama sunni misalnya, langsung disambung dengan ayat 101 yang menceritakan bahwa sebagian lainnya adalah munafik, serta sebelumnya ayat 97-98 menjelaskan bahwa sebagian muslim di sekitar
nabi itu adalah badui yang 'lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasulnya', 'amat sangat kekafirannya', 'merasa rugi menafkahkan zakat' dll. Sebagian lagi diterangkan dalam ayat 102 adalah "mereka mencampur-baurkan perkerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk".

Bahkan dalam memahami QS Attaubah:100 (dan 117) di atas dimana Allah mengatakan Ridho terhadap mereka. Maka ayat tersebut menunjuk pada SEBAGIAN (bukan SELURUHNYA) diantara Muhajirin dan Anshar yang pada peristiwa hijrah ("DI ANTARA orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik") + orang-orang muslim lainnya yang mengikuti mereka dengan baik. Orang yang tersangkut dalam peristiwa hijrah paling hanya ratusan orang dan bukan 140.000 orang,
apalagi Allah mengatakan bahwa hanya SEBAGIAN diantara mereka yang diridhoi oleh Allah SWT jadi mungkin hanya puluhan saja yang masuk dalam QS 9:100 tersebut. Untuk orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini maka kaum muslim diperintahkan menghormati mereka. Sebagian besar diantara mereka ini adalah 70 syuhada dalam perang Uhud.

Rasulullah menghadapi tantangan yang keras dari luar dan dalam dalam menegakkan Diin. Dari luar beliau menghadapai kaum musyrikin Quraish, Yahudi dll yang tiada hentinya berusaha memadamkan cahaya Allah. Dari dalam beliau mendapat kesulitan yang pahit dalam menanamkan penghayatan yang benar tentang Islam ke dalam jiwa orang-orang yang mengaku islam tersebut. Hal ini direkam dalam hampir keseluruhan surah attaubah tersebut. "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min. (QS. 9:128)"

Rasulullah SAW tidak mengajarkan agama islam kepada shahabatnya dengan cara yang gaib, melainkan sesuai sunnatullah. Prestasi yang mengagumkan bahwa dalam 23 tahun beliau berhasil menarik 140.000 pengikut. Beberapa ratus diantara 140.000 shahabat tersebut yang memahami islam dengan benar. Beberapa gelintir diantara mereka telah mampu mensucikan jiwanya sampai dengan tahap tertentu, sebagian kecil lagi yaitu yang disebut ahlulbait telah mencapai puncak kemanusiaan yaitu telah bertemu diri.

Sebagian besar dari 140.000 masyarakat muslim yang hidup pada zaman nabi adalah muslim yang mentah dalam memahami diin-nya. Beberapa muslim bahkan mungkin berubah murtad kembali setelah meninggalnya Rasulullah SAAW seperti disinyalir dalam QS 3:144 dan 5:54.

Kebanyakan dari 140.000 orang tersebut masuk islam karena menyerah dalam perang Khaibar, ataupun Fatah Mekkah serta perang-perang lain yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir menjelang wafatnya Rasulullah. Sebagian diantara orang yang menyerah (dan mengaku sebagai muslim) ini bahkan memiliki kedengkian yang besar terhadap Rasulullah dan orang orang terdekatnya karena kekalahan dalam peperangan dengan Rasulullah SAAW, karena terbunuhnya anggota keluarga mereka oleh Rasulullah dan
orang-orang terdekatnya.

Sebagian lagi bahkan cuman manusia badui yang memiliki kapasitas terbatas untuk mampu mengembangkan diri (seperti Islamnya sebagian besar kaum 'sangat awam' di Indonesia).

Hanya sedikit diantara 140.000 orang tersebut yang benar-benar memiliki kesempatan untuk selalu berkumpul dengan Rasulullah, sehingga Rasulullah mampu menanamkan benih keimanan di dalam hati mereka. Hanya sebagian kecil diantara yang berkumpul dengan Rasulullah ini yang mencintai Rasulullah SAAW lebih daripada mencintai dirinya sendiri. Hanya sebagian kecil lagi yang mencintai Rasulullah ini mampu mengembangkan jiwanya hingga ke tingkatan jiwa yang cukup tinggi apalagi hingga 'bertemu diri'
sehingga menjadi ahlulbait seperti yang dijamin dalam QS 33:33, serta dalam hadist al-kisa yang menerangkan ayat di atas.

Komposisi 'Shahabat' menurut kacamata syiah barangkali dapat diterangkan sbb:
1. Segelintir manusia yang mencapai puncak kemanusiaan. Yang telah bertemu diri yaitu 'ahlulbait nabi' QS 33:33.
2. Orang-orang yang memahami islam dengan cukup baik dan telah menjalankan pensucian jiwa hingga tingkatan tertentu QS 9:100 dll.
3. Orang-orang islam yang 'berkerumun di pinggir jalan', yang berkeinginan untuk melakukan pensucian jiwa meski belum tahu caranya.
4. Orang-orang yang biasa-biasa saja dalam keislamannya 'mereka mencampur-baurkan perkerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk' QS 9:102.
5. Orang-orang badui yang tidak memiliki penghayatan yang benar dalam beragama. Masuk islam hanya karena 'trend'. Orang-orang 'sangat awam' yang memiliki penghayatan agama sangat dangkal.9:97
6. Orang-orang yang masuk islam karena terpaksa, yang membenci nabi dan orang-orang terdekatnya karena terbunuhnya keluarga mereka. Mereka inilah yang dicap sebagai Allah sebagai kafir & munafik meski mengaku sebagai islam. Mereka tidak menginginkan kebaikan apapun bagi kaum muslimin. "Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi" QS 9:61
7. dll...dll seperti yang dijelaskan dalam surat At-taubah.

Pendek kata, dalam kacamata syiah maka dari 140.000 shahabat ini tidak lantas semuanya sudah 'bertemu diri' sehingga perkataan dan perbuatan mereka pantas dijadikan sumber dalam beragama. Tidaklah lantas mengecilkan keberhasilan Rasulullah, bahkan merupakan sukses sangat besar bahwa Rasulullah berhasil menciptakan misalnya 10 orang yang bertemu diri dari 140.000 muslim saat itu, serta puluhan orang lainnya yang berhasil menaikkan tingkatan jiwanya diantara Muhajirin dan Anshar.

Tetapi Rasulullah juga tidak berdaya memadamkan seluruh kebencian di hati sebagian orang muslim taklukan perang, sebagian diantara mereka dicap Allah sebagai Munafik dan Kafir.


========================
Kaum Syiah mengecam Sahabat ?
========================
Dengan keyakinan bahwa tidak seluruh sahabat memang berkualitas untuk dijadikan sumber agama maka hadist-hadist dalam khazanah syiah hanyalah diriwayatkan dari orang-orang tertentu (dengan kata lain, jarh wa ta'dil dilakukan juga terhadap shahabat). Dengan keyakinan serupa maka tingkah laku sebagian sahabat diulas nyata-nyata sangat merugikan islam. Sebagian Ijtihad yang dilakukan sahabat ditolak oleh kaum syiah, sedangkan kaum sunni menerima semua ijtihad sahabat. Karena kaum syiah menceritakan tingkah laku sebagian sahabat yang sangat merugikan islam, kaum syiah dianggap 'mengkafirkan' dan mengecam shahabat.

Secara umum, kaum sunni menganggap tingkah laku semua sahabat tidak layak untuk dikecam, semua tingkah laku mereka dianggap 'bukan mereka yang menggerakkan tangan mereka melainkan Allah, bukan mereka yang menggerakkan mulut mereka melainkan Allah dst'. Sedangkan kaum syiah tidak menerima demikian.

Dengan pandangan seperti itu maka tingkah laku Muawiyah (shahabat yang masuk islam setelah fatah mekkah ?) yang menyerang kekhalifahan Ali dianggap 'atas kehendak Allah', tidak secuilpun ulama sunni mengecam Muawiyah bahkan menceritakan kebaikan Muawiyah dalam banyak hadist. Mengapa? karena Muawiyah adalah sahabat nabi !. Sedangkan ulama syiah mengecam tingkah laku Muawiyah habis-habisan. Ulama sunni juga
menceritakan kebaikan Abu Sufyan (sahabat yang masuk islam pada fatah mekkah) karena dia adalah sahabat, sedangkan ulama syiah menceritakan busuknya kebencian Abu Sufyan terhadap islam.

Sampai titik kecaman terhadap Muawiyah dan Abu Sufyan barangkali masih tidak menjadi masalah yang berat bagi sebagian ulama sunni karena dalam hati sebenarnya mudah mengakui bahwa kedua orang tersebut bukanlah manusia yang 'mulia'.

Nah berikut ini barangkali menjadi masalah yaitu kerika menyangkut penolakan terhadap sebagian ijtihad dari orang-orang yang dianggap tokoh-tokoh utama dalam sejarah islam seperti Abu Bakar, Umar dan Aisyah.

Kaum syiah menolak ijtihad Umar bin Khattab tentang sholat Tarawih dan Nikah Mutah maupun dalam beberapa hal lainnya karena dianggap bertentangan dengan kata-kata Rasulullah SAAW sendiri. Karena kaum syiah berani menolak ijtihad Umar maka dikatakan menodai kesucian sahabat Rasul. Kaum syiah juga menolak keras ijtihad Abu Bakar dalam hal 'Tanah Fadak', yang mengakibatkan memutus urat nadi ekonomi ahlulbait nabi.

Karena penolakan ini maka kaum syiah dianggap mengecam shahabat. Kaum syiah juga menolak ijtihad Aisyah yang menggerakkan ribuan muslim menyerang khalifah Ali sehingga mengakibatkan ribuan kaum muslimin tewas. Karena penolakan ini maka dianggap kaum syiah menodai kehormatan sahabat nabi.

Karena kaum syiah juga menolak sebagian ijtihad tokoh-tokoh utama islam maka disinilah kaum syiah dikecam habis-habisan. Ulama sunni menerima apapun ijtihad ketiga orang di atas dan dianggap tidak mungkin mereka melakukan kesalahan. Sedangkan ulama syiah menganggap salah sebagian ijtihad mereka.

Wassalaamu 'alaikum wr. wb.


Saya kutipkan sebagian ayat-ayat dalam surat attaubah tsb:

Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan kami siksa dua kali kemudian mereka akan di kembalikan kepada azab yang
besar. (QS. 9:101)

Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukan dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu). (QS. 9:56)

Di antara mereka ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan:"Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya". Katakanlah:"Ia mempercayai semua apa yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mu'min, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu". Dan orang-oang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (QS. 9:61)

Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya yang labih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mu'min. (QS. 9:62)

Tidakkah mereka mengetahui bahwasannya barangsiapa menentang Allah dan Rasuil-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itulah adalah kehinaan yang besar. (QS. 9:63)

Mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, DAN TELAH MENJADI KAFIR SESUDAH BERIMAN, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka denga azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (QS. 9:74)

1 comment:

masocad said...

assalamualaikum.
penjelasan yang lumayan gamblang tentang perbandingan memaknai shahabat dari kalangan sunni maupun syiahd, tapi barangkali dalam definisi shahabat bisa ditambahi bahwa mereka meninggal dalam keadaan islam, artinya jika ada seseornag bertemu Nabi dan beriman kepada beliau namun setelah itu nau'udzubillah murtad dan mati dalam keadaan kafir maka tidak bisa disebut sebagai shahabat.
para shahabat semua adalah mulia, dan para ulama sunni mengatakan bahwa Allah meridhoi mereka dan mereka ridho terhadap Allah bukan berarti mereka bebas dari dosa, karena mereka juga manusia biasa, yang perlu dipahami adalah bahwa amalan mereka itu semua dikehendaki oleh Allah karena keimanan mereka, dan mereka melakukan amalan adalan semuanya ikhlas dan sesuai dengan apa yang diperintahkan, maka ketika mereka lalai, berbuat dosa mereka akan segera istighfar dan tidak mengulangi hal itu lagi.
perlu dipahami bahwa dalam kajian akidah ada bab bekenaan dengan iman kepada takdir, secara ringkas ada materi yang menerangkan bahwa amalan manusia itu tidak terlepas dari kehendak Allah. ada istilah iradah kauniyyah dan ada iradah syariyyah, ringkasnya Allah menghendaki kebaikan kepada semua manusia (iradah syariiyyah), namun karena menusia diberi pilihan maka banyak dari mereka yang lebih memilih keburukan, dan itu tidak terlepas dari kehendak Allah (iradah kauniyyah.para sahabat pun demikian.
ulama sunni mengatakan bahwa orang syiah mengecam sahabat, dan memang demikianlah keadaannya, bukan hanya menolak ijtihad sahabat namun juga bahkan mencela mereka silahkan lihat http://www.almanhaj.or.id/content/376/slash/0

wallahu ta'ala a'lam