Saturday, 10 July 2010

Saya Bertemu Menteri Keamanan


Henry Makow Ph.D
henrymakow.com, 9 Juli 2010


Hari rabu malam, saya dan beberapa teman mendiskusikan peristiwa kerusuhan pada G-20 Summit di Toronto. Kami merasa bahwa kerusuhan tersebut dimulai oleh tindakan provokasi polisi-polisi preman untuk menjustifikai anggaran kemananan kegiatan itu yang sangat besar yaitu $1 miliar (sekitar Rp 10 triliun: blogger), serta untuk mengkondisikan Kanada sebagai negara fasis.

Kamis pagi, saya duduk di samping Vic Toews, Menteri Keamanan Kanada, di pesawat yang terbang antara Winnipeg ke Ottawa.

Secara normal saya tidak akan bisa berbicara dengan Toews, namun saat awak kabin membawa saya duduk tepat di depannya (di kelas ekonomi, seorang menteri Indonesia tidak akan mau duduk di kelas ekonomi: blogger) saya tidak membuang kesempatan itu.

Pertama, saya mengkonfirmasi bahwa ia adalah benar-benar Vic Toews, kemudian saya memperkenalkan diri sebagai seorang blogger topik teori konspirasi dan Tata Dunia Baru. Saya katakan kepadanya seperti yang telah saya diskusikan dengan teman-teman bahwa kerusuhan G-20 Summit adalah sebuah rekayasa untuk menjustifikasi biaya keamanan yang besar. 1 miliar dollar untuk biaya keamanan sebuah acara adalah sesuatu yang menggelikan.

Respons Toews adalah standar: "Saya hanya seorang menteri kabinet. Saya harus mendengarkan nasihat ahli-ahli saya. Merekalah yang menentukan bagaimana masalah keamanan harus ditangani." Toews membuktikan bagaimana seorang pemimpin di "negara demokrasi" bekerja, orang-orang di sekelilingnya-lah yang menentukan dan ia hanya seorang boneka (sebagaimana dengan SBY yang "dikadali" Boediono dan Sri Mulyani dalam kasus Bank Century: blogger).

Kemudian saya katakan kepada Toews bahwa masyarakat Kanada kurang berkenan dengan adanya ratusan orang yang ditangkap dan ditahan tanpa alasan jelas. "Sama sekali tidak!" jawabnya sembari mengutak-atik Blackberry-nya (sama seperti Barrack "mambo dumbo" Obama yang suka membawa-bawa Blackberry, sesuatu yang norak bagi seorang pemimpin sebuah negara: blogger). "Polling-polling menunjukkan bahwa masyarakat mendukung tindakan pemerintah," tambahnya.

"Tapi masyarakat yang hanya melihat-lihat keadaan, keluar untuk makan, ditangkapi dan ditahan!" saya membantahnya.

"Well, you know, mungkin mereka tidak mengikuti perintah polisi untuk pergi dan itu menjadi alasan polisi untuk menahan," balasnya lagi.

Saya mengingatkannya bahwa pendapat umum di internet adalah orang-orang yang memulai kekerasan adalah para polisi yang menyamar, mobil-mobil polisi yang telah kosong isinya telah disiapkan untuk dibakar. Polisi sebenarnya dengan mudah bisa menangkap para pemicu kerusuhan tersebut, kalau mau serius. Identitas mereka jelas tertangkap di media massa.

"Oh tidak. Polisi memang sering mengeluarkan perlengkapan komputer di dalam mobil patroli saat keluar," bantahnya lagi. Tentu saja jawaban itu tidak masuk akal. Namun demikian, jawaban standar terakhir: polisi tengah melakukan "penyidikan secara profesional dan independen".

Namun demikian kita bisa menangkap gambaran umumnya. Toews hanyalah seorang politisi dari wilayah pedesaan Manitoba (sebagaimana kebanyakan politisi Indonesia: blogger). Saya percaya ia pada dasarnya seorang yang jujur. Tapi jelas bahwa ia orang yang "dikendalikan". Menahan dan memenjarakan ratusan orang warganya yang tidak bersalah tidak bermasalah dengan tugasnya sebagai "menteri keamanan". Demikian halnya dengan fakta-fakta di lapangan bahwa pemicu kerusuhan adalah polisi yang menyamar. Seperti terlihat, reaksinya adalah: mengabaikan, dan bukannya melakukan penyidikan atas kejadian tersebut.

Itulah gambaran seorang politisi di negara demokrasi.

G-2 Summit adalah salah satu program "Tata Dunia Baru" milik para kapitalis global (sebagian besar yahudi, sisanya para "jew ass sucker": blogger). Masyarakat sama sekali tidak disertakan dalam agenda itu: penurunan tarif, pencabutan subsidi, swastanisasi BUMN dll. Masyarakat bahkan tidak diijinkan untuk sekedar memprotes dan mengekspresikan penolakannya. Mereka dicap sebagai "perusuh", dipukuli, ditangkap dan ditahan tanpa alasan.

Pemerintahan negara-negara dan para politisi digunakan sebagai alat oleh para kapitalis dunia yang sebelumnya telah menguasai media massa, industri-industri besar dan perbankan global termasuk bank-bank sentral di dunia.

(Dan orang-orang "stupid liberal jew assa sucker" Indonesia berbangga ria setelah SBY diundang sebagai peserta G-20 Summit: blogger).

No comments: