Sunday, 2 November 2008

TENGGELAMNYA KAPAL ESTONIA


Tenggelamnya kapal ferry Estonia (milik bersama Republik Estonia dan Swedia), 28 September 1994 di perairan Swedia, merupakan bencana maritim terbesar sejak perang dunia dengan korban jiwa mencapai 852 orang. Namun sampai saat ini masih meninggalkan banyak pertanyaan tak terjawab. Penyidikan resmi pun tidak dapat menjelaskan secara jelas penyebab terjadinya bencana tersebut. Di antara hal-hal yang misterius adalah “hilangnya” kapten kapal Avo Piht dan 11 awak kapal lainnya dari rumah sakit tempat mereka dirawat. Keberadaan mereka hingga saat ini tidak diketahui entah dimana. Hal lain yang tidak kalah misteriusnya adalah tewasnya Odd Engström, Deputi Perdana Menteri Swedia pada saat penyidikan berlangsung. Sebelumnya ia terlibat perselisihan pendapat dengan pejabat-pejabat Swedia lainnya perihal musibah tersebut yang mengakibatkan ia mengundurkan diri dari jabatan, sesaat sebelum meninggal dunia.

Tulisan ini cukup relevan dengan keadaan saat ini karena adanya benang merah peristiwa tersebut dengan krisis keuangan global yang tengah melanda akhir-akhir ini. Benang merah itu adalah ditemukannya fakta bahwa pesawat Gulfstream 4 milik Maurice Greenberg, boss AIG, perusahaan asuransi terbesar dunia penerima bantuan talangan pemerintah Amerika senilai $37 miliar, berada di Swedia dan diduga kuat terlibat dalam penculikan (penghilangan saksi) para awak kapal yang selamat. Benang merah lainnya adalah ditangkapnya seorang mantan pejabat keamanan Estonia karena spionase tanggal 22 September lalu.

Kapal Estonia tenggelam di perairan dangkal Swedia antara jalur laut yang menghubungkan kota Tallinn, Estonia dan Stockholm, Swedia. Menurut penuturan saksi hidup sesaat setelah tengah malam terdengar dua ledakan keras sebelum akhirnya kapal tenggelam, 45 menit setelah terdengar ledakan.

Dan meskipun 500 di antara korban meninggal adalah warga negara Swedia, pemerintah Swedia menolak mengangkat bangkai korban dan kapalnya pada kesempatan pertama, termasuk tawaran penyelamatan oleh para ahli penyelaman Norwegia (terkenal keahliannya dalam hal penyelaman laut karena memiliki tambang-tambang minyak laut dalam yang dingin di laut Baltik).

Bahkan meski dua orang Perdana Menteri berbeda sempat menjanjikan untuk mengangkat bangkai korban dan kapalnya, tiga bulan setelah bencana pemerintah Swedia menyatakan tidak akan ada operasi penyelamatan bangkai korban dan kapal. Anehnya pemerintah Swedia justru mengontrak perusahaan Rockwater, anak perusahaan Brown & Root Energy Services (BRES) yang juga merupakan anak perusahaan Halliburton, kontraktor utama Amerika di Irak paska pendudukan Irak tahun 2003. Usaha senilai 350 juta dolar itu gagal total dan bangkai kapal dan korbannya tetap terkubur di dasar laut berlumpur berkedalaman 60-80 meter.

PENYIDIKAN

Penyidikan pemerintah Swedia menyatakan penyebab tenggelamnya Estonia adalah pintu dek depan yang tidak tertutup sempurna sehingga air masuk ke dalam dek. Ketidak sempurnaan penutupan pintu dek (secara ajaib) pada tingkat yang cukup membuat air masuk tanpa menimbulkan bunyi alarm peringatan bahaya sebagaimana semestinya jika beberapa perlengkapan kapal tidak berfungsi sempurna.

Meskipun demikian sebenarnya rekaman video kamera menunjukkan adanya air yang masuk ke dalam dek kapal. Hal ini sebenarnya sudah cukup bagi awak kapal untuk menghindari bencana dengan menghentikan kapal (pintu dek depan lebih tinggi dari permukaan air), atau membalikkan arah kapal untuk membuang keluar air yang telah terlanjur masuk.
Selain penyidikan resmi, beberapa pihak yang tidak setuju dengan penyidikan resmi melakukan penyidikan sendiri secara independen. Stephen Davis, seorang peyidik independen dalam bukunya berjudul New Statesman Mei 2005 menyatakan, berdasarkan temuan penyelam profesional Amerika Gregg Bemis dan krunya, bahwa penyebab kecelakaan adalah ledakan bom. Davis menyimpulkan bahwa kapal Estonia mengangkut perlengkapan militer yang diselundupkan dari Rusia ke Amerika atau Inggris.

Jurnalis Jerman Jutta Rabe juga melakukan penyidikan dengan hasil yang sama, yaitu Estonia telah digunakan sebagai alat untuk menyelundupkan senjata rahasia curian milik Rusia ke Amerika. Hasil penyidikan Jutta ditulis dalam sebuah buku yang telah difilmkan dengan judul Baltic Storm tahun 2003. Jutta juga mengkonfirmasi adanya laporan hilangnya kapten kapal dan 11 rekannya secara misterius.

Mengenai hal itu Jutta menulis bahwa tim penolong berhasil menyelamatkan kapten Avo Piht dan 11 rekannya. Namanya tercantum dalam daftar korban selamat. Mereka pun telah dirawat di rumah sakit. Keluarga kapten juga telah menerima kabar keberadaan kapten di rumah sakit dari rumah sakit yang menelepon ke rumahnya. Namun beberapa jam kemudian sang kapten dan 11 rekannya hilang tanpa bekas. Nama mereka dalam daftar korban selamat pun dicoret tanpa penjelasan.

Kecurigaan publik tentang adanya rekayasa untuk menutupi fakta-fakta kecelakaan semakin menguat pada tahun 2004 setelah adanya pengakuan Lennart Henriksson, seorang mantan pejabat bea-cukai Swedia bahwa dinas inteligen Swedia telah menggunakan Estonia sebagai pengangkut peralatan militer selundupan dari Distrik Militer Rusia di Baltik. Tidak lama kemudian pengakuan itu mendapat konfirmasi resmi dari jaksa penyidik Johan Hirschfeldt. Namun ia menolak menyebutkan detil angkutan rahasia itu.
Pada bulan Mei 2006 parlemen Estonia membuka kembali penyidikan kasus tersebut dan mengirim wakilnya Evelyn Sepp ke Swedia. Dalam konperensi persnya di parlemen Swedia Evelyn menuduh Johan Hirschfeldt atas restu pemerintah Swedia telah menghancurkan bukti-bukti kecelakaan. Evelyn menyatakan bahwa rakyat Estonia melihat adanya hubungan antara angkutan militer rahasia dengan tenggelamnya Estonia. Ia mengancam menjatuhkan tuduhan kejahatan kemanusiaan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam persekongkolan.

Selama itu satu demi satu bukti-bukti penting kasus ini hilang misterius, termasuk arsip otoritas maritim Swedia berupa video-video rekaman bangkai kapal Estonia.
Pada 22 September 2005, pemerintah Estonian melalui penyidik resmi, Margus Kurm menyatakan bahwa pemerintah Estonia mengkonfirmasi adanya fakta bahwa perlengkapan militer rahasia berada di dalam kapal Estonia pada saat musibah kecelakaan. Keberadaan perlengkapan militer tersebut merupakan pekerjaan Swedia dan Estonia tidak terlibat dalam operasi itu.

Dan akhirnya pada 30 Maret 2006, komisi khusus yang dibentuk pemerintah Estonia untuk menyidiki musibah tersebut membuka laporannya ke publik. Dalam laporan itu pemerintah Swedia disalahkan telah sengaja menghilangkan bukti-bukti kecelakaan. Di antara bukti-bukti yang hilang tersebut adalah pintu dek dan sebuah kopor berisi dokumen angkutan kapal yang terekam dalam kamera penyelam. Selain itu pemerintah Swedia juga menutup akses terhadap saksi-saksi dan barang-barang bukti.

Pada 12 September 2006 Lars Ångström, seorang anggota parlemen Swedia melalui media massa menuduh pemerintahnya telah melakukan rekayasa melalui penyelaman rahasia sebelum penyelaman resmi dilakukan. Ia kemudian melakukan gugatan terhadap pemerintah melalui ombudsmen. Pada Oktober 2006 media-media massa Estonian memberitakan adanya tuntutan hukum kepada pemerintah Swedia yang dilakukan oleh keluarga korban kecelakaan melalui European Court of Human Rights di Strasbourg.
Pada 22 November 2006, koran Norwegia Aftenposten memberitakan bahwa dokumen-dokumen penyidikan selama tahun 1995–96 yang berkaitan dengan kecelakaan hilang dari arsip Sweden's Shipping Inspectorate.

PENGHILANGAN BUKTI SECARA RESMI DAN PERMANEN
Segera setelah peristiwa kecelakaan, berbagai pihak mendesak pemerintah Swedia untuk segera mengangkat bangkai kapal untuk mengambil jenasah yang tertinggal sekaligus mencari bukti penyebab kecelakaan. Namun semuanya diabaikan begitu saja meski dua orang perdana menteri berbeda pernah menjanjikan hal itu akan dilakukan.

Dan alih-alih mengangkat bangkai kapal untuk menemukan kebenaran, pemerintah Swedia, Finlandia, Latvia, Denmark, Rusia, Estonia (pemerintahan saat itu) dan Inggris (mengkonfimasi dugaan keterlibatannya dalam kecelakaan itu karena Inggris bukan negara Baltik sebagaimana negara lainnya) membuat perjanjian tahun 1995 yang dikenal dengan Estonia Agreement. Perjanjian itu melarang semua warga negara peserta perjanjian untuk mendekati lokasi tenggelamnya Estonia. Menyusul perjanjian itu pemerintah Swedia mengubur bangkai kapal Estonia dengan beton cor.

Namun upaya pengungkapan kebenaran terus dilakukan. Pada bulan Mei 2006 organisasi yang terdidi dari para keluarga korban kecelakaan dari Estonia dan Swedia mengajukan surat kepada pemerintah negara-negara penandatangan Estonia Agreement untuk mencabut atau mengubah perjanjian sehingga penyidikan baru bisa dilakukan kembali.

PERKEMBANGAN TERAKHIR
Pada tanggal 22 September lalu rakyat negeri Estonia terkejut dengan ditangkapnya Herman Simm, mantan Direktur Keamanan Kementrian Pertahanan Estonia, karena tuduhan mata-mata untuk negara asing. Istri Simm, Heete Simm, seorang pengacara Dewan Kepolisian Negara, juga ditangkap dalam kasus yang sama.

Simm menjabat Direktur Keamanan sampai bulan November 2006. Lembaga itu bertanggungjawab atas keamanan rahasia negara. Karena jabatannya Simm menjadi wakil negara dalam pertemuan-pertemuan tingkat tinggi masalah keamanan Uni Eropa maupun NATO. Sebelumnya Simm adalah kepala polisi distrik Harjumaa dimana ibukota Tallinn berada.

Polisi belum menyebutkan negara pada mana Simm bekerja sebagai mata-mata, namun media media massa setempat berlomba-lomba menunjuk Rusia sebagai negara yang telah membayar Simm, meski bukti menunjukkan Simm terindikasi bekerja untuk Amerika dan atau Israel.
Lima hari setelah penangkapan itu dan berkaitan dengan peringatan musibah tersebut di Estonian National Library di Tallinn, Jutta Rabe, jurnalis penyidik kasus Estonia membuat pernyataan pers tentang keterkaitan Simm dengan penyembunyian fakta kasus Estonia.

Menurut Jutta Rabe, Simm adalah pejabat keamanan tertinggi Estonia yang terlibat dalam penyidikan resmi tenggelamnya Estonia saat dimulai. Ia telah memerintahkan penyelam (sebelum penyidikan resmi) untuk “mengamankan” kopor milik penumpang VIP Alexander Voronin, seorang pedagang senjata illegal berdarah Yahudi asal Rusia, yang disimpan di kabin Kapten Avo Piht.

Voronin memiliki perusahaan di kota Tallinn Estonia, Kosmos Association, sementara seorang kerabatnya menjalankan perusahaan cabang di Moscow yang banyak berhubungan dengan Kurchatov Institute, pusat penelitian teknologi nuklir dan ruang angkasa Russia. Aleksandr Voronin yang menumpang Estonia bersama anak lak-lakinya dan ayah mertuanya selamat dalam kecelakaan. Saat diwawancarai wartawan tentang mengapa memilih kapal ferry daripada pesawat, Voronin menjawab dirinya khawatir dengan angin kencang. Pada tahun 2002 Voronin meninggal dunia pada umur 45 tahun karena “serangan jantung”, hanya dua minggu setelah surat kabar terbesar Jerman Sued-Deutsche Zeitung, menulis detil bisnisnya yang terkait dengan tenggelamnya Estonia.

Meski kopor rahasia miliki Voronin terbukti ditemukan oleh tim pencari, keberadaannya tetap misterius dan tidak pernah disebut-sebut oleh tim penyidik pemerintah.
Namun anehnya, media massa, termasuk di Swedia dan Estonia sendiri tempat di mana kebanyakan korban berasal, mengabaikan berita tantang kapal Estonia bahkan di hari ulang tahun musibah tersebut, menunjukkan kuatnya pengaruh “men behind the scene” dalam mengubur suatu fakta segamblang dan sebesar apapun.

Apa yang ditakutkan media adalah fakta bahwa Simm bekerja untuk suatu kelompok paling berpengaruh di dunia, zionis Yahudi. Itulah sebabnya media setempat ramai-ramai menuduh Rusia di balik kasus Simm. Padahal logika paling sederhana saja tidak mungkin seperti itu. Rusia sangat boleh jadi sengaja menenggelamkan kapal tersebut untuk mencegah negara-negara musuhnya mendapatkan senjata rahasianya. Namun Rusia tentu saja tidak akan membayar orang untuk memata-matai dirinya sendiri. Sebaliknya Amerika, Swedia, Inggris atau Israel yang diduga berusaha mencuri senjata Rusia akan melakukan apapun untuk menutupi kasus ini rapat-rapat.

Perlu diingat pula bahwa kondisi politik Rusia tahun 1994 jauh berbeda dengan sekarang. Saat itu Rusia secara de facto dikuasai para oligarch, sekelompok pengusaha Yahudi yang menguasai semua sektor penting negeri: migas & energi, telekomunikasi & hiburan serta manufaktur. Bisnis illegal juga mutlak dikuasai mereka sehingga istilah mafia Rusia sangat terkenal di dunia. Mereka banyak mendapatkan keuntungan dari kondisi sosial politik yang tidak stabil paska runtuhnya Uni Sovyet dan terkenal dengan cara-cara bisnis mereka yang kotor.

Dengan cara yang sama pemerintah Amerika sudah jauh lebih lama dikendalikan para oligarch Yahudi. Apalagi semasa pemerintahan Bill Clinton tahun 1994 dimana lebih dari 50% pejabat publik Amerika adalah keturunan Yahudi. Seorang di antaranya, seorang dubes Amerika untuk Israel, bahkan baru memperoleh kewarganegaraan Amerika pada hari yang sama dengan pelantikan Bill Clinton. Sementara pejabat lainnya, Rahm Emanuel, tokoh dibalik pengukuhan blok ekonomi North American Free Trade Area (NAFTA), adalah putra pimpinan kelompok teroris Israel Irgun yang bertanggungjawab atas pembantaian warga Arab dan Inggris semasa perang Arab-Israel tahun 1948.
Zionis juga sangat berpengaruh pada pemerintahan Estonia di bawah pimpinan Mart Laar (1991-94). Laar, sebagai contoh, adalah orang yang terlibat dalam kontrak pembelian senjata pertama kali sejak merdeka, berupa pembelian senjata senilai $50 juta dari Israel. Senjata-senjata itu kemudian ditemukan ternyata berkualitas rendah, senjata bekas rampasan gerilyawan Palestina di Lebanon yang tidak berfungsi baik di suhu dingin Estonia. Laar juga terlibat dalam skandal transfer uang rubel kepada gerilyawan Chechnya.

Simm, tidak lain adalah tangan kanan Laar, yang pada akhirnya adalah anak emas Israel. Inilah kunci kasus ini karena adanya indikasi kuat senjata selundupan dalam kapal Estonia hendak dikirim ke Israel.

Andrus Öövel, mantan menteri pertahanan Estonian bahkan pernah mengatakan: "Sepanjang saya ingat, Herman Simm mendapatkan karier yang meroket selama pemerintahan Mart Laar."

Pertanyaannya sekarang adalah apakah kasus penangkapan Simm akan membuka tabir misterius tenggelamnya kapal Estonia?

No comments: