Thursday 18 August 2016

Ke Iran, Erdogan Bentuk Koalisi Turki-Iran-Rusia

Iran Juga Berperan Selamatkan Erdogan dari Kudeta

Indonesian Free Press -- Setelah melakukan kunjungan penting ke Rusia 8 Agustus lalu, Presiden Turki Reccep Erdogan akan melakukan kunjungan ke Iran, yang oleh media-media Arab disebut-sebut sebagai kunjungan resmi peresmian koalisi Turki-Iran-Rusia. Sementara Iran disebut-sebut telah memberikan dukungan kepada Erdogan pada detik-detik terjadinya kudeta.

"Berdasarkan laporan-laporan yang menyebutkan Erdogan pergi ke Iran pada malam terjadinya kudeta (15 Juli lalu) dan kemudian kembali ke Turki setelah kudeta gagal, kunjungan Presiden Turki ke Teheran adalah sangat penting nilainya dalam pembentukan hubungan baru antara Teheran dan Ankara,” tulis media Arab al-Hayat dalam laporan terbarunya, seperti dilansir FARS News, kemarin (18 Agustus).

Al-Hayat mengutip sejumlah sumber yang menyebutkan bahwa kunjungan Erdogan ke Iran akan dilakukan dalam beberapa minggu ini, sementara media-media lain menyebut kunjungan itu akan dilakukan minggu depan.

Sumber-sumber diplomat mengatakan kepada al-Hayat bahwa pertemuan tiga negara (Turki, Iran, Rusia) akan digelar dengan fokus mengakhiri konflik Suriah. Salah satu tujuan penting kunjungan Erdogan juga berkaitan dengan isyu konflik Suriah.

Sementara media Arab lainnya yang berbasis di London, al-Arab, menyebut kunjungan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif ke Turki baru-baru ini juga berkaitan dengan rencana ini, yang disampaikan Erdogan dalam kunjungannya ke Rusia baru-baru ini. Menurut al-Arab, koalisi Iran-Turki-Rusia dibentuk untuk menghadapi koalisi negara-negara barat.

"Kunjungan Zarif ke Turki menunjukkan perkembangan cepat dan penting yang tengah terbentuk di kawasan, yang akan memarginalkan negara-negara Arab," tulis FARS News.
 
Al-Arab mengutip pernyataan sejumlah pakar politik, yang menyebutkan bahwa langkah-langkah negara-negara Arab di Suriah telah mengalami kegagalan yang menyakitkan.

Ketika Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengumumkan rencananya untuk meningkatkan hubungan dengan Suriah, para pejabat Iran melihat hal itu sebagai langkah besar perubahan kebijakan Turki di Suriah dan menjalin koalisi baru dengan Iran dan Rusia, tulis FARS News.

Sementara itu, mengutip laporan FARS News, media independen Amerika, Veterans Today melaporkan bahwa para pejabat Iran memegang peran penting dengan mendukung Erdogan pada saat terjadinya kudeta.

Seperti dilaporkan sejumlah media, Kemenlu Iran adalah yang pertama mengeluarkan kecamannya terhadap kudeta gagal tersebut, hanya beberapa jam setelahnya.

"Sejumlah pejabat Iran melakukan kontak terus-menerus dengan Presiden Erdogan dan para menterinya sepanjang hari Jumat (15 Juli 2016, malam terjadinya kudeta). Pada Sabtu dinihari (16 Juli)

Menlu Iran Mohammad Javad Zarif terlibat pembicaraan telepon dengan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, yang tengah terancam oleh kudeta militer. Sementara itu Ali Shamkhani, Ketua Dewan Keamanan

Nasional Iran (SNSC), terlibat pembicaraan dengan para pejabat keamanan Turki di Ankara. Pada saat yang sama Jendral Qassem Soleimani, komandan Tentara Pengawal Revolusi Iran, sibuk melakukan evaluasi terhadadap berbagai kemungkinan yang timbul akibat kudeta," tulis media Turki yang berbasis di Amerika, Al-Monitor, seperti dikutip Veterans Today.

“Bukanlah rahasia lagi bahwa Zarif, Shamkhani dan Soleimani mengeksekusi keputusan-keputusan penting. Seluruh regim Iran sangat prihatin dengan kudeta di Turki. Turki adalah negara tetangga. Presiden Erdogan dan pemerintahannya adalah partner kuat Iran. Negara-negara kami menjalin persaudaraan yang kuat, sehingga inilah hal yang bisa kami lakukan untuk menunjukkan solidaritas dan menawarkan bantuan yang dibutuhkan pada masa-masa kritis," kata seorang pejabat Iran seperti ditulis Al Monitor.

Para pajabat Iran, sebut laporan itu, melihat apa yang tejadi di Turki mirip dengan kudeta militer-CIA di Iran terhadap Perdana Menteri Mohammad Mosaddegh tahun 1953. Kala itu para pendukung Mosaddegh awalnya berhasil menggagalkan kudeta dengan turun ke jalanan. Namun, ketika mereka lengah dan kembali ke rumah, militer kembali melakukan kudeta susulan dan berhasil menggulingkan Mosaddegh. Itulah sebabnya para pejabat Iran meminta Erdogan untuk menyerukan para pendukungnya terus berada di jalanan hingga kondisi benar-benar bisa dikendalikan.

"Apa yang kami ketahui adalah kudeta ini dijalankan oleh tangan-tangan asing. Kami juga mengalaminya di masa lalu, dan karena Erdogan ingin melakukan hal yang baik di kawasan (Suriah), mereka ingin ia ditumbangkan,” kata pejabat Iran.

“Ada sebuah pesan yang disampaikan kepada para pejabat Turki: jangan tinggalkan jalanan. Kudeta bisa dilakukan beberapa kali seperti terjadi di Iran tahun 1953. Ketika kudeta pertama gagal, mereka telah menyiapkan kudeta lanjutannya, dan berhasil,” tambahnya.(ca)

No comments: