Friday, 13 January 2017

Iran akan Bangun Kapal Induk

Indonesian Free Press -- Insiden antara kapal-kapal Iran dan Amerika kembali terjadi dengan kapal perang Amerika mengeluarkan tembakan peringatan ke kapal-kapal cepat Iran, Minggu lalu (8 Januari).

Seperti dilaporkan CNN yang mengutip keterangan pejabat keamanan Amerika, Senin (9 Januari), sebanyak lima atau enam kapal patroli cepat Iran mendekati kapal destroyer Amerika USS Mahan di Selat Hormuz dengan kecepatan tinggi. Untuk mengusir pergi kapal-kapal tersebut USS Mahan menembakkan tembakan peringatan dan segala peralatan yang bisa digunakannya termasuk peluit dan panggilan radio.

"Sebuah helikopter menjatuhkan granat-granat asap," tulis laporan itu.

Saat itu USS Mahan tengah berlayar bersama kapal serang amphibi USS Makin Island. Keduanya tengah berlayar menuju Teluk Parsia. Sedangkan Selat Hormuz berada di antara Teluk Parsia dan Teluk Oman.

Ini adalah insiden terakhir antara kedua negara di kawasan yang sama dalam beberapa bulan terakhir.

"Insiden-insiden itu termasuk peluncuran rudal Iran, drone-drone Iran yang terbang di atas kapal-kapal Amerika dan penangkapan para pelaut Amerika oleh Iran," tulis CNN dalam laporannya.


Iran akan Bangun Kapal Induk

Sementara itu, setelah Presiden Iran menyatakan keingiannya untuk membangun kapal-kapal bertenaga nuklir beberapa waktu lalu, pimpinan Angkatan Laut Iran menyatakan keinginan untuk membangun kapal induk.

Seperti dilaporkan FARS News 29 Desember lalu, Wakil Panglima AL Iran Peiman Jafari Tehrani mengatakan, "membangun sebuah kapal induk adalah salah satu tujuan angkatan laut Iran."

Menurut Peiman Iran membutuhkan peralatan militer yang lebih tangguh untuk menghadapi ancaman-ancaman yang dihadapi Iran saat ini dan mendatang.

“Saat ini Kemenhan Iran dan Angkatan Laut Iran tengah berusaha membuat peralatan militer angkatan laut dan Kemenhan telah membuat rudal-rudal berbagai jenis termasuk yang dibutuhkan angkatan laut. Membangun sebuah kapal induk juga termasuk dari tujuan yang ingin diraih angkatan laut dan kami berharap bisa mewujudkannya,” tambanya.

Ini bukan pertama kalinya Iran menyebut soal pembangunan kapal induk. Pada tahun 2011, Deputi Panglima AL Iran Mansour Maqsoudlou mengatakan kepada IRNA News bahwa disain awal dari kapal induk yang akan dibuat Iran, telah terbentuk. Kemudian, pada tahun Panglima AL Iran Rear Admiral Habibollah Sayyari mengklaim bahwa negaranya mampu untuk membangun kapal induk dan kapal-kapal selam besar.

"Sebagaimana halnya memproduksi kapal-kapal perang dan kapal selam, kami juga mampu untuk membangun kapal induk dan kapal-kapal selam berat," kata Sayyari.

Terakhir, pada awal Desember 2016 lalu Presiden Iran Hassan Rouhani memerintahkan badan nuklir nasional Iran untuk membuat mesin-mesin kapal berpenggerak tenaga nuklir.


Peningkatan Anggaran Belanja Militer
Di sisi lain Iran juga terus meningkatkan anggaran militernya. Seperti dilaporkan Reuters, Parlemen Iran pada hari Senin (9 Januari) setuju untuk meningkatkan anggaran militer Iran hingga 5%. Peningkatan itu, salah satunya ditujukan untuk menunjang pembangunan rudal-rudal jarak jauh Iran.

"Peningkatan tersebut untuk mendorong kemampuan militer Iran, baik militer reguler, Pasukan Pengawal Revolusi dan Kementrian Pertahanan yang secara keseluruhan mendapatkan 2 persen dari anggaran belanja tahun 2015-16," tulis laporan itu.

Reuters menyebut, hal itu akan mendapat tantangan keras dari presiden terpilih Donald Trump yang telah berjanji akan menghambat program pembangunan senjata Iran. PBB dan sejumlah negara barat juga menyatakan kritikannya pada program rudal ballistik Iran yang dianggap melanggar kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara maju.

Media Iran Tasnim News menyebutkan bahwa 173 anggota parlemen setuju dengan rencana tersebut, yang menyebutkan bahwa 'pemerintah perlu meningkatkan kemampuan militer Iran sebagai kekuasan regional dan untuk menjaga kepentingan dan keamanan Iran'. Hanya 10 anggota parlemen yang menolak rencana tersebut.

Rencana peningkatan kemampuan militer Iran mencakup rudal-rudal jarak jauh, drone-drone dan perangkat cyber-war.

Pemerintahan Obama tidak menganggap program rudal ballistik Iran tidak melanggar kesepatan nuklir Iran. Namun, Donald Trump yang menentang kesepakatan tersebut dengan menyebutnya sebagai “kesepakatan paling buruk yang pernah dinegosiasikan”, telah berjanji akan menghentikan program rudal jarak jauh Iran.

“Rudal-rudal balistik itu dengan daya jangkau 1.250 mil, tidak hanya dibuat untuk menakut-nakuti Israel, namun juga untuk menakut-nakuti Eropa, dan suatu hari kelak untuk menakut-nakuti Amerika,” kata Trump di hadapan para anggota American Israel Public Affairs Committee AIPAC pada bulan Maret 2016 lalu.(ca)

No comments: