Thursday 25 March 2010

SUDAHKAN KITA FAIR?


Di antara umat Islam siapakah yang mengenal beberapa sahabat Rosul seperti Mushab bin Umair, Abu Dzar, Ammar bin Yassir, Bilal, Abu Dujanah dan Salman al Farisi? Jujur saja, nama-nama mereka tenggelam di antara nama-nama sahabat-sahabat Rosul yang lain seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Khalid bin Walid, Muawiyah, Amr bin Ash, Marwan bin Hakam, Mughiroh dan Abu Hurairah. Padahal kelompok sahabat yang pertama adalah orang-orang yang ta'at dan patuh sepenuhnya kepada Rosul tanpa pamrih sedikit pun. Mereka bahkan rela menukar nyawa mereka demi Rosul yang dicintainya.

Contoh paling nyata adalah Abu Dujanah. Bagaimana ia melindungi tubuh Rosul dengan punggungnya saat Rosul dihujani panah dan tombak dalam perang Uhud. Akibatnya Abu Dujanah pun meninggal secara mengenaskan. Padahal sebelumnya, dalam perang Uhud tersebut, Abu Dujanah adalah pahlawan yang tak terkalahkan. Membunuhi semua musuh yang menghalanginya dan membuat mereka kocar-kacir melarikan diri.

Atau Mushab bin Umair. Ia adalah seorang pemuda tampan dari keluarga kaya yang sangat disayangi orang tuanya. Ia meninggalkan kesenangan duniawi untuk bergabung bersama Rosul. Saat meninggal dalam perang Uhud setelah mempertahankan mati-matian bendera komando yang diamanahkan kepadanya, ia tidak memiliki kain kafan yang cukup untuk membungkus jenasahnya selain pakaiannya sendiri yang compang-camping. Rosulullah adalah orang yang sangat tegar. Ia hampir tidak pernah terlihat menangis kecuali karena kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya seperti saat kehilangan Ibrahim, putranya yang masih kecil. Namun melihat ironi yang menimpa Mushab, beliau menangis. "Dahulu Mushab adalah pemuda paling tampan yang saya lihat dengan pakaiannya yang indah," kata Rosul melihat Mushab memakai pakaian yang compang-camping. Namun kebesaran utama Mushab, selain kematian syahidnya adalah jasanya dalam mengislamkan sebagian besar orang-orang Madinah sebelum peristiwa hijrah.

Dan lihatlah Ammar bin Yassir. Ia bersama kedua orang tuanya adalah mujahid-mujahid pertama dalam Islam, yaitu orang-orang yang berjuang dengan nyawanya untuk Islam. Kedua orang tuanya, Ummu dan Abu Ammar bahkan menjadi orang-orang Islam pertama yang mati syahid karena membela keyakinannya. Adapun Ammar, dalam kemudaannya, akhirnya menyerah karena siksaan orang-orang mushrik dan mengikuti perintah mereka untuk "keluar" dari Islam. Ia menjalani itu semua adalah demi menyelamatkan nyawanya dengan hatinya yang tidak berpaling sedikitpun dari kebenaran Islam. Namun kemudian ia menyesal dan menghadap Rosul untuk mengadukan masalah yang dihadapinya. Maka Allah menurunkan surat yang membolahkan orang Islam untuk bertaqiyah, menyembunyikan kebenaran untuk mempertahankan hidup. "Jika mereka mengulangi apa yang mereka perbuat kepadamu, lakukanlah hal yang sama (taqiyah). Berbahagialah wahai keluarga Yassir dengan surga yang telah disediakan Allah bagi kalian," kata Rosul kepada Ammar dan kedua orang tuanya.

Suatu saat malaikat Jibril memberitahu Rosul bahwa suatu saat Ammar akan meninggal dibunuh oleh para pemberontak dan Ammar berada di pihak yang benar dalam masa terjadinya fitnah dan perpecahan. Rosul menyampaikan ramalan tersebut kepada Ammar dan para sahabat hingga para sahabat meraka takut untuk bermusuhan dengan Ammar apalagi membunuhnya. Namun "tabu" tersebut dilanggar dalam masa pemerintahan Usman bin Affan yang "disetir" oleh Marwan bin Hakam. Karena kritik-kritik tajamnya kepada pemerintahan Usman yang korup dan nepotis, Ammar dipukuli hingga nyaris tewas. Bahkan dalam perang Shiffin dimana Ammar berpihak kepada Ali bin Abi Thalib melawan Muawiyah, pasukan Muawiyah membantai Ammar dan memenggal kepalanya. Ketika orang-orang membicarakan ramalan Rosul perihal kematian Ammar, Muawiyah dengan enteng berkata bahwa Ali-lah yang telah membunuh Ammar dengan alasan karena memihak Ali, Ammar terbunuh.

Lalu lihatlah Abu Dzar al Ghifari. Karena begitu gembiranya dengan keislamannya, ia menjadi orang Islam pertama yang menyatakan keislamannya secara terbuka di hadapan umum sehingga orang-orang musrik marah dan mengeroyoknya hingga nyaris tewas. Di masa pemerintahan Usman bin Affan ia melihat para elit penguasa terbuai dengan kekayaan dan kekuasaan. Dengan lantang ia memperingatkan mereka tentang ancaman Allah kepada mereka yang melupakan kewajiban agama dan sosialnya. Ia mengecam Muawiyah bin Abu Sufyan dan Usman bin Affan, dua penguasa yang dianggapnya telah menyimpang dari keislaman meski tidak meninggalkan ibadah mereka. Karenanya dianggap sebagai "provokator" ia dihukum pengasingan di padang pasir yang tandus hingga meninggal bersama keluarganya.

Gambaran sejarah yang dialami oleh Ammar bin Yassir, Mushab bin Umar, Abu Dujanah, Bilal, Salman al Farasi dan Abu Dzar telah tereduksi oleh nama-nama seperti Amr bin Ash, Muawiyah, Mughiroh dan Marwan bin Hakam. Tidak hanya itu, bersamaan dengan upaya mengabaikan eksistensi sejarah mereka, mereka juga diabaikan sebagai sumber ilmu. Padahal dalam hal ilmu merekalah murid-murid Rosulullah yang paling utama. Mereka yang pertama mendapatkan ilmu agama dari Rosulnya ketika sebagian besar warga kota Mekkah dan Madinah masih musrik. Dalam hal ini peran mereka direduksi oleh sosok Abu Hurairah, seorang mu'alaf yang bahkan tidak pernah berjihad dan berhijrah, tapi kemudian menjadi sumber utama rujukan ilmu agama dalam kitab-kitab hadits.

Adapun mengenai sosok Amr bin Ash, Muawiyah, Mughiroh dan Marwan bin Hakam, sebenarnya semua orang Arab pada masa Rosulullah mengetahui mereka sebagai orang-orang paling licik. Mereka pun baru masuk Islam setelah menyadari bahwa Islam ternyata tidak bisa dikalahkan oleh mereka.

Amr bin Ash sebagai contoh pertama. Pada masa dakwah Rosulullah di Mekkah, ia adalah seorang musuh utama Rosul. Ia sering menghina Rosul sebagai "orang yang terputus nasabnya" karena tidak memiliki anak laki-laki. Penghinaan ini dijawab Allah dengan menurunkan surat Al Kautsar yang menyebutkan bahwa justru orang-orang yang menghina Rosul-lah yang terputus nasabnya. Surat tersebut bahkan menyebutkan bahwa Rosul akan mendapatkan karunia berupa keturunan yang melimpah. Dan meski "hanya" seorang mu'alaf, ia justru diserahi jabatan komandan perang hingga gubernur oleh khalifah Umar bin Khattab yang mana kemudian Amr menyalahgunakan kekuasaannya dengan memperkaya diri sendiri dan memperlakukan rakyatnya dengan sewenang-wenang hingga Umar menghukumnya dengan hukuman dera dan mencabut jabatannya.

Umar bin Khattab dalam banyak peristiwa memang memperlihatkan diri sebagai seorang pemimpin yang adil (semoga Allah menerima amal-amalnya dan mengampuni kekurangan-kekurangannya). Selain menghukum Amr bin Ash dan Khalid bin Walid yang telah membunuh seorang sahabat Rosul utama bernama Nu'man bin Numair dan menggauli istrinya malam harinya, Umar juga pernah merajam seorang putranya sendiri yang berzina serta mendera putranya yang lain yang mabuk minuman keras. Namun terhadap Muawiyah ia seperti tidak berdaya. Selain memberi jabatan gubernur kepada Muawiyah yang mu'amalaf dan tidak pernah berjihad itu, ia juga membiarkan Muawiyah berkuasa secara berlebihan. Muawiyah hidup bermewah-mewahan dengan baju sutra dan perhiasan emas yang diharamkan Rosul. Ketika orang-orang mengadukan tindakan Muawiyah, Umar hanya berkata, "Biarkan ia. Sesungguhnya ia adalah kisra (raja)-nya orang Arab."

Adapun Mughiroh, ia juga mendapatkan jabatan tinggi sebagai gubernur. Ia sempat dipecat oleh Umar karena berzina, namun kemudian jabatannya dipulihkan kembali. Namun sosok paling kontroversi adalah Marwan bin Hakam. Karena ketamakan dan kelicikannya, ia mengubah Usman bin Affan yang awalnya adalah seorang sahabat yang "lurus" berubah sifatnya (semoga Allah menerima amal-amalnya dan mengampuni kekurang-kekurangannya). Akibatnya Usman terbunuh oleh pemberontakan rakyat. Ironisnya, mungkin ini untuk menjadi ujian bagi ummat Islam, Marwan bin Hakam lolos dari pembunuhan para pemberontak, ia kemudian menghembuskan fitnah yang mengobarkan Perang Unta (dalam peristiwa ini beberapa penulis sejarah menyebutkan ia menjadi pembunuh Thallah, seorang sahabat utama yang mengundurkan diri dari peperangan), kemudian ia terlibat dalam konspirasi menyingkirkan Ali bin Abi Thalib dan ahlul bait (keturunan Rosul) dari kekuasaan dan mengukuhkan keluarga Umayah (keturunan Abu Sofyan dedengkot musuh Rosul dimana Muawiyah adalah salah satu). Ia terlibat dalam konspirasi pembunuhan Umar bin Abdul Aziz, khalifah Bani Umayah yang adil yang berusaha mengembalikan hak-hak ahlul bait. Terakhir Marwan, orang yang pernah diusir Rosul dari Madinah karena kemusrikannya itu bahkan menjabat sebagai khalifah.

Amr bin Ash, Muawiyah, Mughiroh, Khalid bin Walid, Marwan bin Hakam, menempati posisi terhormat dalam sejarah Islam, yang sebagaimana sejarah yang lain ditentukan oleh penguasa. Mereka, orang-orang yang diragukan kualitas keislamannya bahkan lebih banyak menjadi sumber ilmu (hadits) dibandingkan ahlul bait. Adapun Ammar bin Yassir dkk, tenggelam dalam sejarah Islam dan tersingkir dari jabatan-jabatan pemerintahan karena disamping mereka bukan orang kaya dan bangsawan sebagaimana Amr bin Ash dkk, mereka adalah pembela ahlul bait.

No comments: