Wednesday 15 March 2017

Assange: Deep State akan Tumbangkan Trump, Digantikan Pence

Indonesian Free Press -- Julian Assange, tokoh sensasional di balik fenomena 'Wikileaks' menyebut bahwa Hillary Clinton dan 'Deep State' tengah berusaha untuk menumbangkan Donald Trump dan digantikan dengan Wakil Presiden Pence. Demikian laporan Aaron Kesel di situs We Are Change, 14  Maret.

"Julian Assange secara sensasioal menyebut bahwa Hillary Clinton dan kalangan inteligen tengah berusaha untuk menggulingkan Presiden Donald Trump.... Clinton mengatakan secara pribdi bulan ini bahwa ia secara diam-diam tengah mendorong Pence untuk mengambil-alih kekuasaan," demikian laporan tersebut menuliskan.

Assange juga mengatakan melalui Twitter bahwa dua pejabat inteligen yang dikenal dekat dengan Pence telah mengkonfirmasi rencana rahasia itu. Namun tidak disebutkan apakah Pence setuju dengan rencana itu.


Menyusul rumor tersebut, Pence langsung melakukan sanggahan dengan menyebut hal itu sebagai “absurd dan offensif.”

“Saya mendapati dialog tersebut (tentang pengambil-alihan kekuasaan) sebagai absurd, dan sejujurnya juga offensif,” kata Pence dalam wawancara radio konservatif yang dipandu oleh Laura Ingraham.

"Ini adalah kehormatan terbesar bagi saya untuk bekerja bahu-membahu bersama Presiden ke 45 Amerika," kata Pence lagi seraya menambahkan bahwa dirinya merasa sangat senang bahwa setiap hari ia melihat kemajuan untuk negara yang dilakukan oleh Donald Trump.

Tidak lama kemudian, Assange merespon pernyataan Pence tersebut di Twitter. Dengan nada yang lebih rendah, ia menyebut bahwa upaya pelengseran Trump akan dilakukan dengan cara konstitusional, yaitu 'impeachment' dan bukan dengan cara lain.

Assange secara konsisten menuduh 'deep state' tengah melakukan upaya melawan Donald Trump. Menurutnya, bukti-bukti nyata menunjukkan bahwa “intelligence community” dan 'kelompok mapan' bekerjasama tanpa henti untuk menjungkirkan Donald Trump. Di antara bukti itu adalah pembicaraan pribadi antara pejabat administratif Donald Trump hingga pernyataan senator Paul Ryan yang muncul ke publik, yang mengatakan dirinya tidak akan membela Trump.

Terlepas dari fakta keberadaan 'Deep State' yang telah membunuh Presiden Kennedy dan juga 'menjebak' Presiden George W Bush dalam skenario 'Perang Terorisme' melalui operasi 'bendera palsu' Serangan WTC 2001, blog ini percaya bahwa dalam konteks saat ini Deep State justru tengah bermain sandiwara dengan Presiden Donald Trump untuk mengelabuhi publik.

Tujuannya adalah terjadi chaos, dimana Trump seolah melakukan pembersihan terhadap 'Deep State' dan kelompok korup yang berkuasa di balik layar. Kemudian ia menjadi diktator yang seolah berpihak pada rakyat, namun sebenarnya melindungi kepentingan pemilik modal dan membersihkan mereka dari dosa-dosa masa lalu.(ca)


Tulisa terkait di sini: http://cahyono-adi.blogspot.co.id/2017/03/donald-trump-vs-deep-state.html#.WMldQtJ941I

No comments: