Friday 1 April 2016

Bagaimana Turki dan Konspirasi Imperium-Zionis Menghancurkan Brussels

Indonesian Free Press -- Hanya berselang beberapa hari setelah Presiden Turki Thayyep Recep Erdogan mengingatkan tentang serangan teroris di jantung Eropa, beberapa bom meledak di kota Brussels, ibukota Uni Eropa, menewaskan lebih dari 30 orang dan melukai ratusan orang.

Mengapa Erdogan bisa meramalkan dengan tepat serangan tersebut?

Tentu saja ia tahu, karena Turki memang terlibat dalam serangan itu.

Menurut laporan wartawan senior dan pengamat inteligen Gordon Duff, di situs Veterans Today, tanggal 25 Maret lalu,  tersangka pelaku serangan, Barkouri, adalah agen inteligen yang direkrut Turki saat bergabung dengan pemberontak Suriah di Raqqah. Setelah direkrut, ia dilepaskan ke Belanda dengan pesawat komersial.

Di Belanda, Barkouri 'diamankan' ICTS, perusahaan jasa keamanan milik warga Israel yang menangani bandara bandar-bandara utama di Eropa. Ia sama dengan teroris Umar Farouk, yang diterbangkan ICTS dengan maskapai Northwest nomor penerbangan 253 di Amsterdam pada Hari Natal 2009, tanpa tiket dan passport, di kursi Kelas Utama.

Ya, teroris Barkouri yang berpassport Belgia, ditangkap inteligen Turki di Suriah. Namun ia tidak dipenjara, bahkan diterbangkan dengan pesawat komersial ke Belanda untuk melakukan aksi terorisme di Belgia.

Turki tentu saja melanggar konvensi internasional, terlebih perjanjian keamanan sebagai anggota NATO, dengan menempatkan seorang teroris dalam penerbangan komersial, namun itu semua baru permulaan. Seperti dikatakan pengamat politik Jim W. Dean:

"Jika ia (Barkouri) mendarat di bandara Schipol Amsterdam seperti disebutkan, ia sebenarnya tiba di pusat jaringan transportasi yang dikendalikan Mossad, dimana semua jenis perlakukan khusus telah tersedia (untuk para teroris), seperti pelaku bom sepatu yang tidak membawa barang bawaan dan passport dan hanya dengan bom di dalam sepatunya, namun bisa masuk ke kelas utama penerbangan komersial. Bukankah ini tidak masuk akal?"

Sebagaimana diberitakan media-media internasional, Tayyep Erdogan pada hari Kamis 24 Maret 2016 mengaku Bakraoui ditangkap di Provinsi Gaziantep, Turki, atas dugaan terorisme. Namun, alih-alih menahannya, sebagaimana Erdogan menahan wartawan, cendekiawan dan orang-orang yang kritis kepadanya, Bakraoui justru dikirim dengan ke Belanda, dan dari kemudian ia melakukan pemboman di Belgia.

"Salah satu pelaku serangan Brussels ditangkap di Gaziantep dan kemudian dideportasi. Meski kami telah mengingatkan orang ini sebagai teroris, otoritas Belgia gagal mengidentifikasinya sebagai teroris,” kata Erdogan kepada wartawan.

Setelah pernyataan itu, kementrian penerangan Turki menghubungi para wartawan, mengatakan tidak yakin apakah Bakraoui dikirim ke Belgia atau Belanda. Menurutnya, Erdogan telah mengingatkan otoritas 'Belgia atau Belanda' tentang bahaya teroris tersebut, namun peringatannya tidak digubris kedua negara itu.

Veterans Today melaporkan pada hari yang sama (24 Maret) bahwa kelompok pejuang Kurdi-Suriah membenarkan berdasarkan pengakuan perwira intel Turki yang tertangkap, bahwa Turki telah sering mengirim teroris seperti Bakraoui ke Eropa, dengan dibantu organisasi-organisasi kriminal yang dijalankan orang-orang Turki di seluruh Eropa.(ca)

2 comments:

Irsyad Th said...

seprtinya agak dipaksakan....apa Turki seburuk itu Mas? sehingga tdk tersisa sedikitpun kebaikannya?

cahyono adi said...

Irsad Taher...
Dalam hal ini saya bicara tentang Erdogan, bukan bangsa Turki. Tidak semua orang Turki setuju dengan tindakan-tindkan Erdogan. Bahkan apa yang dilakukan Erdogan sangat membahayakan bangsa Turki keseluruhan.

Di Turki banyak orang Alawi yang tidak menyukai kebijakan Turki di Suriah. Terlebih lagi jutaan orang Kurdi sangat membenci Erdogan. Belum lagi orang-orang sekuler dan nasionalis. Mereka tidk akan pernah mendukung Erdogan selama ia tidak mengubah kebijakan-kebijakan politiknya.

Seharusnya Erdogan mengayomi seluruh rakyatnya dan bertindak untuk kesejahteraan seluruh rakyat.