Tuesday, 18 November 2008
Paradoks Amerika: Pembunuh Jadi Pahlawan
Anda mungkin geleng-geleng kepala bila mengetahui bahwa kebijakan politik pertama yang diambil oleh Presiden Bill Clinton setelah disumpah adalah memberi hak kewarganegaraan kepada Marthin Indyk, seorang Yahudi Inggris. Tidak lama Indyk pun diberi jabatan sangat strategis, pejabat di Dewan Kemanan Nasional. Belum cukup, ia pun diangkat menjadi seorang Duta Besar. (Bayangkan bila hal yang sama dilakukan Presiden SBY, mengangkat orang asing yang baru menjadi warganegara Indonesia sebagai pejabat tinggi. Pasti akan menjadi skandal yang luarbiasa).
Anda juga boleh gelang-gelang kepala bila mengetahui seorang gubernur Amerika yang kemudian diketahui gay, mengangkat pasangan gay-nya yang adalah seorang Yahudi kuli pekerja kapal Israel, sebagai seorang pejabat penting di kantornya.
Namun kini silahkan Anda menggeleng-gelangkan kepala lebih hebat. Seorang Yahudi Israel yang diduga kuat terlibat pembunuhan 3.000 rakyat Amerika dalam peristiwa WTC 2001, disambut bagai seorang tamu kehormatan di Amerika.
Ceritanya begini. Menyusul terjadinya pemboman WTC, lima orang karyawan perusahaan pengangkutan Urban Movers ditangkap polisi karena ketahuan menari-nari setelah menyaksikan runtuhnya gedung WTC. Di tangan mereka tergenggam camcorder yang menandakan mereka telah merekam peristiwa penyerangan WTC. Lebih tepat lagi mereka telah mengetahui rencana serangan tersebut. Dalam pemeriksaan awal mereka mangaku mahasiswa asal Israel yang bekerja paruh waktu. Kemudian setelah menjalani penahanan selama dua bulan lebih, para anggota penyidik yang menangani perkara mereka satu demi satu dimutasi dan tiba-tiba saja secara misterius kelimanya sudah berada di Israel. Dalam sebuah acara talkshow di televisi Israel mereka dengan lugas mengaku sebagai agen dinas rahasia Israel Mossad. (Dokumentasi kasus ini dapat dilihat di gadget youtube dalam blog ini).
Menyusul penangkapan tersebut seorang pengusaha Yahudi asal Israel, Dominick Suter, buru-buru kabur dari Amerika untuk menghindari penangkapan. Ia adalah boss Urban Mover tempat para tersangka bekerja. Dan kini Suter telah kembali ke Amerika. Bukan sebagai tersangka, melainkan pengusaha terhormat yang banyak mendapat keistimewaan. Perusahaan barunya, Urban Refuse, berbasis di Washington DC.
Dalam sebuah wawancara dengan LWB Business News, ia tanpa canggung menyebutkan adanya operasi Mossad di Amerika, sebuah hal tabu yang dihindari semua pejabat Amerika dan Israel karena sangat memalukan pemerintah dan rakyat Amerika. Menurutnya, operasi Mossad di Amerika akan semakin leluasa dengan terpilihnya Rahm Emanuel, seorang veteran angkatan perang Israel dan putra dari seorang teroris Yahudi, sebagai Kepala Staff Gedung Putih.
Ia dengan bangga mengungkapkan keberhasilannya kembali ke Amerika tanpa penangkapan oleh semua institusi hukum Amerika merupakan buah dari kedekatannya dengan beberapa anggota Kongres Amerika. Selanjutnya ia menambahkan, belajar dari peristiwa WTC dimana lima orang pegawainya ditangkap, ia tidak akan lagi mempekerjakan mahasiswa Israel jurusan seni yang dianggapnya terlalu bodoh. Pilihan berikutnya, demikian ungkap Suter, adalah mahasiswa Israel jurusan sejarah.
Tanpa sungkan-sungkan Suter juga mengungkapkan betapa Amerika telah memperlakukannya dengan sangat baik. Tanpa banyak mendapat pertanyaan, termasuk soal pinjaman modal $500.000 yang belum dikembalikan, dirinya mendapat bantuan modal senilai $2 juta (setara lebih dari Rp 20 miliar). “Siapa bilang kredit sangat susah di Amerika?” katanya. Ia menambahkan dirinya langsung mendapat ijin melakukan aktivitas landfill di New York.
Di sisi yang lain sebelumnya, AIPAC, organisasi lobby Yahudi sangat berpengaruh di Amerika, berhasil mengusulkan peraturan perlakuan pajak istimewa bagi pengusaha yang mempekerjakan mahasiswa program studi sejarah asal Israel.
Opo tumon?
Keterangan gambar: Dua dari lima agen Mossad yang tertangkap dalam peristiwa pengeboman WTC 11 September 2001.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment