Indonesian Free Press -- Amerika dan Saudi Arabia tahu dengan pasti bahwa para pejabat dan elit Yaman yang menjadi tulang punggung perlawanan Yaman terhadap agresi Saudi Arabia, berada di tengah-tengah kerumunan massa yang menghadiri upacara pemakaman atas orang tua dari Mendagri Jalal Al-Roweishan, di Sana'a akhir pekan lalu. 'Bodoh'-nya rakyat Yaman yang tidak berfikir bahwa tidak ada orang yang 'cukup gila' untuk membom kerumunan warga sipil tidak bersenjata, diperkirakan mencapai 1.500 orang. Maka terjadilah apa yang terjadi. Pemboman maut yang menewaskan ratusan orang tak bersalah.
"Saya harap mereka (rakyat Yaman) menelepon Veterans Today terlebih dahulu, karena kami akan meyakinkan bahwa mereka (Amerika-Saudi-Israel) bisa melakukan... dan akan melakukannya," tulis editor senior Veterans Today Jim W. Dean, 10 Oktober lalu.
Iran pun mengetahui dengan pasti bahwa serangan tersebut dilakukan oleh 'koalisi penyembah dajjal' Amerika-Saudi-Israel, sebagaimana dengan Tragedi Mina tahun lalu yang menewaskan ribuan jemaah haji.
"Bukti-bukti dan dokumen-dokumen menunjukkan bahwa kejahatan ini dilakukan di bawah kontrol operasi Amerika dan Israel,” kata komandan senior Tentara Pengawal Revolusi (IRGC) Iran Brigjen Amirali Hajizadeh, Senin lalu (10 Oktober).
Komandan divisi roket dan rudal IRGC itu menyebutkan keberadaan drone-drone dan pesawat mata-mata Amerika dan Israel seperti MQ-1, RQ-4, MQ-9, AWACS (Airborne Warning And Control System) serta pesawat-pesawat F-16, F-15, hingga F-22, ditambah penerbangan pesawat-pesawat logistik Amerika ke Saudi, membuktikan bahwa operasi pemboman maut itu didalangi oleh Amerika dan dilakukan oleh Saudi.
Ia juga menyebutkan besarnya dampak serangan tersebut sebagai bukti lain keterlibatan Amerika. Ia menyebut ledakan yang terjadi diakibatkan oleh bom penghancur terowongan bawah tanah GBU-28. Ditambah bom-bom 'cluster' yang telah digunakan Saudi Arabia di Yaman mengindikasikan bahwa Amerika dan zionis Israel berkepentingan dengan kehancuran Yaman.
Dipastikan lebih dari 140 orang tewas dan 525 terluka dalam serangan bom oleh pesawat-pesawat tempur Saudi Arabia terhadap sebuah gedung pertemuan yang dipenuhi oleh orang-orang yang berduka atas meninggalnya orang tua Mendagri Jalal al-Roweishan di Sana'a, Sabtu (8 Oktober). Sejumlah sumber menyebutkan angka korban jauh lebih besar lagi mengingat banyaknya korban yang masih hilang.
Ini adalah korban terbesar dalam satu serangan tunggal sejak Saudi melancarkan agresinya ke Yaman bulan Maret 2015 lalu.
“Kebijakan-kebijakan Amerika di dunia Islam telah menjadi faktor untuk terjadinya pembantaian-pembantaian terhadap kaum Muslims,” tambah pejabat militer Iran ini.
"Tidak bisa dibantah bahwa tindakan itu juga telah mendorong regim Saudi lebih dekat ke jurang kejatuhan," kata Hajizadeh lagi.
Bagi para 'liberal idiot' dan 'kecebong' yang masih berilusi bahwa PBB dan norma-norma internasional serta Presiden Jokowi, akan memberikan keadilan atas insiden ini, silakan berilusi bahwa keadilan juga akan diterima oleh rakyat Palestina tanpa melalui perjuangan bersenjata.(ca)
No comments:
Post a Comment