Saturday 19 October 2019

Trump Ancam Erdogan Melalui Surat


Indonesian Free Press -- Presiden AS Donald Trump mengancam Presiden Turki Erdogan melalui surat untuk mencegah serangan Turki ke Kurdistan Suriah. Namun Presiden Turki membuang surat itu ke tong sampah dan memutuskan menyerang Kurdistan pada hari yang sama. Demikian seperti dilaporkan Press TV, 17 Oktober.

Gedung Putih mengumumkan surat tertanggal 9 Oktober tersebut ke publik pada hari Rabu (16 Oktober) untuk mengurangi kemarahan publik kepada Trump terkait keputusannya menarik pasukan Amerika dari Kurdistan yang memberi jalan kepada Turki untuk melakukan serangan.


Menurut laporan itu tiga hari sebelumnya (6 Oktober) Erdogan memberitahu Trump melalui telepon bahwa ia bermaksud untuk menyerang Kurdistan Suriah. Namun saat itu Trump tidak memberikan keberatan ataupun mendukung.

“Mari kita membuat kesepakatan. Anda tidak perlu bertanggungjawab atas pembunuhan ribuan orang Kurdi dan saya tidak harus menghancurkan ekonomi Turki..... Jangan jadi orang yang keras (hati) dan jangan bodoh," tulis Trump dalam suratnya.

BBC menyebutkan bahwa Presiden Turki menolak ancaman Trump dan setelah membaca surat itu ia membuangnya ke tempat sampah. Kemudian ia memerintahkan militer Turki menyerang Kurdistan pada hari yang sama.

Dalam upaya membujuk Erdogan, Trump mengatakan pihaknya telah mendapat jaminan dari pemimpin kelompok Kurdi Syrian Democratic Forces, Jendral Mazloum Kobani Abdi tentang kesediaan untuk berunding.

Perkembangan terakhir Turki akhirnya setuju untuk menghentikan sementara serangan ke Kurdistan Suriah setelah Trump mengirim Wakil Presiden dan Menhan AS untuk membujuk Erdogan.

Turki punya alasan kuat untuk menyerang Rojava (Kurdistan Suriah). Sudah lama para pejuang Kurdi, baik yang di Suriah maupun Iran dan Irak, menjadi sekutu Israel. Orang-orang Kurdi itu membutuhkan senjata dan data-data intelegen dari Israel dan Israel membutuhkan Kurdistan sebagai pijakan untuk, terutama, menyerang Iran. Bagi Turki dan orang-orang Arab di kawasan satu negara Israel sudah cukup menyakitkan dan tidak ingin ada Israel baru di Kurdistan. Tidak heran jika Turki bereaksi keras ketika orang2 Kurdi Irak hendak memproklamirkan kemerdekaan. Turki menutup perbatasan dengan Irak dan memutuskan akses logistik Kurdistan yang sangat vital sekaligus menghentikan proses kemerdekaan Kurdistan Irak. Keberadaan gerilyawan Kurdi di Rojava juga sangat mengganggu keamanan Turki karena mereka menjadi penyuplai senjata dan logistik pemberontak Kurdi Turki.(ca)

No comments: