Tuesday 12 April 2016

Amerika Marah, Rusia Kirim Rudal S-300 dan Pesawat Tempur SU-30 ke Iran

Indonesian Free Press -- Pengiriman pertama sistem pertahanan udara canggih S-300 Rusia ke Iran telah tiba di Iran. Demikian laporan Russia Today, Senin kemarin (11 April). Rusia dan Iran juga tengah membahas pembelian pesawat-pesawat tempur (fighter) modern SU-30 yang membuat Amerika khawatir.

"Kami telah mengumumkan bahwa, meski terdapat banyak perubahan (rencana pengiriman), kesepakatan telah dicapai dan telah dilaksanakan, dan hari ini saya umumkan bahwa pengiriman pertama peralatan ini (S-300) telah tiba di Iran dan akan disusul oleh pengiriman bagian-bagian lainnya," kata Jubir Kemenlu Iran Jaberi Ansari kepada wartawan, seperti dilaporkan Russia Today mengutip laporan media Iran Mehr News Agency.

Pengiriman itu, sebut Ansari, dilakukan dengan kapal melalui Laut Kaspia. Seluruh pengiriman diharapkan akan selesai pada pertengahan tahun ini. Pengiriman ini sendiri dilakukan secara 'agak tertutup' oleh pihak Iran dan Rusia, kemungkinan untuk tidak terlalu menyinggung Amerika dan Israel yang menentang keras penjualan senjata canggih ini.

Rusia akhirnya melanjutkan kontrak pengiriman S-300 ke Iran setelah terjadinya kesepakatan tentang program nuklir Iran dengan negara-negara maju tahun lalu. Kontrak yang ditandatangani tahun 2007 ini sempat dibatalkan oleh Presiden Dimitry Medvedev tahun 2010 karena dianggap melanggar larangan PBB tentang penjualan senjata ke Iran karena Iran dituduh mengembangkan senjata nuklir.

S-300 merupakan salah satu sistem pertahanan udara paling canggih di dunia. Adanya senjata ini di Iran semakin memperkecil peluang Amerika dan Israel untuk melakukan serangan ke Iran, yang dianggap sebagai ancaman bagi Israel.


Rusia Siap Mengirimkan SU-30 ke Iran
Sementara itu Amerika dan Israel dipastikan semakin khawatir setelah Iran hampir dipastikan akan mendapatkan pesawat-pesawat tempur modern SU-30 dari Rusia.

Meski Iran telah memiliki sistem rudal-rudal pertahanan udara yang canggih, termasuk S-300 tersebut di atas serta Bavaar, versi Iran dari S-300, Iran masih memiliki kekurangan dalam pesawat-pesawat tempur. Saat ini kekuatan udara Iran hanya mengandalkan 25 pesawat tempur Mig-29 buatan tahun 1990-an. Selebihnya, Iran mengandalkan pesawat-pesawat era 70-an yang dibeli regim Shah Iran, seperti F-14
Tomcat buatan Amerika. Pesawat-pesawat itu bukan tandingan pesawat-pesawat tempur modern Amerika seperti F-35 dan F-22. Apalagi dengan rencana Israel untuk mendapatkan sejumlah besar F-35 Amerika, Iran tertinggal jauh dari musuh terberatnya di kawasan.

Dengan keberadaan SU-30, Iran akan mampu mengimbangi pesawat-pesawat tempur Amerika maupun Israel. Disebut sebagai 'Flanker' karena kemampuan manuvernya yang tidak tertandingi, SU-30 adalah pesawat tempur modern yang mampu bertempur di segala medan dan segala waktu. Dan, selain kuat dalam pertempuran udara, SU-30 juga canggih dalam operasi serangan darat.

Sejumlah media melaporkan bahwa kontrak pembelian 30 pesawat SU-30 akan selesai sebelum akhir tahun setelah menjadi pembahasan sejak bulan Maret lalu. Pada tanggal 26 Maret, dalam acara pameran udara MAKS 2015 di kota Zhukovsky di dekat Moscow, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Wapres Iran Sorena Sattari mulai membicarakan kemungkinan pembelian pesawat-pesawat tersebut. Demikian seperti dilaporkan Sputnik News.

Menanggapi laporan-laporan itu Deputi Menlu Amerika Thomas Shannon hari Selasa (12 April), mengatakan Amerika akan menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk memblokir pembelian senjata itu.

“Penjualan pesawat-pesawat Su-30 ini dilarang oleh resolusi UNSCR 2231 dan kami akan memblokir seluruh penjualan pesawat tempur yang dibatasi oleh aturan ini,” kata Shannon.

Namun Ketua Badan Pengendalian Senjata Rusia, Mikhail Oliyanov mengatakan Rusia akan tetap menjual pesawat Sukhoi-30 dan tank T-90 ke Iran karena dianggap tidak melanggar aturan apapun.

"Kami berpandangan bahwa kemungkinan penjualan pesawat tempur Sukhoi-30 dan tank-tank T-90 ke Iran tidak dilarang oleh resolusi DK-PBB nomor 2231 dan Iran diijinkan untuk membeli senjata-senjata itu," kata Oliyanov.

Hal ini pun diperkuat oleh klaim Iran. Ketua Kerjasama Parlemen Iran-Rusia Ramezanali Sobhani mengatakan, Rabu (13 April), bahwa penjualan itu berada dalam kerangka kerjasama keamanan antara Rusia dan Iran yang tidak bisa diintervensi negara manapun.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Justru amerika cs lah yg bikin marah, org lain lg dagang legal digangguin..