Friday 18 May 2018

Team X dan Terorisme di INdonesia

Oleh : Aslam al Atsary
Mantan anggota BAIS (Badan Intelijen Strategis)

Bismillah,
Berikan waktu untuk saya membuka diri dalam rangka ingin meluruskan issue dan pandangan masyarakat yang sudah jungkir balik terhadap kejadian aksi-aksi teror dimulai dari kerusuhan dan pembunuhan di Rutan Mako Brimob hingga bom di Surabaya yang terakhir ini. Dengan tetap menjaga rahasia sandi Corps Intelijen.
Saya hanya ingin menceritakan sewaktu masih aktif di BAIS (Badan Intelijen Strategis) milik TNI, saya bergabung dan direkrut sebagai TBO (Team /Tenaga Bantuan Operasi).
Hal itu telah menambah saya ilmu dan wawasan tentang seluk beluk intelijen. 

Saya bergabung karena diminta bantuannya di dalam tugas dan misi khusus menghadapi kelompok-kelompok yang teridentifikasi Separatisme. Ini sifatnya rahasia selama beberapa tahun.

Semua kita bekerja dan bertugas sesuai dengan data informasi dan aplikasi harus akurat dan benar-benar valid. Dari mulai penangkapan sampai "endingnya" saya pernah mengalami semua.
Dan itu adalah tugas negara, yang mungkin apabila dilakukan oleh pihak TNI saja mungkin TNI akan terkena pelanggaran HAM.
Sehingga di dalam tugas, kita yang menjalankan operasi tersebut sampai selesai. Kita dalam menjalankan tugas saat move bisa cepat tepat sesuai sasaran dan sesuai dengan misi, tujuan skenario.
Di dalam dunia intelijen kita biasa mendapatkan data dan informasi yang harus akurat dan kredibel terhadap kejadian yang akan terjadi atau belum terjadi.
Memang tugas Intelijen di antaranya adalah mempra-kondisikan. Membuat batu lemparan-lemparan ke belakang supaya terlihat dan muncul apa yang terjadi nanti.
Misalnya masalah teror-teror bom besar yang terjadi beberapa waktu tahun yang lalu di indonesia.
Masyarakat kita akan mudah sekali termakan berita maka terbentuklah "Allegations of opinion" tuduhan hanya berdasarkan opini.
Karena sudah terbiasa termakan berita yang dibuat walaupun itu bersumber dari lembaga institusi negara sekalipun kita tidak boleh langsung mempercayai sepenuhnya.
Kami Inteliijen lebih independen dalam hal ini. Sebenarnya kamipun sudah mendapatkan informasinya. Kami pihak Intelijen mendapat informasi bahwa "Team X" akan turunkan "calon pengantin" untuk "action".
Istilah Team X dibuat oleh kelompok itu sendiri dan itu bukan merupakan bagian dari institusi corps Intelijen kami dan tidak ada hubungan struktural dengan BIN atau BAIS. Jadi mereka diluar struktural dan pengawasan Badan Intelijen Nasional.
Dan sebetulnya istilah "Calon Pengantin" juga adalah istilah yang di buat-buat oleh intelijen dari Team X itu sendiri yang sengaja dibuat terhadap calon korban "si teroris" yang sudah disiapkan.
Keberadaannya kami akui ada kelompok ini yang bermain yang menamakan dirinya "Team X".
Dan kita tidak akan pernah bisa untuk bertemu dan mengetahui siapa saja tokoh dan aktor di balik itu dan penghimpun dana di dalam Team X itu.
Yang jelas merupakan konspirasi dengan pihak asing. Biasanya Team X akan turunkan "calon pengantin"-nya tepat pada waktu yang tepat, biasanya berhubungan kondisi politik dalam negeri atau kondisi yang terjadi di luar negeri.
Terjadinya aksi Teror bom pasti ada tujuannya supaya memunculkan stigma dan opini di masyarakat.
Aksi bom bunuh diri pasti ada misi tujuan besar di balik itu dan bukan karena alasan murahan yaitu hanya sebatas "balas dendam" ..., bukan !
Aksi Teror bom bunuh diri akan dimunculkan pasti selalu bersamaan dengan saat negara dalam situasi kondisi tertentu.
Atau ada misi campur tangan pihak asing yang memiliki kepentingan di dalam negeri di Indonesia ini.
Maka diambilah keputusan dengan pertimbangan alasan yang biasanya mengarah kepada dua alasan :
Pertama, agar dibuat stigma negatif kepada simbol-simbol keagamaan atau golongan tertentu yang sekiranya akan mengganggu.
Kedua, pengalihan issue atau pengalihan fakta agar mereka lupa, terpecah dan tidak fokus lagi dengan masalah yang sebenarnya lebih penting dan lebih utama tujuan mereka.
Maka ini saya bukan ada maksud membocorkan tapi karena saya paham. Saya hanya mantan yang pernah bergabung didalam Corps Badan Intelijen Strategis.
Karena penghimpunan informasi data merupakan rangkaian tugas struktural Intelijen.
Saya hanya ingin meluruskan image masyarakat bahwa selama ini yang masyarakat mengira aksi-aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh para pelaku bom bunuh diri adalah dari niat dan rencana mereka sendiri para pelakunya.
Itulah opini yang telah berhasil dikembangkan di tengah masyarakat. Padahal sebenarnya tidak...!
Apakah masyarakat lupa bahwa semua kejadian-kejadian teror bom besar pasti melibatkan Intelijen asing.
Sebenarnya hakikatnya para pelaku bom bunuh diri yang dicap "teroris" itu mereka juga adalah Korban yang diumpankan saja ... supaya di publik muncul stigma, ketakutan dan pengalihan.
Saya buka ini semua supaya masyarakat kita terbiasa berpikir secara cerdas dan kontruktif tidak hanya polos mengikuti apa kata berita saja.
Perlu saya jelaskan di sini tugas intelijen kita hanya mencari dan mengolah data informasi sebelum peristiwa peledakan terjadi.
Maka kita sudah mendapatkan informasi sebelum aksi terjadi, bahwa nanti pada hari H jam J akan terjadi peledakan bom pada hari H dan jam J di lokasi titik poin mana itu sudah ditentukan dan dibuat sekenarionya.
Dari mulai siapa yang dijadikan pelaku atau calon pengantin (yang bakal nanti tertuduh teroris). Itu sudah disiapkan dengan matang.
Sehingga kira-kira berapa banyak jumlah korban, dan isdue apa nanti yang akan dimunculkan... Itu semua sudah di-design dirancang dan direncanakan secara matang.
Kami pihak intelijen biasa memberikan istilah aksi-aksi bom di tanah air dengan istilah "Aksi Jilid 1" yaitu Bom Bali 1.
Kemudian "Aksi Jilid 2" yaitu Bom Kuningan.
Aksi Jilid 3 yaitu Bom Mariott dan seterusnya...
Dan aksi bom di Surabaya kemarin saya sudah tidak mengikuti lagi itu "Aksi Jilid" yang ke berapa lagi. Karena saya sudah tidak aktif lagi.
Saya dan pihak intelijen hanya mengetahui bahwa yang merencanakan, men-setting semua dari mulai merekrut dan action serta membiayai aksi di lapangan adalah ada suatu kelompok profesional yang terlatih yang kita namakan "Team X" tersebut.
Kelompok inilah yang selama ini mendanai aksi-aksi teror bom besar di Indonesia dan memiliki dana yang besar.
Kelompok ini berpusat di luar dan telah buka cabang di Indonesia. Dibentuk secara rahasia, biasanya ini berkonspirasi dengan intelijen asing.
Kelompok ini dalam data file diberi nama "team X" dan aksi pendanaan dilakukan oleh "Mr. X".
Semuanya satu paket sampai telur itu pecah (istilah sandi) ... telur itu pecah maksudnya berhasil..
Pihak intelijen sebenarnya mengetahui bahwa hampir mayoritas aksi-aksi teror bom besar yang terjadi di Indonesia itu bukan dari inisiatif para pelakunya sendiri.
Tapi memang pelakunya direkrut oleh Team X dari orang-orang bekas atau mantan yang terduga teroris sebelumnya.
Kadang "Team X" ambil dari istri atau anak-anaknya atau keluarganya pelaku terduga teroris supaya nanti agar mudah diopinikan di publik bahwa ada benang merah dengan jaringan tertentu.
Ini bagi orang-orang aktifis atau keluarganya yang pernah terlibat jaringan terduga teroris.
Adapun Team X ini juga biasa melakukan perekrutan dengan saling bertatap muka dari kalangan orang masyarakat awam yang tidak memiliki hubungan kasus teroris.
Pertemuan itu biasanya Team X memberi nama "Pengajian"... yaitu mereka sengaja dikumpulkan oleh Team X ini untuk direkrut dan dimotivasi dengan dicuci otaknya kemudian diberi tambahan untuk menonton video dokumentasi tentang penindasan dan penganiayaan terhadap kaum muslimin di belahan negara lain.
Sehingga orang yang masih awam akan marah, semangat dan muncul keberaniannya untuk membalas dendam.
Memang "penataran" seperti ini diupayakan supaya berhasil dijadikan sebagai "calon pengantin".
Team X dari jauh akan selalu mengarahkan dan memantau para calon pengantin ini demi memuluskan "action"-nya.
Ada juga Team X melakukan dengan cara memasukkan atau menyusupkan bahan peledak Bom yang dikiranya adalah barang dagangan yang harus diambil dan diantar di mana bom itu telah ditaruh di dalam barang tersebut.
Dan disuruh minta diantarkan ke alamat yang bersangkutan.
Cara ini memang lebih sadis daripada cara-cara pengrekrutan. Sebab bila sistem pengrekrutan si calon teroris (calon korban) sudah melakukan hubungan komunikasi dengan Team X.
Tapi sistem dengan menyusupkan bom diam-diam ke dalam tas calon korban itu tidak perlu adanya komunikasi atau pendekatan lebih lanjut atau saling mengenal pernah bertatap muka.
Bom yang dimasukkan tas biasanya sudah kendalikan dengan remote control dari jarak jauh.
Cara seperti ini memang pekerjaannya Team X tersebut supaya disiapkan segalanya kepada mereka yang akan nanti tertuduh dijadikan sebagai "calon teroris itu". Padahal mereka juga adalah sama-sama korban.
Program ini semua sebenarnya hanya bertujuan supaya muncul image, issue dan stigma negatif terhadap kondisi apa yang sekarang terjadi dalam negeri ini.
Informasi Ini semua kita didapatkan dari mantan anggota "Team X" itu sendiri yang tidak bisa ditemui secara langsung.
Dan saya dapat bercerita seperti ini karena ada pengalaman dan data yang dihimpun selama gabung di Intelijen.
Orang-orang di "Team X" atau "Mr. X" itu bukanlah dari orang Intelijen atau BIN dan bukan pula dari kalangan salah satu kelompok Islam radikal.
Walaupun memang benar ada orang-orang dari kelompok radikal atau "Khowarij" yang tertangkap.
Tetapi bukanlah dari mereka perencana dan dalang semua ini. Mereka hanya sebagai "obyek" untuk penguat terhadap aksi tindakan teror bom selama ini.
Tapi Team X ini kita akui ada eksistensinya. Sampai saat inipun kita pihak intelijen tidak bisa mengetahui secara pasti siapa orang dan tokohnya yang terlibat di dalam "team X" itu yang telah membuka cabang di Indonesia ini.
Yang pasti jelas melibatkan konspirasi pihak asing yang memiliki kepentingan terhadap negeri ini.
Pihak istana atau kepresidenan juga tidak akan mengetahui gerakan kelompok ini walaupun kelompok ini merupakan dalang dari semua aksi teror bom selama ini.
Aksi teror ini justru akan memberikan keuntungan yang besar dan secara tidak langsung membatu rezim yang sedang berkuasa saat ini.
Nah itulah tugas intelijen. Yang jelas memang tujuannya adalah :
1. Membiaskan fakta yang sedang terjadi di dalam negeri.
2. Pengalihan fakta terhadap kondisi politik dalam negeri agar berkurang.
3. Membuat kecurigaan antar umat beragama bahkan kecurigaan dan ketakutan terhadap sesama agama.
4. Mempertahankan stigma bahwa Islam radikal adalah kelompok yang tidak menginginkan memisahkan antara urusan politik dengan urusan agama.
Hati-hati dan tetap Waspada dengan kelompok "Team X" ini. Mereka tidak mengenal waktu dan tempat, mereka akan terus selalu bekerja mencari korban-korban yang bakal dijadikan umpan "supaya diberi gelar "Teroris" nantinya. Dan mereka bekerja secara silent, secret dan closed (tertutup).
Sekian...
Salam.

No comments: