Thursday 14 October 2010

Sang Terpilih (2)



Keterangan gambar: lukisan tentang upacara inisiasi sebuah organisasi rahasia


Saat jam menunjukkan angka 12 malam dan para wanita telah lama meninggalkan ruangan, tiba-tiba muncullah dua orang wanita muda cantik berpakaian minim yang memegang kunci mobil. Wanita itu menyerahkan kunci mobil itu, yang ternyata adalah kunci mobil sport Ferrari seri terbaru, kepada Subagyo. Saat ia dilanda kebingungan, sang senator tuan rumah menghampirinya dan mengatakan kepadanya, mobil itu boleh dibawa kemanapun, beserta wanita cantik yang menyerahkan kuncinya. Dan saat ia dilanda kebingungan antara segera membawa pergi "buah segar yang ranum" itu atau menolaknya mengingat ia adalah seorang anak kiai yang dikenal cukup alim, putra sang senator sudah menyeretnya keluar menuju mobil Ferrari yang telah menanti di depan rumah. Tidak lama kemudian mereka berempat telah meluncur membelah kota New York.

Singkat cerita, pagi harinya Subagyo mendapati dirinya berada di sebuah kamar hotel mewah, di samping tubuh molek seorang wanita cantik.

Subagyo sangat menyesali apa yang telah menimpa dirinya semalam. Pikirannya kembali ke tanah air dimana Lastri, istrinya setia menunggu kepulangannya. Yah, mereka memang sepasang pengantin baru. Memang tidak secantik wanita yang tergolek di sampingnya itu, bahkan menurutnya bokong Lastri kelewat besar dengan hidung besar bertahi lalat di ujungnya. Namun Lastri, tipikal wanita negerinya, adalah wanita setia. Di samping itu ia anak seorang jendral terkenal di negerinya yang turut berjasa membuat Subagyo diterima di akademi militer. Hanya saja karena kelewat idealis, karier mertuanya berakhir tragis. Ia dipecat setelah berani menampar seorang pengusaha keturunan Cina yang secara kurang ajar datang ke istana negara bercelana kolor. Karena ternyata sang pengusaha cina itu ternyata besannya presiden Indungsia.

"Aku tidak ingin bernasib sama," gumam Subagyo setiap kali mengingat nasib calon mertuanya itu.

Tekad "tidak ingin hidup miskin" memang sangat kuat di dalam batin Subagyo. Itulah sebabnya ia tidak berlama-lama menyesali perzinahannya dengan "pelacur profesional New York pembawa kunci mobil". Bukankah kini terbuka peluang besar untuk menjadi pejabat penting di Indungsia setelah ia menyelesaikan pendidikannya? Ia hanya sedikit merasa khawatir kalau-kalau adegan percintaannya di kamar hotel itu ternyata direkam oleh orang-orang yang ingin memperalatnya sebagaimana biasa dilakukan dinas inteligen Amerika, juga dinas inteligen Israel, Mossad.

Kembali ke sosok George Soros, Jendral Subagyo sebenarnya membenci setengah mati pria yahudi askenazi ini. Ialah yang telah menghancurkan ekonomi Indonesia dan ekonomi negara-negara Asia Timur lainnya waktu terjadi krisis moneter tahun 1997. Jauh sebelumnya ia juga telah menghancurkan ekonomi negara-negara Eropa Timur. Dan dari puing-puing kehancuran itu, ia mengeruk keuntungan yang tiada tara.

Dalam kasus krisis moneter tahun 1997, Soros memborong dolar di pasar uang negara-negara Asia Timur hingga membuat dolar menjadi langka. Akibatnya nilai tukar dolar langsung melonjak karena di samping terjadi kelangkaan, permintaan dolar juga sedang tinggi karena negara-negara di kawasan tersebut membutuhkan mata uang itu untuk membayar hutang jangka menengah yang jatuh tempo. Semuanya terkait juga dengan apa yang dilakukan para penulis yahudi seperti Alvin Toffler, yang pada akhir dekade 1980-an dan awal 1990a-an memprovokasi negara-negara Asia Timur untuk melakukan pembangunan besar-besaran guna mengantisipasi munculnya "jaman keemasan Asia Timur" yang digembar-gemborkan Toffler dan teman-temannya. Sayangnya demi menggenjot pembangunan itu negara-negara Asia Timur harus mengandalkan hutang dari bankir-bankir Eropa dan terutama Amerika. Dan saat mereka membutuhkan dolar untuk membayar hutangnya, Soros sudah duluan memborongnya dan baru bersedia menjual kembali dengan kurs baru yang telah melonjak berkali-kali lipat. Bisa dibayangkan berapa besar keuntungan Soros dengan tindakannya itu.

Namun semua itu belum berakhir. Ketika perekonomian negara-negara Asia Timur, khususnya Indonesia, hancur tanpa terjadi peperangan atau bencana alam, George Soros datang kembali menawarkan "bantuan" yang sebenarnya adalah pemerasan. Dengan agak memaksa, Soros, dengan menggunakan bendera IMF tentunya, menawarkan pinjaman untuk mengatasi kesulitan keuangan negara-negara yang dilanda krisis dengan syarat Indonesia menjual murah BUMN-BUMN dan aset-aset strategis lainnya kepada para "investor" yang sebenarnya kaki tangan bankir yahudi.

Itulah permainannya. Sangat jelas dan gamblang. Dan sudah terjadi berkali-kali dalam sejarah manusia. Soros, para bankir serta Alfin Toffler, semuanya yahudi.

Namun bukan itu semua yang membuat Jendral Subagyo sangat membenci Soros. Melainkan sikap angkuhnya itulah yang membuat Subagyo sangat membencinya. Bayangkan saja, pernah tengah malam ia meneleponnya untuk menanyakan sesuatu yang tidak terlalu urgen. Keangkuhan lebih jelas lagi tercermin pada gaya bicara serta tingkah lakunya.

Bersambung .........

No comments: