Saturday 20 March 2010

Anjing Pudel yang Ditendang


Dari artikel Patric J Buchanan "The Poodle Gets Kicked", dalam situs Rebel Media Group, 16 Maret 2010



Kurang apa Joe Biden, wapres Amerika menyanjung-nyanjung Israel dalam kunjungan resminya ke negeri orang yahudi tersebut pertengahan bulan Maret ini. Pertama ia datang ke museum korban holocoust Yad Vashem dimana ia berkata, “Israel is a central bolt in our existence.” Selanjutnya ia berkata, "Israel is the heart. ... Israel is the light. ... Israel is the hope.” Ia pun terus mengumbar pujian saat berkunjung ke kantor Simon Peres. Katanya, "saat pertama kali berkunjung ke Israel pada umur 29 tahun, Israel telah menawan hati saya." Dalam buku tamu yang disediakan Peres, Biden juga mengumbar pujian, "Hubungan antara negara kita tidak mungkin tergoyahkah."

Ia bahkan mengumumkan kepada dunia, "Tidak ada jarak sedikitpun antara Amerika dengan Israel dalam masalah keamanan Isreal."

Saat berkunjung ke kantor Perdana Menteri Netanyahu, Joe memanggil Netanyahu dengan panggilan kesayangannya, "Bibi" dan menyebutnya sebagai seorang "sahabat sejati". Kepada "Bibi", ia pun terus menyanjung-nyanjung Israel dengan mengatakan, "hubungan Amerika-Israel akan selalu menjadi pusat dari semua kebijakan politik Amerika."

Namun apa yang diterima Biden sungguh di luar perkiraannya. Dengan kurang ajar Israel mematikan lampu museum Yad Vashem saat Biden berada di dalamnya. Kemudian saat pertemuannya dengan Biden, "Bibi" mengatakan kepada Biden bahwa tidak ada hadiah yang bisa diberikannya kepada Biden sebagaimana biasanya dalam agenda pertemuan para pejabat dari dua negara, kecuali "sebuah pecahan kaca".

Namun penghinaan jauh lebih besar masih harus diterima Biden yang membawa misi politik untuk menghentikan pembangunan pemukiman yahudi di wilayah pendudukan Palestina sebagai syarat tercapainya perdamaian Timur Tengah. Justru saat Biden berada di Israel, mendagri Israel Eli Yishai mengumumkan bahwa Israel akan membangun 1.600 apartemen di wilayah pendudukan. Ini masih ditambah pernyataan Yishai kepada surat kabar Ha'aretz bahwa Israel telah merencanakan pembangunan 50.000 rumah di wilayah pendudukan dalam beberapa tahun mendatang.

Biden shock dengan penghinaan tersebut hingga terlambat datang dalam acara makan malam dengan "Bibi", namun hanya sementara. Bahkan dengan wajah masih dipenuhi ludah berlendir Eli Yishai, Biden terus memuji-muji Israel. Dalam sebuah acara di Aviv University keesokan harinya, Biden berujar, "Tidak ada teman yang lebih baik bagi Amerika kecuali Israel."

Dan dengarlah pernyataan politik pertama Biden setelah kunjungan ke Israel, "kemajuan tercapai di Timur Tengah saat semua orang menyadari bahwa tidak ada jarak sedikitpun antara Amerika dan Israel."

Bagaimana mungkin manusia berakal akan percaya Amerika bisa menjadi penengah yang baik antara negara-negara Arab dan Israel jika tidak ada jarak antara Amerika dengan Israel? Bahkan dengan sekutu terdekat Amerika selama Perang Dunia II pun, Amerika masih memiliki jarak. Mereka berselisih tentang pilihan menyerang Afrika Utara, Italia, Perancis atau Balkan. Mereka berselisih tentang siapa komandan tertinggi pasukan sekutu. Mereka berselisih tentang siapa jendral pertama yang akan memasuki kota Roma dll. Namun dengan Israel, negara dengan hanya 6 juta penduduk, Amerika merapatkan diri hingga tidak ada jarak antara keduanya.

Israel menjaga dengan teguh kepentingan dirinya. Dan saat kepentingan itu bertentangan dengan kepentingan Amerika, Israel tidak peduli dan terus melakukan tindakannya sendiri. Israel tidak meminta ijin Amerika bahkan untuk sekedar pemberitahuan sekalipun untuk menyerang Mesir tahun 1956. Israel tidak meminta ijin Amerika untuk mengembangkan senjata nuklir hingga membuat presiden Kennedy marah. Israel tidak meminta ijin Amerika saat menyerang kapal perang Amerika USS Liberty tahun 1967. Israel tidak meminta ijin saat mengirimkan mata-matanya ke berbagai pusat persenjataan Amerika. Israel tidak meminta ijin Amerika saat menjual teknologi persenjataan Amerika ke Cina. Israel tidak meminta ijin Amerika saat menginvasi Gaza akhir tahun 2008 atau saat membunuh para pejabat tinggi Palestina, dll.

Dengan tingkah polahnya kepada Biden tersebut di atas, Israel sebenarnya berkata kepada pemerintah Amerika dengan Obama sebagai presidennya, "Untuk urusan dengan Palestina, kamilah yang memutuskan, bukan Anda."

Maka benarlah apa yang pernah dikatakan PM Israel Ariel Sharon, "Kita menguasai Amerika dan mereka (para pejabat Amerika) menyadari hal itu." Dan Amerika tidak lebih dari seekor anjing pudel di hadapan Israel.

No comments: