Sunday 30 August 2015

Perang Total di Yaman yang Terabaikan

Indonesian Free Press -- Tanpa mendapatkan perhatian publik dunia karena minimnya pemberitaan, konflik di Yaman telah memasuki tahap yang sangat memprihatinkan, yaitu perang total.

Selain serangan udara besar-besaran yang telah berlangsung sejak bulan Maret lalu, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan sejumlah sejumlah negara Arab hingga Al Qaida telah melancarkan perang total di Yaman. Setelah blokade laut, kini pasukan darat Arab bahkan telah menginvasi Yaman.

Seperti dilaporkan wartawan senior Tony Cartalucci di situs Land Destroyer tanggal 27 Agustus lalu, sepasukan Arab terdiri dari sekitar 1.000 hingga 3.000 personil dan diperkuat dengan 100 tank tengah bergerak ke utara setelah mendarat di Aden. Tujuan pasukan itu adalah Sana'a, ibukota Yaman yang dikuasai Gerakan Ansarullah yang diperkuat oleh kelompok Houthi dan loyalis mantan presiden Ali Abdullah Saleh.

Pasukan tersebut diperkuat dengan tank-tank utama (main battle tank) Leclerc buatan Perancis. Dengan jumlah 100 tank, angka itu setara sekitar 1/3 dari seluruh tank yang dipunyai Uni Emirat Arab.

Langkah ini, bisa menunjukkan optimisme yang berlebihan Saudi dan sekutu-sekutunya akan prospek perang total di Yaman. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan keputus-asaan Saudi dan sekutu-sekutu Arabnya, setelah gagal melemahkan kekuatan Gerakan Ansarullah meski telah digempur habis-habisan selama berbulan-bulan. Namun apapun itu, ini akan menjadi perang besar yang berlarut-larut dan berakhir dengan kekalahan Saudi dan sekutu-sekutu Arabnya.

Kecuali beberapa negara Maghribi (Arab Afrika Utara), Iran dan Suriah, Saudi dan negara-negara Arab tidak pernah memiliki pengalaman perang total yang berkepanjangan. Dan jangankan perang di negara musuh, bahkan berperang di negara sendiri pun mereka tidak pernah.

Di kebanyakan negara-negara Arab, terlebih Saudi dan negara-negara Arab Teluk, ikatan kesukuan lebih penting daripada ikatan nasionalisme. Itulah sebabnya, ketika diserang oleh negara asing, para tentara Arab lebih memilih menyelamatkan diri dan keluarganya daripada mempertahankan setiap jengkal wilayah negara. Terbukti, puluhan ribu tentara Irak kocar-kacir menghadapi ratusan ekstremis ISIS tahun lalu hingga dalam waktu singkat gerombolan teroris itu bisa menguasai hampir separuh wilayah Irak. Terbukti juga beberapa insiden dimana pasukan Saudi meninggalkan pos-posnya begitu saja ketika diserang oleh milisi Yaman.

Sementara mereka menghadapi Yaman, negeri yang memiliki sejarah panjang yang diwarnai peperangan-peperangan besar. Tahun 1960-an, misalnya, Yaman mendapatkan serangan sejumlah negara asing, terutama Saudi Arabia dan Mesir, yang berebut pengaruh di negara itu. Maka hampir bisa dipastikan, Saudi dan sekutu-sekutunya akan mengalami kekalahan yang menyakitkan di Yaman. Sebagaimana dikatakan Robert Fisk, wartawan senior Inggris dalam analisisnya di harian The Independent bulan Maret lalu tentang perang di Yaman, bahwa Saudi 'masuk ke dalam neraka'.

Sebenarnya Saudi dan Uni Emirat Arab tentunya bukanlah mengabaikan sama sekali prospek menyakitkan tentang perang di Yaman. Hanya, kemungkinan Saudi telah mendapatkan jaminan dukungan penuh dari Amerika, selain kemungkinan jaminan dari Iran untuk tidak membantu kelompok Shiah Zaidiyah Houthi dengan imbalan Saudi mengendorkan tekanannya terhadap Suriah yang merupakan sekutu Iran dan mengurangi dukungannya kepada ISIS.

Iran yang sudah berpengalaman dalam perang panjang melawan Irak tahun 1980-1988 serta menyaksikan kekalahan Amerika di Irak setelah menduduki negara itu tahun 2003, mengetahui dengan pasti bahwa petualangan Saudi dan negara-negara Arab akan berakhir menyakitkan. Demikian juga para analis militer dan politik.

Mungkin karena itulah media-media massa barat tidak banyak memberitakan konflik di Yaman, karena mereka mengetahui hal ini akan menjadi kekalahan berikutnya Amerika dan proksinya melawan Iran. Faktor lainnya tentu saja adalah kontroversi perang yang dilancarkan Saudi ini. Tanpa mandat PBB, Saudi dan sekutu-sekutunya itu melancarkan invasi ke negara berdaulat dan melakukan aksi-aksi kekejian yang membuat publik dunia muak.(ca)

4 comments:

gogo said...

Perang hanya akan menimbulkan derita dikedua belah pihak.. kesenangan hnya dimiliki oleh sang dalang.

-kasamago

Unknown said...

Insya Allah rakyat Yaman dan para pejuang islam lainnya akan bisa mengalahkan antek zionis...wahabby...dan musuh-musuh kafir lainnya.Maju terus saudaraku di Yaman dan kalahkan kaki tangan saudi zionis LaknatuLlah....

Unknown said...

akan muncul api dari yaman yang menghimpun manusia kepadang masyar (muhammad saw)

Api revolusi sudah berkobar di yaman yang akan menghancurkan saudi wahabi dan menghimpun manusia kepada perang dunia ketiga (malhamah)

Muslim masih makan halwa....?

abu bakar said...

mari mendengar suara mesin pembunuh

http://english.farsnews.com/player.aspx?nn=13940614001119