Monday 24 October 2016

Rakyat Rusia Telah Persiapkan Diri Hadapi Perang Nuklir

Indonesian Free Press -- Rusia adalah bangsa yang telah banyak mengalami peristiwa-peristiwa besar berupa peperangan dan bencana alam, ekonomi dan sosial. Hal ini membuat mereka memiliki cara tersendiri untuk menghadapi semua bencana.

Selama krisis ekonomi yang melanda Rusia paska runtuhnya regim Uni Sovyet dan negara dikuasai para bandit ekonomi dan pejabat korup, ribuan warga pindah ke Taiga untuk mencari 'keselamatan mistikal'. Lebih dari 3.000 pengikut sekte 'Christ Vissarion' masih berada di hutan-hutan Siberian menunggu datangnya kiamat.

Pada tahun 2012 banyak warga Rusia yang percaya dengan ramalan kiamat suku Maya. Untuk menghadapi kiamat itu, mereka pun ramai-ramai memborong vodka, korek api, dan lilin.

Warga Rusia menyebut bencana-bencana tersebut sebagai 'hari-hari gelap'. Namun, kebanyakan bencana-bencana itu terjadi tidak hanya dalam hitungan hari, namun tahun. Tahun-tahun Jerman menyerang Rusia selama Perang Dunia II, tahun dimana Napoleon juga menyerang Rusia di abad 19, tahun-tahun Rusia terlibat dalam Perang Dunia I dan disusul oleh Revolusi Bolshevik yang menelan puluhan juta warganya, hingga tahun-tahun penderitaan paska keruntuhan Uni Sovyet.

“Hidup saya adalah satu 'hari gelap' yang tidak pernah berakhir," kata Baba Zoya, wanita tua 82 tahun yang tinggal sendirian di Desa Bezvodnoye di wilayah Nizhny Novgorod.

“Pada beberapa musim dingin, ketika semua persendian dan tulang-tulang badan saya kesakitan, saya tidak punya energi untuk keluar membeli sepotong roti,” katanya kepada The Daily Beast, seperti dilansir Thetruthseeker.co.uk, kemarin (23 Oktober).

Ia masih mengingat dengan jelas ketika pada suatu hari di tahun 1940-an, para lelaki di desanya pergi untuk berperang dan mereka tidak pernah kembali.

“Saya berharap tidak ada lagi orang yang hidup dengan kenangan-kenangan pedih seperti ini," tambahnya.

Namun tampaknya harapan itu sia-sia belaka. Rusia kini tengah menghadapi salah satu krisis paling berbahaya yang mengamcam akan memberikan kehancuran paling besar dibandingkan bencana-bencana yang sudah pernah terjadi, yaitu perang nuklir.

Para menejer Zenit Arena, sebuah stadiun raksasa di St. Petersburg, baru-baru ini menerima surat dari Kementrian Kondisi Darurat yang meminta mereka segera membangun fasilitas-fasilitas penampungan pengungsi untuk kondisi perang. Stadiun yang tengah dibangun untuk ajang Piala Dunia 2018 itu terletak di luar kota, meski dalam situasi perang nuklir tidak bisa menghindari dari kehancuran.

Ini terjadi tidak lama setelah pemerintah menggelar simulasi besar-besaran penanganan bencana perang nuklir, yang melibatkan 40 juta orang di seluruh negeri. Dalam simulasi itu warga mendapatkan petunjuk untuk mencari tempat aman dalam perang nuklir. Demikian The Daily Beast menyebutkan.

"Ini adalah situasi ketegangan paling serius antara Moscow dan  Washington dalam beberapa dekade," kata Sergei Markov, anggota Civic Chamber, lembaga pemerintah yang berbasis di Moscow.

"Perang mungkin bakal terjadi sebelum pemilihan umum Amerika bulan November,” tambahnya.

Markov mengaku telah menimbun 200 kaleng daging untuk menghadapi perang, dan ia menyarankan semua warga Rusia melakukan hal yang sama.

Wakil Ketua Parlemen Vadim Dengin mengatakan bahwa dirinya tidak berharap perang akan benar-benar terjadi, karena hanya akan menghancurkan semua yang terlibat, termasuk Amerika sendiri.

"Para pemimpin Amerika juga harus sadar bahwa anak-anak mereka juga harus mencari tempat perlindungan, jika mereka benar-benar serius menyerang Rusia," katanya.

Minggu lalu pemerintah kota Perm, kota berpenduduk lebih dari sejuta jiwa di wilayah Ural, membangun sejumlah tempat penampungan yang diklaim sebagai tempat untuk 'para pekerja yang akan tetap bekerja selama perang'. Para pakar dari Kementrian Kondisi Darurat  telah memeriksa tempat-tempat penampungan itu untuk memastikan kelayakannya, baik dalam aspek kecukupan ruangan, ketersediaan obat-obatan dan cadangan makanan dan minuman.

Olga Romanova, ketua LSM Behind Bars, yang aktif membela hak-hak tahanan, mengatakan bahwa tidak ada harapan hidup bagi para tahanan dalam kondisi perang nuklir, dan semua orang telah menyadarinya.

"Tidak ada harapan hidup bagi para tahanan. Para tahanan Rusia akan tewas tertimbun, dan semua orang menyadarinya," kata Olga Romanova, kepada The Daily Beast.

Olga mengaku telah mengetahui dimana ia akan mencari bunker nuklir dan berapa menit rudal-rudal NATO akan mencapai Moskow.

“Jika NATO membom Moscow, saya akan berlari ke stasiun metro Taganka. Saya butuh 5 menit untuk berlari dari rumah saya ke tempat itu,” kata Romanova.

"Saya dan suami saya telah berdiskusis tentang hal ini dan memutuskan untuk membawa beberapa botol minuman dan passports,” tambahnya.(ca)

2 comments:

Unknown said...

Ora percaya ane klu bakal trjdi perang nuklir, krn klu benar2 perang nuklir trjdi semua akan sirna dn dunia tamat wasaalam. Dn tentunya tidak ada kiamat krn manusianya aja sdh musnah, tanah hancur gk bakal numbuh tanaman lgi....

Kasamago said...

Langit akan di penuhi rudal2 balistik, daratan akn dipenuhi debu panas radioaktif, jeritan manusia akn mnggelagar mnutup senyum dahaga para dalang kehancuran..