Friday, 17 July 2009

Bersiap-siaplah Menghadapi Situasi Paling Buruk


"Dalam masa enam bulan pertama pemerintahannya, Barack Obama akan menghadapi ujian yang berat sebagaimana dialami Presiden Kennedy, sebuah peristiwa besar yang sengaja diciptakan" (Kandidat Wapres Joe Biden dalam satu kampanye tahun 2008).



Pada hari ini, Jum'at 17 Juli 2009, Indonesia kembali mengalami bencana nasional berupa peristiwa pengeboman yang terjadi di dua tempat sekaligus, yaitu Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot Jakarta.

Berbeda dengan beberapa peristiwa pemboman yang pernah terjadi di tanah air selama ini, saya merasa peristiwa ini akan membawa pada suatu konsekwensi yang berat bagi bangsa Indonesia. Perasaan itu timbul setelah saya menyimak pernyataan Presiden SBY beberapa jam setelah terjadinya ledakan bom yang menurut saya membawa ancaman yang sangat serius. Kalau selama ini tuduhan terhadap pelaku aksi-aksi serupa biasanya dilekatkan pada kelompok-kelompok "ekstremis Islam" jaringan internasional, pada peristiwa ini saya merasa SBY menunjuk pada unsur-unsur nasionalis: tokoh-tokoh politik yang kecewa dengan hasil pemilu dan orang-orang (mantan pejabat militer) yang terlibat dalam peristiwa penculikan dan pembunuhan politik di masa lalu.

Peringatan keras SBY yang akan menindak keras para pelaku, yang notabene adalah orang-orang yang memiliki kekuatan politik domestik akan membawa konsekwensi serius. Bolah jadi akan segera terjadi aksi penangkapan besar-besaran terhadap beberapa tokoh oposisi nasional.

Dan di antara para tokoh nasional yang menurut saya paling mungkin terjerat dalam aksi ini adalah Prabowo Subianto. Ia termasuk dalam kategori orang yang terlibat dalam kasus penculikan di masa lalu sebagaimana disinggung presiden SBY. Namun alasan paling kuat yang menjadikan Prabowo sebagai sasaran tembak adalah karena platform politik ekonominya yang anti-neoliberalisme.

Tidak secara diam-diam sebagaimana Jusuf Kalla, Prabowo secara vokal menyatakan pandangan-pandangan politiknya yang sangat anti kapitalis asing. Ia bahkan pernah menyatakan akan melakukan "rescheduling" hutang luar negeri jika terpilih menjadi presiden Indonesia. Sebuah langkah radikal yang hanya dilakukan oleh pemimpin-pemimpin progresif atau para pemimpin sosialis. Satu langkah yang oleh para penganut neo-liberal seperti Boediono sebagai "tidak realistis". Bagi para kapitalis dan neo-liberalis, membiarkan Prabowo melenggang sebagai tokoh nasional sama saja membiarkan anak macan tumbuh di dalam rumah. Terutama berkaitan dengan pilpres 2014 mendatang.

Terlepas dari kondisi politik nasional, saya ingin mengingatkan para pembaca tentang seriusnya kondisi sosial-politik-ekonomi yang bakal terjadi karena konstelasi politik luar negeri yang menjadikan kondisi tanah air tidak lebih sebagai riak-riaknya saja. Israel tengah dalam persiapan sangat serius untuk menyerang Iran. Selain beberapa latihan pemboman jarak jauh, beberapa kapal perang Israel telah melintasi terusan Suez menuju Teluk Persia. Aksi Israel ini selain mendapat dukungan Mesir yang mengijinkan lewatnya kapal-kapal perang tersebut, juga Arab Saudi yang telah mengijinkan wilayah udaranya dilewati pesawat-pesawat tempur Israel jika serangan tersebut terjadi.

Beberapa pejabat Amerika, termasuk Presiden Obama dan Kastaf Gabungan Laksamana Muellen memang pernah menyatakan penolakan terhadap rencana aksi tersebut. Tapi dilihat dari beberapa pernyataan politik beberapa waktu terakhir, terutama setelah terjadinya aksi-aksi kekerasan menolak hasil pemilu di Iran, Presiden Obama tampaknya tidak bisa lagi menahan desakan lobbi Israel dan para pejabatnya yang pro-Israel seperti Wapres Joe Biden dan Menlu Hillary Clinton, untuk menyerang Iran. Adapun Laksamana Muellen, sebagai bawahan langsung presiden, tidak akan lagi menjadi batu sandungan begitu Presiden Obama menyetujui rencana serangan terhadap Iran.

Jika terjadi perang antara Israel-Amerika melawan Iran, berdasarkan analisis para ahli, akan menyulut perang regional di kawasan timur tengah. Setidaknya Lebanon, Palestina dan Irak akan menjadi medan perang karena pengaruh Iran di negara-negara itu yang kuat. Tidak hanya itu konflik tersebut kemungkinan juga menyeret negara-negara lainnya seperti Syria, Afghanistan, Pakistan, Turki, hingga Cina dan Rusia. Dan bila skenario ini yang terjadi, maka dunia akan mengalami depresi ekonomi yang sangat parah yang berimbas pada kondisi sosial politik global.

Dan kalaupun Israel tidak jadi menyerang Iran, skenario lain akan diciptakan. Tata Dunia Global korup yang selama ini dikendalikan para kapitalis yahudi dan kroni-kroninya telah terbongkar di sana-sini karena arus informasi yang tidak dapat dicegah berkat adanya internet. Pertemuan pemimpin-pemimpin negara maju selalu mengundang aksi demonstrasi besar-besaran masyarakat anti kapitalisme. Di Amerika mulai muncul tuntutan politik untuk mengaudit Federal Reserve, lumbung uang para kapitalis yang selama ini bekerja tanpa pengawasan publik.

Para analis bahkan berani meramalkan Amerika akan terpecah menjadi beberapa negara setelah dilanda kerusuhan sosial sebagai dampak krisis keuangan global. Belum lagi sentimen anti Yahudi yang kembali muncul di masyarakat barat.

Kondisi seperti ini mirip dengan kondisi pra-Perang Dunia II: depresi ekonomi dan sentimen anti-yahudi yang kuat. Untuk itu para kapitalis yahudi akan mencari pengalih perhatian massa, suatu peristiwa besar berskala global. Perang Israel-Amerika melawan Amerika boleh jadi adalah peristiwa yang dimaksud, namun tidak tertutup kemungkinan adalah peristiwa lain yang sengaja "diciptakan" yang boleh jadi dimulai di Indonesia.

Dan bila ini yang terjadi, ketahuilah saudara-saudaraku, Tuhan kembali memberikan kehormatan kepada bangsa kita sebagaimana Ia telah memberikan kehormatan kepada bangsa kita di masa lalu. Hanya kitalah bangsa yang pernah mengalahkan beberapa kekuatan jahat kemanusiaan sekaligus: imperalisme Mongol, kolonialisme (Belanda), fasisme Jepang, dan komunisme (PKI). Kekuatan jahat berikutnya yang akan kita kalahkan adalah neo-liberal/imperalisme yahudi Amerika.

No comments: