Wednesday 17 March 2010

Di Balik Kampanye Perang Melawan Terorisme


Every war results from the struggle for markets and spheres of influence, and every war is sold to the public by professional liars and totally sincere religious maniacs, as a Holy Crusade to save God and Goodness from Satan and Evil.- Robert Anton Wilson (1932-2007)

Keterangan gambar: Telah banyak terjadi kebakaran gedung pencakar langit yang jauh lebih hebat dibandingkan kebakaran gedung WTC. Namun hanya gedung WTC yang kolaps



Pada tahun 2009 lalu DR. Steven Jones, seorang pakar ilmu material menulis sebuah paper ilmiah mengenai adanya sisa-sia material super-Thermite (material super panas) pada reruntuhan material gedung WTC yang runtuh dalam peristiwa 9-11-2001. Penemuan tersebut adalah sesuatu hal yang sangat mendalam maknanya karena mementahkan klaim pemerintah Amerika bahwa keruntuhan gedung WTC adalah karena serangan teroris. Penemuan tersebut juga menjawab pertanyaan para ahli konstruksi tentang bagaimana sebuah gedung pencakar langit yang dirancang tahan gempa, tahan panas dan tahan terhadap tabrakan dengan dua atau bahkan tiga pesawat jet besar sekaligus bisa runtuh dalam hitungan menit. Sedang bagi para penganut teori konpsirasi, penemuan ini memperkuat klaim mereka bahwa unsur-unsur inteligen dan aparat keamanan Amerika dan Israel terlibat dalam peristiwa itu mengingat bagaimana sistem pertahanan udara Amerika yang begitu canggih bisa lumpuh selama aksi terorisme berlangsung.

Namun anehnya, bagi pemerintah Amerika, penemuan penting itu dianggap angin lalu. DR Jones telah menyerahkan kopi paper ilmiahnya kepada Wapres Joe Biden dalam sebuah acara di Los Angeles tgl 18 Mei 2009 lalu dan seorang wartawan menanyakan tindakan pemerintah atas penemuan tersebut. Joe Biden menerima paper tersebut, namun menolak menjawab pertanyaan wartawan dan bergegas meninggalkan tempat.

Sejak dari awal, bahkan sebelum dilakukan penyelidikan apapun, pemerintah Amerika dan "media-media massa utama terkooptasi" mengklaim Al Qaida dan Osama bin Laden sebagai pelaku serangan teroris yang meruntuhkan gedung WTC dan merusak gedung Pentagon. Dengan tuduhan tersebut pemerintah Amerika bahkan melancarkan sebuah kampanye global yang destruktif, yaitu perang melawan terorisme yang ditandai dengan serangan kepada Afghanistan dan Irak.

Namun temuan DR. Jones berjaso; menempatkan kebenaran, yaitu bahwa kampanye anti-teroris global adalah setumpuk kebohongan belaka, termasuk riak-riaknya di Indonesia. Tragedi WTC tidak lain sebagai operasi inteligen atau false flag untuk menguasai sumber-sumber energi di Afghanistan dan Irak serta mengkooptasi ummat Islam secara global sekaligus memperkuat Israel.


TIRANI KEBOHONGAN

Siapakah pembohong terbesar di dunia saat ini? Setelah George W. Bush dan Tony Blair, saat ini tidak ada pembohong besar lain kecuali Barack Obama. Ia berbohong tentang perdamaian dengan dunia Islam dengan mengintensifkan perang Afghanistan hingga memasuki wilayah Pakistan. Ia berbohong tentang perdamaian Palestina-Israel dengan mendiamkan Israel melanggar perjanjian perdamaian dengan terus membangun pemukiman Israel di daerah pendudukan tanpa mengeluarkan sangsi paling ringan sekalipun kepada Israel. Ia berbohong tentang penarikan pasukan Amerika di Irak. Ia berbohong tentang penutupan penjara Guantanamo --- dalam sebuah acara diskusi di Metro TV tgl 15 Maret 2010 Suciwati, pemimpin LSM kepanjangan tangan George Soros, Tifa Foundation, pura-pura bodoh atau memang dia idiot, dengan mengatakan Barack Obama telah menutup penjara Guantanamo ---. Dan yang lebih besar lagi ia bahkan berbohong tentang tempat kelahirannya. Neneknya, para kerabatnya serta seorang pejabat di Kenya bersaksi bahwa Obama lahir di Kenya sehingga otomatis mencabut haknya untuk menjadi seorang presiden Amerika karena konstitusi Amerika mengharuskan seorang presiden harus seorang warga negara Amerika yang lahir di wilayah Amerika.

Joe Wilson, anggota Congress dari Partai Republik dalam sebuah acara dengar pendapat mengenai RUU Kesehatan tgl 9-11-2009 lalu berteriak kepada Obama: "Anda berbohong!". Joe Wilson benar.

Menyalahkan Osama bin Laden dan Al Qaida pada peristiwa WTC adalah sebuah kebohongan terbesar sepanjang masa. Pemerintah Amerika dan media-media massa terkooptasi tidak mau mengungkapkan kebenaran penemuan ilmiah DR. Jones karena akan mengganggu agenda besar mereka di dunia. Tidak peduli kebohongan ini harus dibayar mahal oleh dunia: jutaan rakyat Afghanistan dan Irak meninggal maupun terluka, ribuan tentara Amerika tewas dan terluka, dan triliunan dolar uang rakyat Amerika dan sekutunya habis untuk membiayai petualangan tentara-tentara mereka.



MENGAPA AFGHANISTAN

Pemerintahan Amerika di bawah kepemimpinan George Bush dan Obama adalah ZOG (zionist occupied goverment) ---saya lebih suka menyebut jew ass sucker (JAS)---. Sekitar separoh lebih anggota kabinetnya berdarah Yahudi. Sisanya goyim (non yahudi) yang menjadi budak yahudi karena hutang jasa. Contoh gamblangnya adalah Rahm Emmanuel, kepala staff Gedung Putih yang mantan anggota tentara Israel dan memiliki kewarganegaraan ganda Amerika-Israel. Rahm adalah putra seorang anggota Irgun, kelompok teroris Israel selama masa perang Arab-Israel tahun 1948. Rahm setidaknya sekali setahun selalu pulang ke Israel dan berkumpul dengan orang tua dan saudara-saudara kandungnya.

Pengaruh Israel sedemikian kuatnya di pemerintahan dan birokrasi Amerika hingga ke akar rumput sehingga PM Israel Ariel Sharon pernah berkatan: "Kita orang-orang yahudi menguasai Amerika, dan Amerika menyadari hal itu."

Yang sangat mengherankan adalah bahwa pihak yang mula-mula menyalahkan Al Qaida sebagai dalang tragedi WTC tanpa bukti apapun adalah orang-orang Israel, dan pemerintah Amerika dengan "percaya diri" membebek terhadap tuduhan-tuduhan tersebut. Hanya beberaja jam setelah terjadinya serangan WTC, Shabtai Shavit, mantan kepala dinas intlegen Israel Mossad, mengklaim, "serangan tersebut merupakan simbol dari pertentangan antara Islam ekstremis dengan demokrasi barat." Tuduhan Shavit kemudian ditindak lanjuti dengan menyerahkan bukti-bukti palsu tentang keterlibatan Al Qaida yang diterima begitu saja oleh Asisten Jaksa Agung Michael Chertoff (Sama dengan Rahm, Chertoff juga berkewarganegaraan ganda. Bagi yang heran dengan fenomena warga negara ganda ini baiklah saya jelaskan. Israel menganut azas kelahiran bagi warganegaranya. Seorang yang dilahirkan oleh seorang wanita yahudi, otomatis ia akan dianggap sebagai warga negara Israel. Setiap saat ia bisa datang ke Israel dan mendapatkan paspor Israel, tidak peduli jika sebenarnya ia sudah memiliki kewarganegaraan lain).

Tuduhan yang sama di pagi-pagi buta juga dilancarkan oleh dua gembong Israel, Benjamin (Bibi) Netanyahu dan Ehud Barak. Bibi yang saat itu menjadi PM Israel dan Barak yang menjabat menteri pertahanan bahkan mendesak Amerika untuk menyerang Afghanistan. Yang sangat mengherankan adalah pada saat terjadi tragedi WTC, tidak saja lima orang agen Mossad yang tertangkap polisi Amerika setelah mengabadikan peristiwa wTC --- namun kemudian dikembalikan ke Israel alih-alih dilakukan penyidikan terhadap mereka ---, Netanyahu juga berada di Amerika.

Kepada Sky Television, media massa corong yahudi milik Rupert Murdoch, Ehud Barak saat itu berkata, "sangat jelas bagi saya bahwa organisasi bin Laden lah pelakunya. Kita harus bertindak tegas terhadap aksi teorisme ini. Kita harus berkoordinasi untuk melakukan peperangan sebagaimana para pendahulu kita di masa lalu berperang melawan para bajak laut. Para teroris tidak boleh menginjakkna kakinya di semua bandara dan pelabuhan kita. Kita tahu dimana tempat teroris itu bermarkas (Afghanistan) dan kini saatnya untuk bertindak."

Tentu saja Barak tidak menyebutkan bahwa perusahaan pengelola bandara-bandara Amerika adalah perusahaan-perusahaan milik orang yahudi dan perangkat komputer di bandara-bandara dan pelabuhan itu buatan Israel.

Sebagaimana dikatakan Robert Anton Wilson, "setiap peperangan disebabkan oleh persaingan memperebutkan pasar dan pengaruh." Tidak berbeda halnya dengan Perang Melawan Terorisme yang dilancarkan Amerika dan sekutu-sekutunya. Perang ini dimaksudkan untuk memperkuat pasar dan pengaruh Amerika di Asia sekaligus menyingkirkan musuh-musuh potensialnya seperti Rusia, Cina dan Iran. Menyusul runtuhnya Uni Sovyet, agen-agen yahudi-Israel berupaya menguasai kontral atas wilayah-wilayah kaya sumber energi di negara-negara bekas Uni Sovyet. Di negara kaya sumber energi Turkmenistan, seorang agen Mossad bernama Yosef A. Maiman dengan cepat berhasil meraih kekuasaan.

Maiman lahir di Jerman tahun 1946, besar di Peru dan belajar di Amerika sebelum menjadi warganegara Israel tahun 1971 dan kemudian menjadi agen Mossad yang potensial. Maiman menjadi kepala jaringan bisnis bentukan Mossad, Merhav Group, dan memenangkan banyak kontrak bisnis di Turkmenistan dan dijuluki "raja minyak dan gas Asia Tengah" oleh Jerusalem Post tahun 2004. Maiman dan Israel sangat berkepentingan untuk menguasai jalur minyak dan gas dari Turkmenistan menuju India melalui Afghanistan. Namun selama Afghanistan dikuasai oleh Taliban, ambisi tersebut terganjal. Itulah sebabnya mereka merancang perang untuk menguasai Afgahnistan dan wilayah kaya energi lainnya di Asia Tengah.

Selain menguasai Merhav Group, Maiman juga pemilik Ampal Co., Channel 10 Israel (dimiliki bersama-sama dengan Ron Lauder, Rupert Murdoch, dan Arnon Milchen), Gadot Chemical Tankers & Terminals Ltd., dan Milchen Brothers Agro-Chemical Company.

Merhav Group dan jaringan bisnisnya membuka kedok keterlibatan Israel dalam perang terorisme yang digelar Amerika. Jaringan bisnis Maiman lainnya adalah Eltek Ltd. (perusahaan perangkat keras komputer Israel) yang dimiliki bersama dengan Eytan Barak (putra Ehud Barak). Barak adalah direktur ICTS International N.V., perusahaan jasa keamanan bandara Israel yang memiliki saham Huntleigh USA. Perusahaan terakhir adalah pembuat perlengkapan keamanan seperti screening di sebagian besar bandara Amerika. Itu semua membuat penyidikan independen terhadap peristiwa WTC sebagaimana diminta DR. Steven kepada Wapres Joe Biden tidak ditanggapi karena akan membongkar habis jaringan yahudi di balik peristiwa itu.

No comments: