Saturday, 7 November 2009

Misi Rahasia Penyelamatan Yahudi Yaman.


Artikel asli: Miriam Jordan – Wall Street Journal, 31 Oktober 2009


Anda telah mendengar aksi-aksi kekerasan di Yaman saat ini? Dan mengapa Arab Saudi melibatkan diri dalam aksi kekerasan di Yaman? Inilah cerita di balik itu semua.

Di rumah barunya di Amerika, Shaker Yakub, seorang yahudi Yaman, menutup kepala dan lehernya dengan kain penutup kepala khas Arab. Di bawah kain itu, ia mengenakan skullcap (kupluk kecil khas yahudi). "Dengan inilah saya berhasil melarikan diri dari Yaman menghindari orang-orang muslim yang marah," kata Yakub, laki-laki 59 tahun dengan tujuh anak. Semua anaknya pun mengenakan pakaian muslim untuk menyembunyikan identitas mereka.

Tindakan mereka itu memungkinkan mereka melarikan diri dari kota kelahiran mereka, Raida, Yaman, yang dilanda aksi kerusuhan anti-yahudi, menuju ibukota Sana 50 mil di selatan Raida. Di ibukota mereka dijemput oleh para pegawai kedutaan Amerika yang selanjutnya mengirimkan mereka diam-diam ke Amerika.

Sejak Juli setelah lebih dari setengah tahun kerusuhan anti-yahudi merebak di Yaman, sekitar 60 orang yahudi Yaman telah pindah dan tinggal di Amerika. Para pejabat Amerika menyebutkan kemungkinan 100 lagi akan segera tiba di Amerika. Secara keseluruhan terdapat sekitar 350 orang yahudi Yaman di Raida. Selain ke Amerika, sebagian dari mereka telah melarikan diri ke Israel. Sisanya bersembunyi di kantor-kantor pemerintah.

Operasi rahasia penyelamatan yahudi Yaman, salah satu komunitas yahudi dalam pengasingan tertua, menunjukkan Amerika semakin banyak melibatkan diri di semenanjung Arab. Namun keterlibatan Arab Saudi dalam aksi kerusuhan dengan menyerang Yaman lebih menarik lagi. Ini menunjukkan tuduhan sebagian orang bahwa para penguasa regim Wahabi-Salafi Saudi adalah keturunan yahudi adalah benar adanya. Mereka menyerang Yaman sebagai bentuk solidaritas kepada komunitas yahudi yang tengah mendapat represi di Yaman.

Operasi penyelamatan yahudi Yaman oleh Amerika dilakukan menyusul berbagai gejolak yang melanda Yaman. Diwarnai dengan aksi sentimen anti-yahudi setahun lalu yang diperparah oleh aksi kebiadaban Israel di Gaza, aksi-aksi terorisme Al Qaida hingga pemberontakan Shiah di wilayah utara negeri.

Pada bulan Juli Jendral David Petraeus, komandan pasukan Amerika di Timur Tengah, terbang ke Yaman untuk mendorong presiden Ali Abdullah Saleh, seorang shiah, untuk bertindak agresif terhadap al-Qaeda yang berada di Yaman. Bulan lalu Presiden Barack Obama mengirim surat kepada Saleh menekankan pentingnya Yaman bagi keamanan kepentingan Amerika. Selama bertahun-tahun Yaman lewat dari perhatian Amerika yang tertuju ke Irak dan Afghanistan. Namun akhir-akhir ini Amerika melihat Yaman mulai berubah menjadi sarang "teroris".

Kerusuhan yang semakin intensif di utara akibat pemberontakan kaum Shiah, gerakan separatisme di selatan, ditambah aktifitas Al Qaida di Yaman menciptakan kekhawatiran ketidak mampuan pemerintahan Saleh mengendalikan negerinya. Banyak analis barat memperkirakan Yaman potential untuk menjadi basis gerakan terorisme sebagaimana Afghanistan sebelum pendudukan Amerika tahun 2001.

Amerika mengambil kebijakan yang beresiko dengan menampung orang-orang yahudi Yaman di saat mana berbagai kasus pengungsian di dunia tidak mendapat perhatian, termasuk pengungsi Palestina yang terkatung-katung selama puluhan tahun. Lagipula kebijakan itu tentu sangat tidak populer di kalangan sekutu Arab-nya.

Yakub mengatakan, missi rahasia Amerika telah menyelamatkan nyawanya dan keluarganya. Namun missi itu juga mengancam keberadaan salah satu komunitas yahudi diaspora tertua di dunia.

Kaum yahudi telah berada di Yaman sejak 2.500 tahun yang lalu. Tepatnya sebagai pedagang di jaman raja nabi Sulaiman. Hidup terisolasi di tengah-tengah komunitas Islam yang mayoritas membuat mereka teguh mempertahankan tradisi keyahudiannya. Mereka bisa membaca Taurat dengan huruf hebrew, tapi tidak bisa membaca bahasa Arab. Mereka hidup di dalam rumah-rumah batu dengan gaya hidup sangat sederhana. Ajaran Islam yang memberikan perlindungan kepada kaum minoritas membuat mereka betah hidup di Yaman.

Namun saat terjadi perang Arab-Israel tahun 1948, kaum yahudi Yaman mengalami tekanan keras dari masyarakat Arab yang mengakibatkan sebagian dari mereka tewas dalam kerusuhan. Antara tahun 1949-1950 sebanyak 50 ribu warga yahudi yaman diterbangkan ke Israel melalui operasi rahasia "Operation Magic Carpet." Sisanya sebanyak 2.000 orang tetap tinggal hingga tahun 1962 saat terjadi perang saudara yang membuat sebagian dari mereka mengungsi keluar negeri. Kini terdapat beberapa ratus yahudi di Yaman. Namun keberadaan mereka tidak banyak diketahui orang.

No comments: