Sunday 5 July 2009

Ravolusi Amerika Jilid II?


“The inability of Colonists to get power to issue their own money permanently out of the hands of George III and the international bankers was the prime reason for the Revolutionary War.” (Benjamin Franklin)


Saya adalah penyuka ilmu sejarah. Sejak kecil, di sela-sela kegiatan bermain, saya suka membaca buku-buku sejarah milik kakak-kakak saya yang kebetulan terdapat di rumah saya (saya punyak 7 orang kakak yang semuanya bersekolah). Dan karena kebiasaan itu saya mendapat nilai tinggi dalam pelaran sejarah sejak SMP hingga SMA. Bahkan semasa SMP saya mendapat julukan "anak'e Tayani" alias anaknya Bapak Tayani guru sejarah. Ini karena setiap kali Pak Tayani mengajukan pertanyaan, saya yang selalu mengacungkan jari untuk menjawab.

Dan di antara pelajaran sejarah, saya paling suka dengan sejarah Amerika. Amerika memang negeri yang paling banyak menarik minat dan perhatian saya. Saya masih ingat kalau dulu saya hafal luar kepala nama-nama negara bagian Amerika dan ibukotanya serta letaknya di dalam peta. Jangan tanya sejarahnya.

Namun sekitar tiga tahun lalu saya heran melihat banyaknya fakta sejarah Amerika yang dipaparkan oleh Michael Collins Piper dalam buku "The New Jerussalem" dan "High Priest of War" yang tidak saya ketahui. Salah satunya adalah pembakaran Gedung Putih oleh tentara Inggris tahun 1814. Saya berusaha mencari referensi tentang peristiwa itu, meski tidak terlalu ngotot, namun tidak saya temukan. Hingga akhirnya sekitar seminggu lalu saya mendapatkannya di YouTube.

Dari informasi yang saya dapatkan saya baru mengetahui bahwa pada tahun 1812 Inggris menyerbu Amerika. Namun yang lebih mengejutkan lagi adalah latar belakang peristiwa tersebut adalah ambisi keluarga Rothschild untuk menguasai penciptaan dan peredaran uang Amerika yang gagal karena tidak disetujuinya perpanjangan masa kerja First Bank of America (bank sentral pertama Amerika yang dikuasai oleh keluarga Rothschild) hingga Nathan Rothschild berteriak lantang: "Kita kembalikan Amerika ke era kolonial."

Kini saya tahu, pelajaran sejarah yang saya terima di bangku sekolah dan juga dari buku-buku sejarah yang banyak beredar di toko-toko ternyata masih jauh dari cukup untuk memahami sejarah yang sebenarnya.

Akibat serbuan Inggris maka Presiden Madison dan Congress Amerika akhirnya menyetujui dibentuknya bank sentral Amerika yang baru bernama Second Bank of America tahun 1916 dengan masa kerja hingga tahun 1836.

Pada tahun 1836 Amerika dipimpin oleh Presiden Andrew Jackson, seorang religius sekaligus penjelajah legendaris yang namanya tidak kalah berkibar dibanding James "Pisau" Bowie dan Sam Houston "sang pembebas Texas". Dengan gagah berani, ia menolak memperpanjang masa kerja Second Bank of America meski menerima puluhan ancaman pembunuhan dan satu percobaan pembunuhan yang gagal. Kepada delegasi bankir yang menghadapnya untuk melobi perpanjangan masa kerja Second Bank of America, ia mengatakan:

"Tuan-tuan. Saya mempunyai orang-orang yang telah lama mengawasi Anda. Anda menggunakan dana masyarakat untuk mempermainkan harga barang-barang kebutuhan masyarakat. Jika untung Anda membaginya di antara Anda sendiri. Tapi jika rugi Anda membebankannya kepada masyarakat. Anda berkata, jika bank sentral tidak diperpanjang maka 50.000 keluarga Amerika akan menderita karenanya. Tapi itu adalah salah Anda. Namun sebaliknya jika Saya menyetujui usul Anda (memperpanjang bank sentral) maka 500.000 keluarga Amerika akan menderita, dan itu menjadi dosa saya. Anda adalah ular berbisa dan pencuri. Saya katakan kepada Anda, saya akan menghancurkan Anda. Dengan rahmat Tuhan, saya akan menghancurkan Anda."

Selama 77 tahun sejak Presiden Andrew Jackson menolak memberikan kekuasaan penciptaan uang kepada bank sentral swasta, para pemimpin Amerika terus-menerus mengalami tekanan untuk menyerahkan kekuasaan tersebut kepada para bankir yahudi dengan ancaman pembunuhan. Tercatat lima orang Presiden Amerika meninggal karena pembunuhan sepanjang waktu itu. Mereka adalah William Henry Harrison (diracun tahun 1841), Zachary Taylor (diracun tahun 1850), Abraham Lincoln (ditembak tahun 1865), James Garfield (ditembak tahun 1881), dan William McKinley Jr. (ditembak tahun 1901). Presiden James Buchanan juga mengalami percobaan pembunuhan dengan racun tahun 1857, namun gagal.

Namun akhirnya keteguhan para pemimpin Amerika dalam mempertahankan konstitusinya (kekuasaan penciptaan uang hanya pada Congress) hancur juga dengan kepemimpinan Woodrow Wilson, presiden petualang cinta yang lemah integritasnya. Karena terdesak dengan ancaman terbongkarnya skandal cinta yang dilakukannya, Woodrow Wilson menyetujui Federal Reserve Act tahun 1913 yang memberikan kekuasaan penciptaan uang kepada bank sentral swasta.

Kini setelah rakyat Amerika menyerahkan nasibnya kepada Federal Reserve, hutang yang ditanggung negara mencapai 11 triliun dollar dan semakin bertambah setiap tahun dengan bunga yang harus dibayar mencapai ratusan miliar dolar setahun atau beberapa kali lipat APBN Indonesia. Dan meski rakyat Amerika harus berkorban sebesar itu (membayar bunga hutang melalui pajak yang mereka bayar), kondisi ekonomi Amerika justru semakin memburuk. Pabrik-pabrik ditutup atau pindah ke luar negeri, jutaan rakyat menganggur dan kehilangan rumah akibat krisis finansial.

Namun mimpi buruk sebenarnya justru baru dimulai dengan mengalirnya jutaan imigran dari Mexico, Asia dan Karibia. Mereka turut menggerogoti APBN dan membebani ekonomi Amerika mengakibatkan mundurnya kualitas pelayanan sosial dan memerosotkan Amerika ke tingkat negara berkembang.

Meski sebagaimana pendapat Michael Moore dalam bukunya "Stupid White Men", puluhan juta rakyat Amerika masih buta hurup dan sekitar 30% dari populasinya tidak pernah membaca koran atau majalah, sebagian dari mereka sudah menyadari hal ini dan tangah mempersiapkan diri untuk melakukan revolusi. Dan bila itu terjadi, ini adalah pengulangan sejarah karena rakyat Amerika juga pernah melakukan revolusi yang mengantarkan mereka ke pintu kemerdekaan tahun 1774. Saat itu pun motifnya sama, yaitu membebaskan diri dari cengkeraman para kapitalis yahudi.

No comments: