Saturday, 23 November 2019

Puluhan Pendeta dan Cendekiawan Katholik Protes Vatikan Dikangkangi 'Dajjal'

Indonesian Free Press -- 100 pendeta dan cendekiawan Katholik membuat pernyataan bersama memprotes aksi Paus Francis menggelar acara pagan di Vatican. Demikian laporan LifeSiteNews 12 November lalu.

Dipimpin Archbishop Carlo Maria Viganò sekelompok pendeta dan cendekiawan lintas negara itu merilis pernyataan bersama hari itu untuk memprotes upacara ritual pagan Amazon Synod di Roma dimana penyembahan dewa Pachamama dilakukan. Pada saat itu Sri Paus tidak hanya mendukung namun juga terlibat dalam ritual tersebut. Mereka menyebut tindakan Paus sebagai 'dosa besar' dan meminta para pemimpin agama Katholik di seluruh dunia untuk melakukan koreksi atas 'skandal' tersebut.


Selain Archbishop Carlo Maria Viganò di antara penandatangan petisi adalah lebih dari 20 pendeta serta cendekiawan Katholik terkemuka termasuk Professor John Rist, Professor Roberto de Mattei, Professor Claudio Pierantoni, 

Professor Josef Seifert, dan Professor Anna Silvas. Sedang di antara pendeta terdapat nama-nama Father Brian Harrison dan Father Cor Mennen. Tokoh-tokoh lainnya termasuk Gloria Princess of Thurn und Taxis, Henry Sire, José Antonio Ureta, dan Dr. Gerard J.M. van den Aardweg.

Upacara ritual penyembahan dewa pagan Amazon Pachamama berlangsung pada 4 Oktober di Vatican Gardens. Tidak hanya memberkati patung-patung dewa Amazon, Sri Paus juga bersimpuh di hadapan patung-patung itu. Tidak hanya itu Sri Paus juga berdoa di depan patung Pachamama di Gereja St. Peter's Cathedral pada tanggal 7 Oktober sebelum turut mengarak patung tersebut ke dalam 'synod hall'.

Menurut para penandatangan petisi tindakan Paus tersebut adalah kesengajaan mengingat bahwa sebelumnya Paus terlah menandatangani dokumen 'Document on Human Fraternity' bersama Imam Besar Al Azhar Ahmad Al-Tayyeb pada 4 Februari  2019. Dalam dokumen itu disebutkan bahwa perbedaan agama-agama adalah karena keridhoan Tuhan.

Namun, alih-alih menanggapi seruan tersebut dengan serius Gereja Vatican dan Otoritas Italia justru semakin provokatif menyebar luaskan dajalisme. Seperti dilaporkan Renegade Tribune 21 November lalu saat ini di kota Roma tengah digelar pameran paganisme Romawi yang akan digelar sampai akhir Maret tahun depan. Di antara pameran tersebut adalah penempatan patung dewa Moloch di pintu masuk Colosseum Roma.

Moloch atau Molekh adalah dewa yang disembah bangsa yahudi dan bangsa-bangsa lain di sekitar Laut Mediterania kuno sekitar 7 abad sebelum masehi. Dalam upacara penyembahan Moloch biasanya disertakan ritual penyembahan darah manusia.

Bagi ummat Kristiani sendiri Colloseum adalah tempat bersejarah dimana pada masa-masa awal berkembangnya Kristen banyak sekali pengikutnya yang disiksa dan dibunuh di tempat tersebut.(ca)

No comments: