Indonesian Free Press -- Pasukan gabungan Suriah, Iran, Hizbollah dan milisi-milisi Shiah dari Irak hingga Afghanistan, dengan dukungan angkatan udara Rusia tengah mempersiapkan serangan besar-besaran untuk membebaskan kota Aleppo. Sementara pemberontak juga telah memperkuat diri menghadapi serangan tersebut.
"Kami, bersama-sama dengan sekutu-sekutu kami termasuk Rusia tengah mempersiapkn operasi militer untuk membebaskan Aleppo dan memblokir semua pengiriman senjata ilegal kepada kelompok-kelompok teroris yang tidak terkait dengan gencatan senjata," kata Perdana Menteri Suriah Wael Nader al-Halki, Minggu (10 April), dalam pertemuan dengan delegasi parlemen Rusia yang terdiri dari politisi-politisi senior Alexander Yushchenko, Sergei Gavrilov dan Dmitry Sablin.
Menurut tim pemantau gencatan senjata Rusia di Suriah, seperti dilaporkan Sputnik News, Senin (11 April), lebih dari 1.000 militan dari kelompok teroris Jabhat al-Nusra yang dilengkapi dengan 7 tank dan 24 kendaraan taktis bersenapan mesin telah ditempatkan di Muheimhandrat, Jandul, Hraitan dan Qafr-Hamra di utara Aleppo, mengantisipasi serangan pasukan koalisi Suriah. Sementara itu sejumlah laporan menyebutkan Amerika dan sekutu-sekutunya telah mengirim 3.000 ton persenjataan kepada para pemberontak 'moderat', yang sebagian besar darinya sebenarnya jatuh kepada para teroris kelompok Al Nusra maupun ISIS. Sebagian senjata itu adalah rudal-rudal jinjing (MANPAD), yang terkonfirmasi oleh jatunya dua pesawat tempur Suriah oleh senjata-senjata tersebut dalam beberapa minggu terakhir.
Sejak 27 Februari lalu diberlakukan gencatan senjata yang disponsori Dewan Keamanan PBB, namun itu tidak berlaku bagi kelompok-kelompok teroris Al Nusra dan ISIS. Menyusul gencatan senjata itu pada tanggal 14 Maret Rusia menarik sebagian besar kekuatan militernya di Suriah. Namun misi militer Rusia terus dilakukan terhadap kelompok-kelompok teroris, termasuk membantu pembebasan kota Palmyra.
Al-Nusra Front Kerahkan 10.000 Pasukan di Dekat Aleppo
Sementara itu Rusia mengklaim kelompok al-Nusra Front telah mengerahkan hingga 10.000 militan di dekat kota Aleppo untuk menghadapi serangan pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya.
"Menurut pengamatan inteligen kami, sekitar 8.000 anggota kelompok al-Nusra Front telah dikerahkan di sebelah barat-daya Aleppo, sedangkan 1.500 militan lainnya telah ditempatkan di utara kota ini," kata Jubir militer Rusia Letjend Sergei Rudskoy, Senin (11 April), sebagaimana dilansir Sputnik News.
Menurut Rudskoy, Al Nusra Front tengah berencana untuk menguasai jalur Aleppo-Damaskus demi menggagalkan serangan Suriah ke Aleppo. Namun pasukan Suriah saat ini masih mengkonsentrasikan diri untuk memblokir jalur suplai pemberontak di utara Aleppo, sebut Rudskoy.
Al Nusra, yang beroperasi di utara dan selatan Aleppo, telah melakukan serangan ke wilayah Sheikh Maqsoud dan al-Zagra di pinggiran Aleppo. Jika serangan itu berhasil, wilayah utara Suriah akan berada dalam kepungan teroris lagi, sebut Rudskoy, yang menjabat sebagai Direktur Operasi Mabes Militer Rusia.
Menurut Rudskoy Amerika dan sekutu-sekutunya terus mengalirkan senjata dan personil untuk membantu pemberontak, dari perbatasan Turki, termasuk dari wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak binaan Amerika. Rusia telah meminta Amerika untuk menghentikan suplai senjata dan pasukan ke kelompok-kelompok pemberontak.(ca)
1 comment:
Slma suplai logistik & senjata dr Barat tak dhancurkan, para teroris msh pnya pluang bertahan..
Post a Comment