Tuesday, 31 January 2017

Suriah dan Rusia Lakukan Operasi Lintas Udara

Indonesian Free Press -- Suriah dan Rusia melakukan operasi lintas udara dengan menerjunkan pasukan ke wilayah Deir Azzour yang dikepung pemberontak teroris.

South Front melaporkan, 30 Januari, situasi di Deir Azzour sangat kritis bagi Suriah setelah pemberontak-teroris terus memperkuat cengkeramannya terhadap Deir Azzour sehingga memaksa Suriah dan Rusia melakukan 80 sampai 100 kali operasi lintas udara dari pangkalan udara Hmeymim, Latakia.

Pada 14 Januari sebagian pemberontak yang menguasai Palmyra bergerak sejauh 100 km ke timur untuk memperkuat pengepuangan mereka atas kota Deir ez-Zor. Dalam beberapa hari selanjutnya sekitar 7.000 personil ISIS melancarkan serangan intensif untuk mendobrak pertahanan pasukan Suriah di Deir ez-Zor. Karena kepungan yang semakin ketat, Suriah pun memutuskan untuk melakukan operasi lintas udara membantu pasukan yang terkepung di Deir Azzour. Namun karena ancaman rudal-rudal jinjing anti-pesawat milik pemberontak, operasi tersebut dilakukan dengan menggunakan helikopter pengangkut.

Kelompok pertama pasukan Suriah diangkut dengan pesawat angkut Il-76 dan diturunkan pada 20 Januari di Qamishli, Hasakeh, di timur-laut Suriah. Pangkalan Udara Qamishli memiliki landas pacu berukuran 3.615 m x 46 m dan dilindungi oleh personil militer Suriah. Masalahnya wilayah tersebut berada di dalam kekuasaan kelompok Kurdi YPG yang didukung Amerika. 50 km di tenggara Qamishli adalah Rmelan, dimana 3 peleton pasukan Amerika dari satuan 101st Airborne berada sejak 19 Januari. Di sini Amerika membangun pangkalan yang digunakana helikopter MH-60 dan MV-22 dalam operasi militer melawan ISIS di Raqaa-Suriah dan Mosul-Iraq.

Pada malam hari 23 dan 24 Januari, dari Qamishli Airport, personil pasukan terjun payung Suriah diangkut menggunakan 20 helikopter Mi-8/17 menuju Deir Azzour. Dua halikopter Mi-8/17 lainnya melakukan penyisiran dan pengamanan untuk antisipasi insiden. Helikopter-helikopter itu terbang dalam formasi 4 dan 5 unit dengan jarak masing-masing formasi sejauh 4 km. Demikian seperti dilaporkan South Front, situs analisis militer dan inteligen internasional.

Helikopter-helikopter itu terbang sejauh 250 km melintasi wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak ISIS. Untuk mengelabuhi lawan, beberapa kali dilakukan perubahan jalur penerbangan dan tidak pernah terbang di atas ketinggian 2.500 meter. Selain itu helikoter-helikopter itu juga menghindari penggunaan radio dan mematikan lampu dan para pilotnya memakai peralatan penglihatan malam.

Sebagai pemandu, Rusia menggunakan pesawat Il-20M1 ELINT yang dilengkapi radar Kvalat-2 yang bisa menjejaki semua pesawat dan helikopter pada jarak 300 km. Kemudian, sebagai perlindungan dari serangan pesawat-pesawat Amerika yang mungkin terjadi, dua pesawat tempur SU-35 juga turut beraksi.

Selanjutnya untuk melindungi lokasi pendaratan di Deir Azzour, pesawat-pesawat serbu darat SU-25 juga dikerahkan Rusia. Pada insiden jatuhnya salah satu helikopter, pesawat-pesawat SU-25 bertugas memberikan perlindungan udara kepada dua helikopter cadangan untuk melakukan operasi pencarian. Drone-drone Rusia juga dikerahkan untuk melakukan monitoring.

Jumlah personil yang diangkut helikopter-helikopter itu mencapai 500 personil untuk memperkuat pertahanan Deir Azzour yang kekurangan personil, meski di kota ini terdapat persenjataan yang melimpah.

JUmlah personil militer Suriah di Deir ez-Zor mencakup 4.000 sampai 5.000. Mereka adalah personil satuan Brigade Mekanik T137 (dengan peralatan mencakup BMP-1 IFV, tank T-72, tank T-55 dan artileri otomatis ZSU-23-4 Shilka), Brigade Lintas Udara ke-104, Resimen Artileri ke-121 dan pasukan cadangan dari NDF.

Banyaknya senjata di Deir ez-Zor karena kota ini adalah markas besar Divisi Mekanik ke-17 yang dibentuk pada awal perang untuk mempertahankan wilayah timur-laut Suriah. Brigade Tank ke-93 dengan senjata utama 100 tank T-55 dan 40 kendaraan lapis baja BMP-1 IFV memiliki gudang di kota ini, namun tidak memiliki personil.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Kelak di pnghujung konflik, bkn Pemberontak/teroria yg dihadapi Suriah, tetapi militer AS..