Saturday, 8 April 2017

Rusia 'Marah', Perkuat Pertahanan Suriah

Indonesian Free Press -- Media massa internasional, termasuk di Indonesia, membisu perihal konspirasi jahat yang dilakukan negara-negara Barat dan organisasi 'White Helmets' di Suriah berkaitan dengan insiden serangan senjata kimia di Idlib, pekan ini. Sebagaimana mereka membisu ketika Dubes Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov, membongkar kejahatan mereka di Suriah.

Sebaliknya, media massa hanya memberi tempat pada Dubes Amerika Nikki Haley, yang secara panjang lebar memberikan keterangan palsu perihal insiden itu, termasuk memaparkan gambar-gambar yang diambil oleh White Helmets.

Dalam sidang DK PBB di New York, Rabu (5 April), Safronkov menyebut 'obsesi penggulingan regim Suriah oleh Barat telah menguasai sidang DK PBB'. Demikian seperti laporan Off-Guardian, 6 April. Safronkov menyebut Amerika dan partner-partnernya dijangkiti oleh 'obsesi perubahan kekuasaan' dan tuduhan penggunaan senjata oleh regim Suriah sebagai 'berdasarkan laporan palsu yang dibuat oleh White Helmets”, organisasi yang sejak lama telah 'kehilangan kredibilitasnya”. Menurutnya, menjadikan laporan White Helmets sebagai dasar kebijakan adalah tindakan yang 'tidak serius dan tidak profesional'


Safronkov menunjuk pada laporan-laporana White Helmets yang berubah-ubah. Pertama menyebut serangan kimia dilakukan dengan helikopter, kemudian berubah menjadi pesawat. Ia juga menunjuk pada sikap para personil White Helmet yang terkesan 'santai' saat menjalankan tugas dalam situasi genting.

Para pengamat internasional independen sudah lama mencurigai White Helmets sebagai alat propaganda Barat untuk menjustifikasi intervensi Barat ke Suriah, sekaligus mengamankan agenda untuk mengganti regim Suriah menjadi regim baru yang pro-Amerika/Israel.

Kepada para utusan Amerika, Inggris dan Perancis, Safronkov menyindir, "Apakah insiden ini (serangan kimia oleh Suriah) benar-benar terjadi? Sudahkan Anda semua mengeceknya langsung?”

Terakhir Safronkov mengecam Inggris yang telah menyalahkan Rusia atas insiden senjata kimia di Suriah. Menurutnya Inggris tidak melakukan apapun di Suriah kecuali 'mengirimkan draft resolusi yang memprovokasi'.


Reaksi Rusia
Rusia menghadapi situasi yang sangat dilematis dalam aksi serangan Amerika ke Suriah kemarin. Hanya memiliki waktu satu jam sebelum serangan dilakukan Amerika, setelah Amerika memberitahukan rencana serangan itu untuk menghindari 'salah pengertian', Rusia terpaksa harus membiarkan serangan itu tanpa perlawanan Rusia. Padahal Rusia memiliki sistem pertahanan udara canggih S-400 dan S-300 di Suriah. Rusia tentu tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengambil keputusan yang sangat berisiko menjadi perang terbuka dengan Amerika.

Namun, demi menegakkan harga dirinya yang tercoreng karena serangan itu, Rusia pun bereaksi keras. Seperti dilaporkan Associated Press kemarin (7 April), sembari menyebut langkah Amerika sebagai agresi terhadap negara berdaulat, Rusia berjanji akan memperkuat pertahanan Suriah. Rusia juga menghentikan kerjasama 'saling pengertian' atas Suriah, yang selama ini menjadi panduan untuk menghindari benturan fisik antara kedua negara.

"Untuk melindungi infrastruktur kunci Suriah, sejumlah langkah akan dilakukan demi memperkuat dan meningkatkan efektifitas pertahanan udara Suriah," kata Jubir Kemenhan Rusia seraya menyinggung bahwa dua kapal perang Rusia tengah dalam perjalanan menuju lepas pantai Suriah.

Jubir Presiden Rusia, Dmitry Peskov di sisi lain mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin menyebut langkah Amerika menyerang Suriah sebagai 'agresi terhadap negara berdaulat' dan alasan Amerika perihal serangan senjata kimia sebagai 'mengada-ada'.

“Langkah Washington telah memberikan pukulan telak terhadap kerjasama Rusia-Amerika," tambah Peskov.

Peskov juga menyebutkan bahwa langkah Amerika telah menciptakan hambatan serius bagi kampanye memerangi terorisme.

Sementara itu, seperti dilaporkan Associated Press, Kemenlu Rusia juga melakukan langkah diplomatik serius dengan membatalkan kerjasama 'saling pengertian' dengan Amerika di Suriah, yang disepakati setelah Rusia melancarkan operasi militer di Suriah pada September 2015. Kerjasama ini telah memberikan panduan bagi dihindarkannya insiden bersenjata antara Amerika dan Rusia.

Tentang insiden serangan itupun terjadi 'perang urat syaraf' antara Amerika dan Rusia. Rusia menyebut hanya 23 dari 59 rudal Tomahawk yang diluncurkan Amerika yang mengenai sasaran, menghancurkan 6 pesawat Suriah, namun tidak merusak landasan pacu. Sementara Amerika mengklaim 58 rudal mengenai sasaran dengan tepat.(ca)\

6 comments:

Anonymous said...

jihad macam apa itu, kalu pakai senjata dari nato dan amerika,ingat saudaraku rum di akhir zaman adalah rusia dengan kristen ortodoxnya

Unknown said...

Sebenarnya bagi Iran suriah dan hisbullah bukan masalah besar dan ini merupakan langkah awal bagi mereka untuk ambil sikap terhadap Amerika di hadapan Rusia .Dan ujian sikap Rusia terlalu santun dan ini test nyali Rusia dan Cina apa Rusia mitra bisa di percaya apa cuma jaga image saja .Sikap Iran sudah tegas dan Iran mitra sangat bisa diandalkan Terbukti berapa Jend yg Sahid di suriah pertahanan utama quenetra dan pangkalan laut di suriah sangat mendesak apa Rusia punya nyali terhadap Amerika.kalo Iran sudah biasa menghadapi di Afganistan dan Irak dan menetralisir kekuatan Amerika hanya tunggu waktu gegabah salah sikap Amerika konsekwensinya akan di tanggung Kini sikap tegas Rusia di butuhkan kalau tidak turky sudah berulah seiring dg Amerika dan mulai menginjak injak harga diri Rusia dan Iran .Dg sikap munafik Erdogan .Rusia Cina harus bersikap jelas di Suriah.jangan setengah setengah

Anonymous said...

https://arrahmahnews.com/2017/04/09/video-sistem-pertahanan-rudal-suriah-tembak-jatuh-36-rudal-tomahawk-as/

Unknown said...

Justru Assad cs menang 1 langkah untuk memotong AS dikemudian hari setelah serangan bodoh Amrik yg sengaja "dibiarkan" dengan korban yg tidak seberapa dibandingkan tomahawk yg di luncurkan. Mata dunia terbuka bahwa Amrik benar2 tidak komitmen terhadap hukum2 internasional dan Amrik menceritakan sendiri tentang dirinya yg mendukung Isis dan sejenisnya dan Amrik lah yg selama ini dibelakang skenario besar perang yg dipaksakan terhadap syria..Rusia dan Suriah membuka lubang,dengan bodohnya Amrik masuk dalam lubang perangkap...Dunia mulai mengecam Amrik dan ini baru awal paman sam akan babak belum dalam langkah2 selanjutnya..1 pukulan tak berarti yg Suriah terima namun pukulan bertubi2 yg akan Amrik terima dari Rusia cs maupun dari kolega Amrik sendiri, bahkan dari negara2 yg selama ini hanya menonton..Trump memang bodoh..hahahaha..strategi Putin jauh lebih hebat..

Unknown said...

Bukan sekedar menghitung seberapa besarnya kerugian yg dialami dalam peristiwa itu, namun lebih melihat seberapa besarnya dan banyaknya keuntungan yg didapatkan dari kecilnya dan sedikitnya kerugian yg sengaja dikorbankan dalam peristiwa itu..

Kasamago said...

Konon sebagian sisa rudal yg tk mencapai target berhasil di cegat S400 Rusia..