Sunday, 15 November 2009

Tembok Berlin? Itu sih Kecil!




“If we kill a Gentile who has sinned or has violated one of the seven commandments, there is nothing wrong with the murder.” – Rabbi Yitzhak Shapiro, dalam buku “King’s Torah”.


Tanyakan kepada kebanyakan orang, terutama yang sudah cukup dewasa pada akhir tahun 1980-an, mengenai "Tembok Berlin". Mereka pasti akan dapat menjawab dengan mantap apa itu "Tembok Berlin" karena saat diruntuhkan, beritanya menyebar ke seluruh penjuru dunia melebihi berita-berita lainnya. Banyak orang bahkan rela mengeluarkan segepok uang untuk membeli kepingan tembok tersebut sekedar untuk "kenang-kenangan" atau sekedar untuk kebanggan diri pernah terlibat dalam peristiwa sejarah yang terkenal.

Tapi tanyakan kepada semua orang apa itu Tembok Pemisah di Palestina? Kebanyakan orang tidak mengetahui apa itu. Padahal tembok buatan Israel yang difungsikan untuk memecah belah wilayah Palestina dan memenjarakan penduduknya itu jauh lebih besar, lebih tinggi dan panjang daripada Tembok Berlin.

Tembok Berlin terkenal dengan keangkerannya karena telah menelan nyawa belasan warga Jerman yang berusaha menerobosnya demi bertemu dengan sanak keluarganya. Tembok Pemisah jauh lebih banyak menelan korban warga Palestina yang beruaha menerobosnya. Beberapa di antara mereka tewas ditembak pasukan penjaga Israel hanya karena warga Pelestina tersebut berusaha membawa kerabatnya yang sakit keras ke rumah sakit terdekat.

Mengapa media massa jarang memberitakan Tembok Pemisah yang masih eksis dan terus menerus memakan korban, sementara mereka lebih suka menulis tentang Tembok Berlin, sejarah yang sudah berlalu 20 tahun lalu. Inikah yang disebut dunia dengan pers bebas? Atau dunia dengan pers yang dikendalikan sekelompok kepentingan tertentu?

Ketidak adilan ini kini bahkan telah sampai pada tahap "kegilaan" dimana kita terus-menerus dijejali dengan cerita masala lalu tentang kekejaman Nazi Jerman terhadap orang-orang Yahudi, terutama melalui film-film Hollywood seperti “Defiance“, "Basterd", "Sophie’s Choice", "Shindler’s List", "The Pianist" dll. Sementara rakyat Pelestina yang saat ini tinggal dalam kamp-kamp tawanan raksasa dikelilingi Tembok Pemisah, luput dari perhatian.

Gambar-gambar di atas menggambarkan betapa orang-orang yahudi memperlakukan rakyat Palestina jauh lebih kejam dibandingkan perlakuan Jerman kepada mereka.

Gambar pertama searah jarum jam: Seorang gadis kecil Palestina terkubur hidup-hidup oleh reruntuhan rumahnya akibat pemboman membabi buta Israel terhadap wilayah Gaza awal tahun ini. Ekspresi kebencian orang yahudi terhadap orang Arab yang telah mereka rampok rumah, tanah dan seluruh harta bendanya. Orang-orang yahudi Israel diijinkna memiliki senjata api hanya untuk digunakan menembaki rakyat Palestina. Seorang warga Palestina ditembak oleh warga Israel dan mayatnya dilemparkan ke dalam kereta dorong material seperti mayat binatang.

Gambar kedua: tentara Israel menangkap seorang warga Palestina. Setelah dilucuti, warga sipil yang tidak berdaya itu digeletakkan di aspal dan ditembak kepalanya dari jarak dekat. Untuk menutupi kejahatannya tersebut kemudian polisi Israel mengeluarkan robot penjinak bom seolah-olah warga Palestina tersebut adalah seorang teroris.

Namun semua cerita itu tidak dapat menandingi kekejaman "Kapten R" seorang perwira tentara Israel di daerah pendudukan Israel di Palestina belum lama berselang. Setelah menembak jatuh seorang gadis kecil Palestina hanya karena salah jalan, sang kapten berjalan mendekati gadis malang yang tengah tergeletak mengerang kesakitan. Dari jarak dekat sang kapten menembak kepala sang gadis malang, dua kali. Peristiwa ini disaksikan oleh puluhan saksi warga Palestina maupun para tentara Israel sendiri. Tapi sang kapten bebas dari tuduhan pembunuhan.

No comments: