Wednesday 9 August 2017

Maduro Venezuela Menyerang Balik

Indonesian Free Press -- Setelah berbulan-bulan terkesan pasif di tengah-tengah serangan bertubi-tubi musuh-musuhnya, Presiden Nicolas Maduro akhirnya melakukan serangan balik.

Seperti dilaporkan Reuters dan media-media internasional lainnya, Senin (7 Agustus), militer Venezuela yang pro pemerintahan Maduro berhasil menumpas upaya kudeta yang dilakukan sejumlah personil militer di pangkalan militer di Valencia sehari sebelumnya (Sabtu, 6 Agustus). Tujuh orang ditahan setelah aksi tersebut.

Sebelumnya kabar tentang pemberontakan itu beredar melalui video yang beredar di media sosial yang menunjukkan sekelompok personil militer mengumumkan pemberontakan mereka sebagai respon atas pembentukan Majelis Rakyat (Constituent Assembly), yaitu parlemen pro-Maduro. Majelis ini dibentuk para pendukung Maduro para hari Jumat (4 Agustus) untuk membendung langkah politik para penentang Maduro yang menuntut pengunduran diri Maduro.


Aksi pemberontakan ini didukung oleh ratusan warga Valencia yang turun ke jalanan, demikian menurut Reuters. Para saksi mata melaporkan terjadinya tembak-menembak sepanjang malam. Namun tidak ada laporan korban jiwa dalam peristiwa itu.

Militer Venezuela dalam pernyataannya mengenai insiden ini mengatakan bahwa aksi tersebut sebagai 'pertunjukan propaganda' yang ditujukan untuk mendestabilisasi Venezuela. Militer juga menyatakan kesetiaannya kepada Maduro.

Pendukung Maduro menuduh para peserta aksi kudeta itu sebagai tantara bayaran (mercenaries) yang dibayar oleh kubu oposisi pro-Amerika untuk menumbangkan pemerintahan sosialis yang telah berkuasa hampir 20 tahun.

"Serangan-serangan ini direncanakan oleh sekelompok orang di Miami (kota di Semenanjung Florida, Amerika, yang dianggap sebagai basis pendukung gerakan oposisi Venezuela). Namun hal ini justru memperkuat moral angkatan bersenjata kita dan rakyat Bolivarian (pengikut pahlawan Venezuela, Simon Bolivar)," kata jubir partai penguasa Socialist Party, Elias Jaua.

Reuters menyebut aksi pemberontakan ini menimbulkan kekhawatiran adanya aksi penindasan oleh pemerintah terhadap para oposan dalam beberapa hari ke depan.

Dalam video yang beredar itu, seorang yang mengaku bernama Juan Carlos Caguaripano, mantan perwira Garda Nasional mengatakan: "Kami menuntut pembentukan segera pemerintahan transisi." Ia dikelilingi oleh belasan personil yang mengenakan seragam militer.

"Ini adalah langkah sipil dan militer untuk menegakkan konstitusi," kata Caguaripano.

"Namun, lebih dari itu, ini adalah langkah untuk menyelamatkan negara dari kehancuran total," tambahnya.

Namun Caguaripano membantah bila aksinya itu dianggap sebagai kudeta. Reuters menyebut, Caguaripano adalah mantan perwira yang dipecat talis Reuters.

Insiden ini terjadi enam minggu setelah sekelompok polisi yang anti-Maduro melancarkan serangan terhadap sejumlah instalasi penting di Caracas. Namun, sejauh ini tidak ada tanda-tanda gerakan pemberontakan yang lebih luas di kalangan militer yang dikenal loyal pada pemerintahan Maduro, sebagaimana mereka loyal pada pendahulu Maduro, Hugo Chavez.

Sejak April tahun ini sejumlah aksi kerusuhan yang dilakukan kubu oposan untuk menumbangkan pemerintahan Maduro telah menelan nyawa 120 orang. Untuk menghentikan aksi-aksi itu Maduro dan para pendukungnya pun melakukan langkah 'cerdas' dengan membentuk Majelis Rakyat. Dengan langkah ini Maduro bisa menghindarkan diri dari tuduhan represif dan konflik dialihkan menjadi 'pertikaian antar partai politik', bukan 'rakyat melawan regim Maduro'.

Hanya sehari setelah dibentuk, Sabtu (5 Agustus) Majelis Rakyat melakukan langkah drastis dengan memecat Jaksa Agung Luisa Ortega setelah mendapat perintah dari Mahkamah Agung yang juga loyal pada Maduro. Majelis juga memerintahkan penangkapan terhadap Ortega. Langkah ini disusul dengan penyegelan kantor Luisa Ortega oleh militer Venezuela. Namun ketika Ortega hendak ditangkap, ia berhasil melarikan diri dengan sepeda motor.

Luisa Ortega adalah salah satu tokoh oposisi terpenting, karena ia berasal dari partai sosialis pendukung Maduro. Ia menyebut pemecatan dirinya sebagai langkah ilegal dan bertekad akan terus bekerja sebagai Jaksa Agung.

Pengganti Ortega sebagai Jaksa Agung adalah Tarek Saab. Setelah dilantik di hadapan Majelis Rakyat, ia menyerukan penghentian tindak kekerasan terhadap aparat dan pendukung Maduro. Ia juga mengecam Ortega tidak melakukan tindakan apapun dan bahkan justru terlibat dalam aksi kerusuhan berdarah yang dilakukan kubu oposisi selama berbulan-bulan.

Maduro menuduh 'kerajaan Amerika' telah melakukan perang ekonomi terhadap Venezuela dan menolak 'bantuan kemanusiaan' luar negeri. Ia menyebut Majelis Rakyat sebagai langkah terbaik untuk menyelesaikan masalah Venezuela.

Dalam resolusi yang dibacakannya pada hari Sabtu, Majelis Rakyat menyatakan akan mempertahankan kebijakan-kebijakan yang diwariskan oleh President Hugo Chavez, yang mulai memimpin Venezuela hampir 20 tahun lalu.

Sementara itu dilaporkan juga bahwa otoritas keamanan Venezuela telah memulangkan tokoh oposisi Leopoldo Lopez, yang ditahan di penjara militer selama sepekan. Sejak Juli lalu ia berada di dalam tahanan rumah setelah dituduh menjadi penggerak aksi-aksi demonstran anti pemerintah.(ca)

2 comments:

Kasamago said...

jk maduro g buat counter yg cerdik.. sulit utk bertahan dr gempuran lawan dg sokongan luar biasa

Anonymous said...

Kekuatan yg luar biasa butuh semangat dan ke teguhan bagi rakyat akan dapat pelajaran berharga jaga tanah air jaga tumpah darah bangsa penjajah tak akan melirik apalagi mau menguasai kalo sumber daya alamnya sedikit .kaum tamak tak akan mau daerah tandus jaga karuniai tuhan .sampai lepas jaga persatuan dan kesatuan semangat penjajah lama lama akan luntur menghadapi kekuatan rakyat semesta