Monday, 7 September 2009
Sodom Gomorah di Kedubes Amerika
Mabuk, berkelahi, berzina, melecehkan orang, dan .... sodomi. Tindakan-tindakan menjijikkan itu semua dilakukan oleh para personil militer Amerika di kedutaan besar mereka di Afghanistan. Jangan heran kalau para pejuang Afghanistan bertekad kuat mengusir mereka dari negerinya.
Desas-desus mengenai tindakan keji ala binatang yang dilakukan para personil militer Amerika di kantor-kantor perwakilan negaranya di luar negeri sebenarnya sudah lama terjadi. Dan hal itu menjadi sebuah fakta setelah terbongkarnya surat rahasia yang dikirimkan kepada Menlu Amerika Hillary Clinton oleh Project on Government Oversight (POGO), LSM pengamat pemerintahan.
Penanganan keamanan kantor perwakilan Amerika di luar negeri telah menjadi isu panas akhir-akhir ini. Congress, DPR Amerika bahkan telah menjadikan masalah ini sebagai peringatan kepada pemerintah untuk melakukan kajian kembali kebijakan mereka terkait dengan masalah ini.
Laporan yang diberikan POGO kepada kementrian luar negeri Amerika adalah mengenai penanganan keamanan kantor kedutaan besar Amerika di Kabul, Afghanistan yang dilakukan oleh perusahaan swasta penyedia jasa keamanan ArmorGroup North America yang merupakan anak perusahaan dari penyedia jasa keamanan raksasa Wackenhut G4S. Namun meski telah terbukti tidak layak, ArmorGroup justru mendapatkan kontrak perpanjangan baru hingga tahun depan senilai $189 juta.
Dalam laporannya tersebut POGO menyebutkan sejumlah personil militer penjaga kantor kedubes Amerika di Kabul yang seluruhnya berjumlah 450 personil telah menghubungi POGO untuk bertindak atas terjadinya pelanggaran disiplin dan kemerosotan moral di dalam rantai komando pasukan penjaga kedutaan besar.
Sementara itu dalam suratnya kepada Hillary Clinton, Direktur POGO Danielle Brian menulis: "Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat perputaran tugas personil keamanan. Berdasarkan sumber kami, tingkat perputaran masa tugas personil keamanan mencapai 100% setahun. Hal ini menyebabkan mereka gagal membangun kebersamaan."
Wakil Direktur Wackenhut, Sam Brinkley di hadapan komisi Senat yang menyidiki masalah ini mengatakan, "Sejak Januari 2009 kebutuhan personil keamanan Kedubes AS di Kabul telah terpenuhi sepenuhnya." Menurut Brinkley, kekurangan personil merupakan permasalahan utama. Dan beberapa bukti menyebutkan Brinkley mengetahui persoalan ketidak disiplinan dan masalah moral para personil keamanan tersebut. Sekitar bulan Maret, demikian keterangan beberapa orang, Brinkley bertemu dengan 50 personil keamanan yang mengadukan masalah kekurangan personil. Kemudian pada bulan April, komandan keamanan kedubes AS di Kabul, Werner Ilic, menyurati Deplu mengenai kurangnya personil keamanan yang menyebabkan tingginya tekanan fisik dan mental para personil keamanan. Ilic menyebutkan para personil keamanan harus bekerja 14 jam sehari dari seharusnya hanya 8 jam sehari.
Namun demikian persoalan kekurangan personil tidak bisa menjadi alasan tindakan biadab para personil keamanan swasta tersebut. Beberapa anggota personil keamanan telah mendatangi kantor POGO dengan banyak bukti mengenai tindakan amoral para personil keamanan Amerika di kedubes. Beberapa foto menunjukkan para personil kedutaan besar juga terlibat langsung dalam praktik-praktik amoral.
Para personil keamanan secara rahasia memberi informasi kepada POGO bahwa manajemen ArmorGroup sebenarnya telah mengetanui praktik-praktik amoral para personilnya. Namun tidak pernah ada tindakan nyata untuk menghilangkan praktik-praktik itu.
Beberapa foto dan rekaman video menunjukkan tingkah laku para personil keamanan yang sangat amoral seperti saling mengencingi, berkasih mesra sesama lelaki, makan kentang goreng di atas kotoran manusia serta berbagai praktik kekerasan.
Beberapa personil keamanan yang "normal" mengungkapkan bahwa tindakan-tindakan amoral tersebut telah menciptakan suasana ketegangan antar personil karena seringkali para pelaku tindakan amoral itu memaksa rekan-rekannya yang "normal" untuk melakukan hal yang sama dengan ancaman kekerasan. Beberapa personil yang "normal" bahkan membuat semacam barikade di depan kamarnya untuk menjaga diri. Mereka juga mengatakan bahwa manajemen ArmorGroup telah membentuk tim untuk mencari siapa yang membocorkan praktik-praktik amoral tersebut.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius, mengapa perusahaan seperti ArmorGroup (atau Blackwater) mendapat kepercayaan untuk menangani keamanan kedutaan besar Amerika di luar negeri dimana ratusan diplomat dan keluarganya tergantung keselamatannya kepada mereka. Juga menjadi pertanyaan sejauh mana departemen luar negeri mampu mengawasi perusahaan-perusahaan jasa keamanan swasta yang disewanya.
POGO telah meminta departemen luar negeri untuk melakukan investigasi serta mempertimbangkan untuk menghentikan kontrak dengan ArmorGroup North America.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment