Sunday 12 July 2009

"London Bombing" Terbukti "Falseflag"


Foto yang dirilis di media massa barat menyambut ulang tahun tragedi "London Bombing" (LB), yaitu peristiwa pengeboman di kereta api yang menewaskan 52 penumpang di London tgl 7 Juli 2005, membuktikan klaim pemerintah bahwa penyebab ledakan adalah aksi bom bunuh diri adalah salah. Foto tersebut justru membuktikan bahwa ledakan disebabkan oleh bahan peledak yang diletakkan di bawah kabin kereta alias bom waktu yang sengaja ditempatkan di bawah kereta.

Foto tersebut sesuai dengan kesaksian para saksi mata yang mengatakan bahwa ledakan terjadi dari bawah kabin kereta dan tidak melihat adanya pelaku bom bunuh diri.

Namun upaya sistematis terus dilakukan untuk menutup-nutupi bukti ini. Reporter Guardian, Mark Honigsbaum saat mewawancarai seorang sakti mata mendapat jawaban bahwa, "lantai kereta api tiba-tiba terangkat,“ yang menunjukkan bahwa ledakan disebabkan oleh bom yang berada di bawah kabin kereta api. Namun kemudian Honigsbaum mengedit keterangan itu dengan pendapatnya sendiri bahwa jawaban tersebut "di luar kontek".

Namun pernyataan Bruce Lait, salah seorang korban selamat dalam kejadian tersebut yang berada hanya beberapa meter dari ledakan, tentunya tidaklah "di luar konteks".

Dalam keterangannya kepada Cambridge Evening News, Lait mengatakan dirinya dan beberapa orang temannya duduk di dekat sumber ledakan saat kejadian itu. "Kami berada di sana selama kira-kira satu menit dan kemudian sesuatu terjadi. Ini seperti hantaman listrik yang sangat keras yang menghantam kami dan memekakkan pendengaran kami. Saya masih bisa mendengar ledakan itu hingga kini," katanya.

Saat ia dan teman-temannya mendapat pertolongan, seorang polisi mengawasi lubang dimana diduga menjadi tempat sumber ledakan. Lait ingat polisi itu berkata, "lihat lubang itu, hati-hati, di situlah bom itu meledak." Lait kemudian melihat lubang yang dimaksudkan. Tampak di matanya besi baja menganga ke dalam kabin yang menunjukkan bahwa ledakan berasal dari bawah kabin.

"Polisi lain mengatakan bom berada di dalam tas ransel, namun saya tidak ingat ada seseorang dengan tas ransel," tambah Lait.

Dalam kesaksiannya itu Lait menyampaikan empat hal: Pertama tidak ada pembom bunuh diri. Kedua tidak ada tas ransel atau tas apapun yang digunakan untuk menyimpan bom. Ketiga tidak ada orang yang berada di pusat ledakan. Dan keempat adalah ledakan berasal dari bawah kabin kereta.

Meski foto yang beredar tersebut telah dipotong pada titik terjadinya ledakan, namun orang bisa mengetahui lubang tersebut berada di bagian bawah kabin kereta, menunjukkan bagian tersebut yang paling hebat mengalami hantaman ledakan bom. Dan pernyataan Lait bahwa tidak ada seorang pun pembom bunuh diri konsisten dengan bukti-bukti lainnya.

Bukti lain dimaksud di antaranya adalah ditemukannya ID card yang dikatakan polisi sebagai milik pengebom bunuh diri. Anehnya ID card itu masih dalam keadaan baik sehingga menimbulkan keraguan dari pernyataan polisi tersebut.

Bukti lainnya adalah gambar CCTV yang menunjukkan tingkah laku orang yang dituduh sebagai pelaku bom bunuh diri. Dalam rekaman itu sang pelaku tampak tidak menunjukkan tanda-tanda orang yang akan menghadapi misi berat yang akan merengut nyawanya. Sang palaku tampak berdialog dengan seorang kasir, berjalan keluar masuk toko-toko dan bergurau dengan orang-orang di sekitarnya.

"Saya telah mempelajari rekaman CCTV para tertuduh pelaku ledakan. Mereka tampak tidak mencurigakan sebagai pelaku tindak kriminal apapun," kata mantan jubir London Metropolitan Police.

"Tiket-tiket perjalanan, bukti pembayaran yang menunjukkan salah satu dari tertuduh pelaku menghabiskan banyak uang memperbaiki mobilnya, dan fakta banyak salah satu tertuduh lainnya mempunyai keluarga dan menjadi guru sekolah luarbiasa menunjukkan lemahnya tuduhan kepada para pelaku," kata Paul Beaver, seorang pakar kepolisian di London. "Jika Anda telah terikat dengan komitmen seperti itu, bagaimana Anda akan mengorbankan hidup Anda. Memang hal seperti ini terjadi di Palestina, namun orang-orang itu tinggal di Inggris," tambah Paul.

Namun fakta lain yang paling kuat yang mengindikasikan adanya sebuah operasi falseflag (operasi inteligen untuk menimbulkan alasan politik tertentu) adalah adanya latihan keamanan pada pagi hari, hari yang sama
dengan aksi pengeboman 7 Juli 2005. Adanya latihan itu memungkinkan dilakukannya peletakan bom di tempat yang direncanakan tanpa ketahuan publik karena selama latihan tersebut hanya aparat keamanan yang boleh berada di lokasi latihan.

Sementara itu, melihat banyaknya kontroversi seputar bencana tersebut beberapa keluarga korban pernah menyampaikan tuntutan kepada pemerintah untuk dibentuknya penyidikan independen. Mantan kepala seksi anti terorisme kepolisian Inggris, Andy Hayman yang pernah menjadi Asisten Komisioner Operasi Khusus pada saat terjadinya bencana juga pernah menyampaikan tuntutan terbuka dibentuknya tim penyidik independen. Namun pemerintah menolak semua tuntutan itu.

"Atas insiden-insiden "less gravity" -- kecelakaan kereta api, kematian dalam tahanan dan serangan-serangan teroris -- biasanya memungkinkan dibentuknya penyidikan independen. Bagaimana mungkin untuk kasus kecelakaan dalam sistem transportasi kota London yang menewaskan 52 orang tidak dibentuk penyidik independen?" tanya Hayman.

Sebaliknya pemerintah justru terkesan sangat ketat menutupi kasus ini. Pemerintah bahkan menindak keras pihak-pihak yang dianggap menyebarkan versi yang berbeda dengan keterangan pemerintah. Misalnya saja, beberapa waktu yang lalu polisi menangkap seseorang yang mengirimkan DVD dokumen penyidikannya tentang serangan bom London kepada juri yang mengadili perkara tersebut. Selain itu media massa (yang mayoritas milik para kapitalis mapan terus-menerus mendeskreditkan pembuat film dokumenter 7/7: Ripple Effect, Anthony John Hill.

No comments: