Saturday, 24 July 2010
Netanyahu Buka Rahasia Kegagalan Perjanjian Oslo
Sekitar 10 tahun yang lalu media massa Israel dengan bangga mempublikasikan rekaman pembicaraan yang mencengangkan antara PM Ariel Sharon dan Menlu Simon Perez. Dalam percakapan itu Ariel Sharon marah kepada Perez yang dianggapnya terlalu "lembek". "Anda selalu khawatir dengan Amerika. Saya katakan, kita orang-orang yahudi menguasai Amerika, dan mereka (orang-orang Amerika) tahu itu."
Dua tahun yang lalu Benjamin "Bibi" Netanyahu kepada media massa Israel, dengan bangga "bekoar": "Saya telepon George Bush. Ajudannya mengatakan ia sedang berpidato. Saya tidak peduli dia sedang apa, panggil George Bush. Dan George pun datang."
Dan baru-baru ini hal serupa terjadi lagi. Televisi Israel, Channel 10, menyiarkan rekaman video Nethanyahu dengan para keluarga korban pertikaian Israel-Palestina yang direkam tahun 2001. Saat itu Nethanyahu baru turun dari jabatan Perdana Menteri setelah kalah dalam pemilu dan kondisi politik juga sedang sangat panas karena adanya gerakan intifada II. Pembicaraan yang dilakukan dalam bahasa hebrew itu membuka dengan segamblang-gamblangnya penyebab gagalnya "Perjanjian Perdamaian Olso" yang diprakarsai Presiden Amerika Bill Clinton. Jauh dari tuduhan yang gencar dilakukan oleh media massa barat dan para pejabat Israel serta Amerika, perjanjian tersebut hancur lebur tak berbekas karena pemerintahan Israel di bawah kepemimpinan Nethanyahu-lah yang dengan sengaja menghancurkannya. Selain itu rekaman itu juga kembali membuka rahasia dominasi Israel atas pemerintah Amerika.
Bibi: Orang-orang Arab kini tengah berkonsentrasi pada perang teror dan mereka menyangka dengan itu bisa menghancurkan kita. Hal yang paling penting dari semuanya adalah, menghantam mereka. Tidak hanya satu pukulan, melainkan beberapa pukulan yang sangat keras yang akibatnya tidak tertanggungkan. Akibatnya terlalu menyakitkan untuk ditanggung. Yaitu serangan besar-besaran kepada Otoritas Palestina, membawa mereka ke titik kesadaran bahwa mereka terancam runtuh..."
Seorang janda: Tunggu sebentar, lalu bagaimana dengan dunia yang akan berkata "bagaimana kamu, merampas wilayah Palestina lagi?"
Bibi: Dunia tidak akan berkata apa-apa. Dunia akan berkata, kita mempertahankan diri.
Seorang janda: Apakah Anda tidak takut pada dunia, Bibi?
Bibi: Khususnya saat ini dengan Amerika? Saya tahu bagaimana Amerika. Amerika adalah negara yang gampang kita atur.
Seorang anak: Mereka berkata, mereka berada di pihak kita, tapi itu seperti ....
Bibi: Mereka tidak akan menghalangi kita. Mereka tidak akan menghalangi kita.
Seorang anak: Dengan kata lain, jika kita melalukan sesuatu mereka akan .....
Bibi: Katakanlah mereka mengatakan sesuatu. Silahkan saja mereka mengatakannya. Mereka mengatakan 80% rakyat Amerika mendukung kita. Itu adalah sesuatu yang absurd. Selama ini kita telah mendapatkan dukungan seperti itu dan kita masih berkata “apa yang akan kita lakukan dengan ..." Lihatlah pemerintahan Bill Clinton, dipenuhi dengan orang-orang yang sangat mendukung Palestina (fakta sebenarnya lebih dari separo anggota kabinet Clinton berdarah yahudi. Seorang di antaranya diberikan kewarganegaraan Amerika pada hari pertama Clinton menjadi presiden, langsung diberi jabatan di Dewan Keamanan Nasional dan selanjutnya diangkat menjadi seorang dutabesar). Saya tidak takut bermanuver di sana (ia berada di New York pada saat terjadi serangan terhadap WTC tahun 2001. Pada saat yang sama lima orang agen Mossad tertangkap saat tengah berpesta setelah merekam serangan WTC: blogger). Saya tidak takut berkelahi dengan Clinton maupun dengan PBB. Saya akan menanggung resikonya betapapun. Saya menyukai hasilnya, berapapun harganya.
Selanjutnya Bibi membeberkan bagaimana dirinya telah dengan sengaja menghancurkan perjanjian Oslo, perjanjian antara Israel-Palestina yang diprakarsai Presiden Bill Clinton dan telah diratifikasi oleh parlemen Israel.
Seorang janda: Perjanjian Oslo itu, apakah menurut Anda adalah bencana bagi Israel?
Bibi: Ya. Anda dan saya sama-sama tahu. Rakyat (Israel) harus menyadari hal itu. Tentang perjanjian itu saya pernah ditanya sebelum pemilu, "Apakah Anda akan mentaati perjanjian itu?" dan saya menjawab. "ya, sejauh Palestina juga mematuhi dan prinsip penarikan terbatas. Tapi bagaimana implementasi penarikan terbatas itu? Saya akan memberikan suatu interpretasi yang memungkinkan kita menarik diri hanya ke wilayah setelah Perang 6 Hari tahun 1967 (dimana Israel "berhasil" menduduki sebagian besar wilayah Arab seperti Gaza, Sinai, Tepi Barat, Jerussalem Timur, hingga Pegunungan Golan). Bagaimana kita melakukannya?
Dalam perjanjian Oslo ditetapkan bahwa Israel harus menyerahkan wilayah-wilayah pendudukan kepada Palestina melalui tiga tahap, kecuali wilayah-wilayah pendudukan yang di dalamnya terdapat kawasan pemukiman yahudi dan kawasan militer. Hal terakhir inilah yang dijadikan alasan oleh Bibi untuk melakukan "kudeta" terhadap perjanjian Oslo.
Bibi: Tidak ada keterangan yang jelas mengenai kawasan militer. Saya katakan, kawasan militer adalah zona keamanan. Sepanjang penafsiran saya, Lembah Jordan adalah kawasan keamanan, kawasan militer.
Audien: Benar (orang-orang tertawa).
Bibi: Apa yang bisa Anda katakan? Bagaimana Anda akan mengatakan? Pada saat itu datang pertanyaan tentang siapakah yang akan menentukan kawasan militer itu? Saya menerima surat, juga Arafat pada saat yang sama, yang menegaskan hanya Israel yang berhak menentukan definisi kawasan militer. Kemudian mereka menolak surat itu, maka saya menolak menyerahkan Hebron (kepada Palestina). Saya menghentikan pembahasan mengenai hal itu. Saya katakan, "Saya tidak akan menandatangani!" Baru setelah surat itu (yang memberikan hak interpretasi soal kawasan militer kepada Israel) disetujui, saya bersedia menyerahkan Hebron. Saya menyerahkan Hebron, tapi pada saat yang sama menghancurkan Perjanjian Oslo dan menghentikan penarikan Israel dari seluruh wilayah pendudukan.
Seorang janda: Muslihat yang cemerlang. Daripada bunuh diri dengan Perjanjian Oslo, kita berikan Hebron.
Bibi: Benar. Hebron memang menyakitkan. Sangat menyakitkan. Seorang rabbi yang sangat saya hormati, Eretz Yisrael, bahkan menyindir saya, "Apa kata Bapakmu mengenai hal itu?" Saya sampaikan hal itu kepada ayah saya dan beliau menjawab, "Ketakan kepada rabbi bahwa kakekmu, Rabbi Natan Milikowski, adalah seorang yahudi yang cerdas. Katakan padanya, lebih baik memberikan 2% daripada 100%."
-----
Catatan blogger: Pada saat Israel dengan sengaja menghancurkan Perjanjian Oslo yang telah ditandatanginya sendiri, Isreal melakukan serangan militer ke wilayah-wilayah pendudukan, mengepung Yasser Arafat di istana kepresidenan Palestina, kemudian meracun hingga mati pejuang Palestina itu. Sementara dunia hanya menyaksikan kekejian itu tanpa berbuat apapun.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment