Saturday 27 March 2010

PENGALIHAN PERHATIAN YANG JITU


Akhir-akhir ini drama politik internasional didominasi oleh pertunjukan "ketegangan diplomatik" antara Israel dan Amerika perihal rencana pembangunan pemukiman yahudi di Jerussalem. Sebagaimana diberitakan di media-media di seluruh dunia, pemerintah Amerika "marah" terhadap pengumuman Israel untuk meneruskan pembangunan pemukiman yahudi di wilayah pendudukan Palestina. Namun apakah drama pertunjukan itu adalah sesuatu yang nyata atau hanya sebagai pengalihan perhatian dari sebuah rencana besar lain, yaitu perang melawan Iran? Tulisan ini dibuat agar Anda tidak kaget jika ternyata perang Amerika melawan Iran benar-benar terjadi.

Pada bulan Januari lalu Presiden Barack Obama setuju memenuhi permintaan Israel untuk meningkatkan bantuan keamanan tahunan untuk Israel menjadi senilai $800 juta. Dari jumlah tersebut termasuk bantuan senjata mutakhir bom pembongkar bunker serta rudal anti rudal Patriot. Sebagian dari bom-bom pembongkar bunker bahkan baru saja dikirim ke pangkalan militer Diego Garcia di samudra Hindia.

Mari kita memusatkan pikiran sejenak. Israel tidak pernah berhenti membangun pemukiman yahudi di wilayah pendudukan Palestina. Israel tidak pernah berhenti membunuhi rakya Palestina. Israel tidak pernah berhenti melanggar perjanjian internasional. Semuanya itu dilakukan dengan dukungan buta Amerika, dan kini kita dibuat percaya bahwa hubungan Amerika dan Israel menegang karena masalah pemukiman yahudi?

"Ketegangan diplomatik" antara Amerika dengan Israel adalah sebuah pengalihan perhatian dari rencana penyerangan Amerika atas Iran. Rencana ini tidak saja penting bagi agenda Israel untuk memperkuat cengkeramannya atas wilayah pendudukan Palestina yang saat ini telah sampai pada titik dimana Israel diharuskan mengembalikan wilayah-wilayah pendudukan dan mengijinkan Palestina membentuk negara sendiri yang merdeka.

Ketegangan politik tersebut sebenarnya hanya pengalihan perhatian atas pengiriman bom-bom penghancur bunker yang telah dikirim ke pangkalan Diego Garcia. Meski disamarkan sebagai bantuan keamanan untuk Israel, pengiriman senjata itu ke Diego Garcia sebenarnya dimaksudkan untuk digunakan menyerang Iran. Mengapa tidak langsung saja dikirim ke Israel dan malah disimpan di Diego Garcia yang sama sekali tidak rasional mengingat dengan transit di Diego Garcia jarak pengiman Amerika-Israel menjadi 2x lebih jauh. Yang sebenarnya adalah Diego Garcia adalah pangkalan militer yang paling fisibel untuk menyerang Iran. Diego Garcia adalah pangkalan dimana bom tidak digunakan untuk disimpan melainkan untuk dijatuhkan di tempat musuh. Dari pangkalan inilah Amerika pernah menyerang Irak dalam Perang Teluk I dan II. Kini bahkan pangkalan ini akfif mengirimkan pesawat pembomnya ke Afghanistan.

Mengirimkan bom penghancur bunker ke Israel bukanlan pilihan yang bijak karena hal ini menimbulkan dampak politik yang merugikan Israel. Israel akan dianggap sebagai negara yang aktif menyiapkan perang terhadap Iran dan membuat Iran dan sekutu-sekutunya (Hizbollah, Hamas, Syria) lebih waspada. Dan saat bom-bom dari Diego Garcia jatuh di Iran, Israel tidak dianggap terlibat dalam perang melawan Iran sehingga negara-negara Arab moderat seperti Mesir, Yorgania dan kerajaan Saudi-Wahabi-Salafi tidak perlu repot-repot meredam rakyatnya yang marah.

Namun pertunjukan "drama politik" sebenarnya telah dimulai sejak lama, termasuk yang dimainkan oleh aktor Barack Obama. Ia memainkan banyak peran untuk membuat bingung masyarakat tentang siapa dia sebenarnya sekaligus menyembunyikan jati dirinya. Ia seorang kristen protestan, tapi juga seorang muslim, yahudi, kulit hitam, kulit putih, kulit berwarna, komunis, nasionalis, konservatif, liberal, humanis, facsis dlsb.

Setelah diam seribu bahasa menyaksikan rakyat Palestina di Gaza dibantai Israel, ia berpidato berapi-api akan merangkul dunia Islam dengan damai. Tapi hanya sebulan kemudian ia memerintahkan pengiriman 30.000 tentara ke Afghanistan. Negara-negara muslim yang mula-mula dikunjungi adalah Mesir, Turki dan kerajaan Saudi-Wahabi-Salafi. Mengapa bukan Irak, Palestina atau Somalia yang tengah tercabik-cabik dilanda perang? Tidak lain karena ia ingin lebih melunakkan hati tiga negara Islam sekutu Israel itu terutama saat perang melawan Iran terjadi.

Perang melawan Iran tampaknya memang sudah tidak mungkin dielakkan lagi. Israel, yahudi dan para pejabat hipokrit Amerika memang memerlukannya setelah masyarakat di seluruh dunia mulai sadar bahwa selama ini mereka telah menjadi sapi perahan orang-orang yahudi. Perang ini, sebagaimana juga perang dunia II akan mengalihkan perhatian masyarakat global dari persoalan sesungguhnya, yaitu kekuasaan yahudi. Namun boleh jadi juga perang ini adalah perang terakhir yang dikobarkan oleh orang-orang yahudi.

No comments: