Thursday 21 October 2010

Flotilla Baru untuk Gaza


Meski menghadapi ancaman serius dari pemerintah Israel, termasuk serangan militer sebagaimana dialami para aktifis dalam insiden kapal Mavi Marmara bulan Mei lalu, aktifis kemanusiaan dari berbagai belahan dunia terus berupaya melakukan aksi penerobosan blokade Israel demi membantu rakyat Palestina di Jalur Gaza. Sebuah flotilla (armada kecil) kapal-kapal bantuan kemanusiaan kini tengah bersiap-siap menuju Jalur Gaza.

Menurut juru bicara para aktifis, Manuel Tapial, dalam jumpa pers yang diadakan hari Selasa (19/10), jumlah kapal yang bakal berpartisipasi dalam aksi nekad tersebut antara 12-20 kapal, dengan jumlah bantuan mencapai 2x lipat yang dibawa flotilla pertama yang bernasib naas. Flotilla pertama berjumlah enam kapal.

Tapial adalah salah seorang aktifis yang turut berpartisipasi dalam misi flotilla pertama yang diserbu pasukan Israel dan menewaskan sembilan aktifis termasuk seorang warga negara Amerika keturunan Turki, pada tgl 31 Mei 2010 lalu. Selain melakukan aksi kemanusiaan, flotilla kedua dimaksudkan untuk memberikan tekanan politik kepada Israel untuk membuka blokade illegal yang dikenakan terhadap panduduk Palestina di Gaza.

Flotilla yang akan berangkat ke Gaza ini terdiri dari 16 kelompok dan organisasi kemanusiaan dari 16 negara, termasuk Indonesia. Negara-negara tersebut adalah Australia, Belgia, Kanada, Perancis, Yunani, Indonesia, Irlandia, Italia, Malaysia, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki dan Amerika Serikat. Flotilla ini akan diberangkatkan secara serempak dari beberapa pelabuhan di Eropa antara bulan Maret dan Mei 2011.

"Tujuan kami adalah kemanusiaan sekaligus politik," kata perwakilan aktifis dari Spanyol, Dimitris Plionis dalam konperensi pers tersebut. Ia menunjukkan, dengan adanya aksi flotilla tekanan terhadap Israel untuk membuka blokade semakin kuat. Apalagi setelah laporan penyidikan insiden Mavi Marmara yang dilakukan PBB menunjukkan adanya pelanggaran HAM dan hukum internasional yang dilakukan Israel dalam aksi militernya tgl 31 Mei lalu.

"Laporan PBB itu memberikan landasan hukum bagi kami untuk melakukan aksi ini," tambah Plionis.


Erdogan Kembali Kecam Nethanyahu

Setelah serangkaian kecaman dan aksi politik dilakukan oleh Perdana Menteri Turki Recep Erdogan menyusul aksi barbar Israel atas kapal Mavi Marmara yang menewaskan 9 warga Turki, Erdogan kembali melakukan kecaman keras kepada perdana menteri Israel, Nethanyahu. Kecaman ini dikeluarkan Erdogan hari Senin (18/10) dalam wawancara dengan televisi Yunani, Skai TV, terkait kemungkinan kehadiran Nethanyahu dalam konperensi internasional perubahan iklim di Yunani Jum'at (22/10).

Menurut Erdogan dirinya akan memboikot even tersebut jika Nethanyahu hadir dalam acara tersebut. Israel sendiri belum termasuk negara yang diklarifikasi turut berpartisipasi dalam acara ini.

Menurut Erdogan, dirinya "jengkel" kepada Nethanyahu karena Nethanyahu justru merasa bangga dengan aksi biadab negaranya terhadap para aktifis kemanusiaan.

"Dalam masalah ini, saya rasa Israel tengah berada pada titik untuk kehilangan satu sekutu paling pentingnya di Timur Tengah, yaitu Turki. "Saya rasa mereka harus membayar atas kebrutalan yang merupakan kharakter kebijakan politik pemerintahan Israel," tambah Erdogan.

No comments: