Sunday 26 March 2017

Iran dan Turki yang Memanas Lagi di Suriah

Indonesian Free Press -- Hubungan Turki-Iran kembali memanas terkait dengan konflik Suriah dengan pejabat Iran menyebut Turki 'tidak serius' dan 'tidak bisa menahan diri' dan Iran telah 'kehabisan kesabaran'.

Seperti dilaporkan Veterans Today, 16 Maret lalu, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menyerukan kepada Turki untuk melakukan pendekatan yang realistis dalam perkembangan kawasan dan menekankan perlunya Turki untuk 'menahan diri'. Secara tersirat Zarif menyindir Turki atas pendekatan yang agressif di Suriah dengan berupaya menciptakan zona penyangga di Suriah utara yang sedikit banyak dikontrol oleh Turki.

Sejak tahun lalu Turki melancarkan operasi militer di Suriah utara berkode 'Tameng Eufrat' dengan dalih memerangi terorisme dan ISIS. Namun para pengamat menyebut tujuan Turki adalah menciptakan kawasan yang dikontrol Turki di Suriah utara, yang saat ini sebagian besar dihuni oleh orang-orang Kurdi.


“Kami berharap teman-teman di Turki melakukan langkah-langkah lebih serius dalam masalah regional,” kata Zarif kepada wartawan Rabu (15 Maret).

"Hubungan kami dengan negara-negara tetangga adalah berdasarkan kepada pengertian bersama, satu bagian penting dari hal ini adalah 'menahan diri',” tambahnya.

Hal ini merupakan puncak dari perkembangan hubungan kedua negara yang sempat membaik setelah kudeta militer gagal Turki bulan JUli 2016 lalu. Pada Februari lalu pemerintah Iran memanggil Dubes Turki di Teheran terkait dengan pernyataan tidak bersahabat dari Menlu dan Presiden Turki dalam pertemuan Munich Security Conference.

Dalam acara itu kedua pemimpin Turki itu menuduh Iran telah membuat kawasan tidak stabil dan mempertanyakan kebijakan luar negeri Iran yang dianggap merugikan kawasan. Hal ini memicu reaksi keras Iran. Zarif bahkan menyebut Turki sebagai tetangga yang tidak baik seraya menyinggung peran Iran dalam membantu Erdogan selama kudeta tahun lalu.

“Mereka (Turki) menuduh kami sebagai sektarianis, namun apakah mereka lupa bahwa kami tidak tidur saat terjadi kudeta?” kata. Menlu Iran

Seperti dilaporkan sejumlah media independen, termasuk blog ini, Iran memberikan dukungan moral yang sangat berarti bagi Erdogan saaat mengalami kudeta. Para pejabat Iran dikabarkan memberikan saran 'mujarab' kepada Erdogan untuk menyerukan para pendukungnya turun ke jalanan hingga kudeta benar-benar dilumpuhkan. Sejumlah media independen bahkan menyebutkan bahwa Presiden Turki terbang ke Iran pada malam terjadinya kudeta, meski hal ini tidak pernah dikonfirmasi otoritas kedua negara.

Kedua negara berbeda pandangan secara tajam tentang konflik Suriah. Turki menentang regim Bashar al Assad, sedangkan Iran justru mendukungnya. Turki juga berseberangan soal pembentukan 'zona pengaman' di Suriah utara yang digagas Turki.

Bulan lalu Erdogan mengajukan usulan pembentukan zona pengaman ini kepada negara-negara Arab, mencakup kawasan seluas 3.475 mil persegi yang termasuk kota Manbij. Tehran menolak keras ide tersebut.

Pada 1 Maret lalu Presiden Erdogan bertemu Presiden Iran Hassan Rouhani sepakat untuk memperkuat hubungan kedua negara, termasuk perang melawan terorisme. Pertemuan berlangsung di sela-sela acara Economic Cooperation Organization’s 13th Plenary di Islamabad, Pakistan.(ca)

1 comment:

Anonymous said...

Sudah tau kalo turky pemimpin nya sering berbohong dan tidak dapat di percaya orang munafik biasanya mati merana kejahatan perangnya sudah tak terbendung lagi kehancuran Suriah turky yang jadi algojonya sungguh dosa yg tak ber ampun namun ya turky seperti kerbau di cucuk hidung kalo dihadapan israil sungguh memalukan