Tuesday 22 December 2009

Pembongkaran Menorah di Moldovia


Hari raya yahudi Chanukah menggantikan Hari Natal dan menorah (simbol yahudi) menggantikan pohon natal kini telah menjadi pemandangan biasa di Amerika dan Eropa. Kini, di bulan Desember yang dahulu identik dengan hari Natal dan pohon natal berdiri di kantor-kantor pemerintah, telah berganti dengan menorah. Termasuk di Gedung Putih, sebuah menorah raksasa berdiri mengangkangi Gedung Putih. Peresmian menorah raksasa ini dilakukan oleh kepala staff gedung putih, Rahm Emmanuel, seorang zionis warga negera Israel veteran angkatan perang Israel, tgl 13 Desember lalu.

Tapi di satu sudut dunia lain, sebuah perlawanan dilakukan oleh para patriot kristen Moldovia. Pada saat menorah raksasa diresmikan di Gedung Putih, ratusan patriot kristen Moldovia merobohkan sebuah menorah yang secara "kurang ajar" didirikan orang yahudi di samping patung pahlawan Moldovia, King Stefan the Great, di ibukota Moldovia, Chisinau.

“Kita adalah negeri Kristen Orthodox. Mendirikan simbol yahudi di samping patung Stephen the Great adalah suatu pelecehan besar. Stephan the Great mempertahankan negeri ini dari para yahudi dan sekarang mereka mendirikan simbol yahudi di samping patungnya. Ini adalah pelecehan yang luar biasa," teriak pendeta Anatoly Chirbik di depan ratusan warga kristen Moldovia yang merobohkan menorah. Di tempat menorah yang dirobohkan itu para demonstran kemudian mendirikan salib raksasa.

"Salib ini adalah simbol kita. Kita akan melindungi negeri ini dengan salib suci. Tidak boleh lagi yahudi melakukan penindasan di negeri ini!" tambah Anatoly.

Tapi bukan yahudi kalau tidak bereaksi keras. Abraham Foxman pimpinan Anti Defamation League (ADL), sebuah organisasi yahudi paling berpengaruh di dunia, berteriak keras: "Pemerintah Moldovia harus menindak keras para pelaku kejahatan anti-semit ini. Pemerintah sipil Moldovia harus mengirimkan sinyal yang jelas kepada komunitas yahudi bahwa mereka tidak akan mentolerasi anti semitisme!"

Lebih jauh, Foxman bahkan menuntut gereja Orthodox Moldovia untuk memberikan sanksi kepada para pendeta yang terlibat dalam peristiwa itu.

Sunday 13 December 2009

Kasus Prita Mulyasari: Tanggalkan Konspirasi, Ini Masalah Nurani


Sebenarnya saya ingin menulis soal motif konspirasi di balik berbagai masalah sosial-ekonomi-politik yang melanda Indonesia akhir-akhir ini khususnya terkait masalah kriminalisasi KPK, skandal bank Century, pengadilan-pengadilan hitam terhadap rakyat jelata, dan terakhir adalah kasus Prita Mulyasari.

Hal ini (soal konspirasi) bukan sekedar paranoid atau mengada-ngada. Contohnya, bagaimana mungkin seorang Anggodo yang telah mengangkangi instusi kejaksaan dan kepolisian serta mempermalukan presiden Republik Indonesia bisa melenggang bebas tak tersentuh hukum. Lalu bagaimana Prita Mulyasari, seorang ibu rumah tangga yang mendapat perlakuan tidak adil dengan menjalani penahanan selama satu bulan di penjara karena masalah sepele, yang telah mendapatkan dukungan publik, termasuk menteri, jaksa agung, DPR, para tokoh nasional hingga presiden, kasusnya tetap berjalan bahkan kemudian dijatuhi hukuman perdata (masih ada kemungkinan hukuman pidana juga).

Well, di negara-negara dimana para konspirator jahat telah mengendalikan kekuasaan, semua hal paling keji bisa saja terjadi. Lihatlah nasib Bobby Fischer, sang legenda catur dari Amerika. Menjadi figur paling terkenal di Amerika bahkan dunia selama bertahun-tahun tidak menjamin ia bebas dari perlakuan keji. Ia dikeroyok polisi, dibekukan paspornya, disita harta bendanya, dan akhirnya ia meninggal di pengasingan (Islandia). Atau John Demjanjuk. Lelaki tua lumpuh berumur 89 tahun itu ditangkap polisi Amerika dan diekstradisi ke Jerman untuk diadili dengan tuduhan komprador Nazi dalam Perang Dunia 2. Padahal 30 tahun lalu ia juga dituduh hal yang sama dan telah diekstradisi ke Israel. Pengadilan Israel bahkan menjatuhi hukuman mati terhadapnya dan ia tengah menunggu eksekusi ketika pengacaranya yang gigih berhasil menemukan bukti baru yang akhirnya berhasil membebaskannya dari kematian.

Namun nasib Demjanjuk dan Bobby Fischer tidak setragis Anton Schuessler, warga kota Chicago, Amerika. Pada tahun 1955 ia kehilangan dua anak kesayangannya oleh pembunuhan keji misterius, yang kemudian ia ketahui sebagai praktik ritual berdarah oleh sekelompok sekte ortodok yahudi. Demi keadilan, ia melaporkan kasus tersebut kepada polisi. Namun polisi justru menuduhnya sakit jiwa dan menahan paksa dirinya untuk dijebloskan ke dalam sebuah klinik kejiwaan. Pada hari yang sama ia masuk ke dalam klinik tersebut, ia meninggal dunia menyusul dua orang anaknya yang telah meninggal sebelumnya.

Rakyat Amerika, khususnya penduduk Chicago yang diinspirasi oleh Arnold Leese penulis paper "Jewish Ritual Murder", melawan ketidak adilan yang menimpa Schuessler dengan aksi-aksi demo dan aksi-aksi lainnya. Untuk menghindari kerusuhan etnis, komunitas yahudi Chicago memberi santunan sebesar $500.000 kepada nyonya Anton Schuessler. Dr Leon Steinfield, seorang yahudi pemilik klinik kejiwaan pembunuh Anton Schuessler pun melarikan diri ke Swiss. Namun pelaku pembunuhan ritual tidak pernah tertangkap.

Sebagaimana rakyat Amerika melawan ketidak adilan yang menimpa keluarga Schuessler, rakyat Indonesia juga melawan ketidak adilan yang menimpa Prita Mulyasari, dengan menggalang dukungan melalui situs internet jejaring sosial dan aksi pengumpulan uang logam untuk membayar hukuman perdata yang menimpa Prita. Aksi-aksi dukungan masyarakat itu pun membuat ciut RS Omni yang berperkara dengan Prita Mulyasari sehingga menarik tuntutan perdatanya.

Namun semua itu belum benar-benar berakhir. Prita masih menghadapi tuntutan pidana yang mungkin akan terasa lebih berat ditanggung Prita. Sebagaimana kasus kriminalisasi KPK yang jauh dari berakhir dengan masih melenggang bebasnya Anggodo dan bebasnya para "buaya" yang telah menahan pimpinan KPK Bibit dan Chandra, atau kasus bank Century dengan masih bercokolnya Sri Mulyani dan Boediono di kursi kekuasaan. Namun kasus Prita menunjukkan, bahwa rakyat Indonesia masih memiliki hati nurani yang merupakan modal dasar bangkitnya Indonesia dari keterpurukan. Insya Allah.

Bangkitlah Indonesiaku. Kau adalah bangsa besar. Satu-satunya bangsa yang berhasil menghancurkan kekuatan-kekuatan jahat dalam sejarah manusia: imperalisme mongol, kolonialisme, dan komunisme. Kau pun akan menghancurkan kekuatan jahat yang saat ini tengah mengendalikanmu.

Kontroversi Hadits Tsaqalayn


Rosulullah bersabda: "Wahai seluruh manusia, sesungguhnya telah aku tinggalkan untuk kalian dua warisan berharga, yang apabila kalian berpegang kepada keduanya niscaya kalian tidak akan tersesat, yaitu kitabullah dan 'itrah, ahlulbaytku." (HR Tirmidzi)

Rosulullah bersabda: "Aku merasa utusan Tuhanku (malaikat Israil) akan segera datang. Akupun segera menjawabnya. Sesungguhnya telah aku tinggalkan untuk kalian dua buah peninggalan agung (tsaqalayn). Yang pertama kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Kemudian ahli baitku. Aku ingatkan kalian pada ahli baitku." (HR Muslim)

Para ahli hadits klasik maupun modern telah men-tashhih kedua hadits di atas. Di antara ahli hadits klasik adalah Muslim dalam kitabnya "Shahih", Tirmidzi dalam kitabnya "Sunan", al Hakim dalam kitab "Al Mustradrak", dan imam Ahmad dalam kitab "Musnad". Nama mereka semua adalah jaminan kevaliditasan sebuah hadits. Bahkan ummat Islam Sunni secara umum menganggap kitab "Shahih" Muslim dan Bukhari sebagai kitab paling valid setelah Al Qur'an.

Menurut ahli hadits komtemporer Mu'tashim Sayid Ahmad, hadits tsaqalayn diriwayatkan oleh 25 sahabat Rosul dan 18 tabi'in. Menurutnya antara abad II hingga IV Hijriah hadits tsaqalayn diriwayatkan oleh 323 perawi. Adapun menurut ahli hadits Husein al-Ridha, perawi hadits tersebut mencakup 35 sahabat Rosul, di antaranya Ali bin Abi Thalib, Anas bin Malik, Amr bin Ash, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Abbas, dan Abu Hurairah. Dalam tradisi Sunni nama-nama sahabat tersebut adalah jaminan validnya sebuah hadits.

Namun ironisnya dalam hal hadits tsaqalayn di atas, sebagian besar ulama Sunni menolak hadits tersebut, yang secara otomatis diikuti oleh sebagian besar umat Islam Sunni. Kalaupun umat Islam Sunni menerima hadits tersebut, redaksinya telah diubah. Kata "ahli bait" atau "ahlulbayt" telah diganti kata "sunnah", menyembunyikan keberadaan orang-orang yang telah disucikan Allah dengan surat Al Ahzab ayat 33 sekaligus melupakan kewajiban untuk menghormati keluarga Rosul padahal setiap hari mereka mengucapkan sholawat kepada Rosul dan keluarganya dalam sholat.

Marginalisasi ahlul bait dilakukan secara sistematis, hingga di Indonesia redaksi terjemahan resmi Departemen Agama dalam surat Ash Syuura: 23 pun dipelesetkan dari: "Katakanlah (Muhammad): Aku tidak meminta upah atas seruanku kecuali kasih sayang kepada keluargaku", menjadi "Katakanlah (Muhammad): Aku tidak meminta upah atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Yang pertama dengan jelas menunjukkan perintah kepada umat Islam untuk menghormati keluarga Rosul dengan segala konsekwensinya termasuk menjadikan mereka sebagai pemimpin dan rujukan ilmu dan hukum. Sedangkan yang kedua, "kasih sayang dalam kekeluargaan" adalah sebuah perintah yang normatif dan tidak jelas.

Umumnya penolakan tersebut berdasar pada pendapat dua orang ulama Ibnu Jauzi dan Ibnu Taimiyah. Menurut Jauzi lemahnya hadits tsaqalayn karena di antara perawinya terdapat ulama dari kota Kufah. Alasan tersebut sangat jelas berdasar subyektifitas belaka. Adapun menurut Taimiyah, hadits tersebut berasal dari Tirmidzi dan telah dilemahkan oleh Imam Ahmad. Padahal seperti telah disebutkan, hadits tersebut tidak hanya melalui jalur Tirmidzi, tapi juga melalui ahli hadits besar lainnya seperti Muslim, al Hakim, dan Imam Ahmad.

Jika diteliti alasan para ulama penolak hadits tsaqalain sangat subyektif dan tidak berdasar. Ali as Salus misalnya mengatakan, meski diriwayatkan oleh banyak sahabat, namun tak satupun di antaranya yang sahih. Bagaimana mungkin ia menafikan para sahabat utama yang telah meriwayatkan hadits tersebut sebagaimana telah disebutkan di atas? Adapun Ibnu Taimiyah, setelah gagal melemahkan hadits tersebut dari sisi sanad, menggunakan argumen lain yang justru memperlihatkan kekacauan berfikir. "Sesungguhnya hadits tsaqalayn tidak menunjukkan kita wajib mengikuti ahlul bait melainkan kewajiban untuk berpegang pada Al Qur'an saja," kata Taimiyah. Lihatlah bagaimana Ibnu Taimiyah, ulama yang terkenal sebagai pembenci ahlul bait, berbicara ngawur setelah kebenaran yang terang-benderang tidak bisa dibantahnya. Lebih aneh lagi pendapat Mu'tashim Sayid Ahmad yang mengatakan hadits tsaqalain tidak terdapat pada kitab-kitab induk, seolah kitab "Shahih" Muslim bukan kitab induk wajib pegangan ummat Islam Sunni setelah Al Qur'an.

Jika mau obyektif, hadits tsaqalain adalah hadits yang mutawatir (hadits dengan derajat kevaliditasan tertinggi) karena telah diriwayatkan oleh banyak sahabat dan diturunkan oleh para tabi'in dan generasi-generasi setelahnya. Hanya orang-orang yang mempunyai penyakit di hatinya kepada ahlul bait lah yang berani menolak kebenaran hadits tersebut. Adapun masyarakat umum Sunni, termasuk di Indonesia, hanya ikut-ikutan saja.

Monday 7 December 2009

Yahudi di Balik Gerakan Politik Kulit Hitam


Sumber: Jewish Activists and White Institutions oleh Sam Davidson dalam situs davidduke.com tgl 26/11/09


Sekitar 12 tahun yang lalu saya membaca buku biografi Nelson Mandela terjemahan bahasa Indonesia. Mataku berkaca-kaca mengetahui jerih payah perjuangan Mandela "memerdekakan" negerinya, Afrika Selatan, dari penjajahan orang-orang kulit putih.

Namun na'ifnya saya waktu itu tidak mencurigai kedekatan Mandela dengan beberapa orang-orang kulit putih komunis seperti Joe Slovo. Untuk apa orang kulit putih memusuhi orang-orang sebangsanya sendiri dan berteman erat dengan orang kulit hitam? Kini saya tahu, sebagaimana orang kulit putih komunis lainnya, mereka sebenarnya adalah yahudi, bukan orang kulit putih sebenarnya.

Pertama kita mulai dengan dua fakta berikut: IQ rata-rata orang kulit hitam Amerika adalah 85 dan kulit hitam Afrika adalah 70. Bila IQ rata-rata kulit putih adalah 100, kita bisa bertanya dalam hati mengapa orang kulit hitam Afrika di Afrika Selatan bisa secara "gemilang" menyingkirkan orang-orang kulit putih dari kekuasaan? Lebih nyata lagi adalah mengapa orang kulit hitam bisa menduduki jabatan presiden dan jabatan-jabatan penting lainnya di Amerika, menjadi presenter paling berpengaruh (Oprah Winfrey), aktor paling tampan (Will Smith), atau tokoh paling "mulia" yang hari kelahirannya menjadi hari libur nasional (Marthin Luther King)?

Jawabannya adalah: Orang-orang kulit hitam tidak "berjuang" sendiri (atau bahkan sebenarnya mereka tidak memiliki kesadaran untuk "merdeka"). Orang-orang yahudi-lah yang melakukannya.

Di Afrika Selatan, kelompok politik kulit hitam paling berpengaruh adalah ANC yang didirikan oleh Nelson Mandela dengan sayap militernya Umkhonto we Sizwe (MK). Baik ANC dan MK dalam perjuangannya bekerjasama erat dengan partai komunis Afrika Selatan, South African Communist Party (SACP) yang digerakkan oleh orang-orang yahudi.

Pada tahun 1963 polisi regim kulit putih Afrika Selatan menyerbu peternakan
Liliesleaf Farm dan menangkap 19 anggota ANC and MK. Anehnya di antara mereka justru banyak terdapat orang-orang yahudi seperti Denis Goldberg, Lionel Bernstein, Bob Hepple, Arthur Goldreich, Harold Wolpe, dan James Kantor.

Goldreich dan Wolpe telah membeli Liliesleaf Farm dengan menggunakan dana SACP. Wolpe, seorang pengacara, bekerja sama dengan Goldreich menentukan target-target operasi MK. Goldberg adalah staff teknis MK. Bernstein adalah anggota SACP. Hepple adalah pengacara yang membela ANC. Pada peristiwa "Pengadilan Rivonia" yang terkenal, para pembela mereka adalah Harry Schwarz, Arthur Chaskalson, dan Joel Joffe, semuanya yahudi.

Beberapa aktifis politik yahudi seperti penulis Nadine Gordimer secara konsisten melakukan dukungan kepada ANC. Gordimer menjadi saksi yang meringankan para tersangka anggota ANC dalam peristiwa Pengadilan Delmas Treason dan sering bertemu dengan aktifis anti-apartheid yahudi lainnya, Helen Suzman dan Lulu Friedman.

Suzman kenal dekat dengan Mandela dan sering mengunjunginya di penjara. Aktifis anti-apartheid lainnya, pengacara Albie Sachs, mengajukan tuntutan ke pengadilan atas rejim kulit putih. Sementara itu Joe Slovo, salah satu sahabat peling dekat Mandela, selain menjadi pemimpin SACP, anehnya, juga menjadi kepala inteligen MK, bahkan kemudian menjadi anggota Komite Eksekutif ANC pada tahun 1987.

Atas jasa-jasanya kepada Mandela dan ANC/MK, individu-individu yahudi tersebut mendapat balasan setimpal setelah Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan tahun 1994. Kasrils diangkat menjadi Deputi Menhan antara 1994 sampai 1999. Arthur Chaskalson menjadi presiden dan kemudian menjadi ketua Mahkamah Konstitusi dari tahun 1994 hingga 2005. Albie Sachs menjadi Hakim Konstitusi kemudian menjadi mendagri yang mengeluarkan peraturan membolehkan perkawinan sesama jenis kesukaan sebagian besar orang yahudi.

Pada saat para aktifis yahudi melakukan gerakan "hak-hak sipil" atau Civil Rights di Afrika Selatan, hal yang sama juga dilakukan di Amerika Serikat. Publik mengetahui gerakan ini dipimpin oleh orang-orang kulit hitam seperti Martin Luther King Jr., Rosa Parks, dan Malcolm X. Namun pengamatan lebih mendalam akan mendapatkan, sebagaimana di Afrika Selatan, perjuangan kulit hitam ini dikendalikan oleh yahudi.

Pada tgl 21 Juni 1964 tiga orang aktifis ’Civil Rights’ dibunuh di Mississippi (menjadi inspirasi film Missisippi Burning yang meraih Oscar). Ketiganya adalah James Chaney, Andrew Goodman, dan Michael Schwerner. Chaney seorang warga kulit hitam, tapi Goodman dan Schwerner adalah yahudi asal New York. Menurut film dokumenter "From Swastika to Jim Crow", separuh dari orang-orang kulit putih yang pergi ke Mississippi di tahun 1964 untuk menentang undang-undang Jim Crow, adalah yahudi. Diperkirakan juga sekitar 50% pengacara di daerah selatan pada tahun 1960-an adalah yahudi.

Yahudi hanya mewakili 1-2% dari populasi Amerika. Prosentase di atas menunjukkan keterlibatan yahudi dalam "perjuangan" kulit hitam bukan kebetulan semata.

Mari menganalisa lebih lanjut. Satu organisasi paling penting dalam gerakan hak-hak warga sipil kulit hitam yang mencapai puncaknya tahun 1960-an adalah National Association for the Advancement of Colored People (NAACP). Organisasi ini didirikan oleh beberapa yahudi di antaranya Joel Spingarn, rabbi (pemimpin agama yahudi) Stephen Wise, bankir Jacob Schiff (donatur gerakan komunis Rusia), Jacob Billikopf, Julius Rosenwald, Lillian Wald, dan Emil G. Hirsch. Sedemikian kuat "bau" yahudinya sehingga semua pemimpin organisasi ini sejak tahun 1915 sampai 1975 adalah yahudi. Salah satu pemimpinnya, Kivie Kaplan (1966-1975) tampak dalam foto bersama Martin Luther King Jr di atas.

Bahkan Martin Luther King Jr., figur paling menonjol pejuang hak-hak kulit hitam, yang hari kelahirannya menjadi hari libur nasional (bahkan para pendiri bangsa Amerika tidak mendapatkan kehormatan seperti Martin Luther), mengandalkan sepenuhnya dukungan Stanley Levison, seorang yahudi, untuk mengorganisir penggalangan dana dan publikasi. Levison adalah seorang tokoh komunisme Amerika di tahun 1950-an sebagai pemimpin Communist Party of America. Levison dikenalkan dengan Martin Luther oleh Bayard Rustin, seorang anggota pemuda komunis Amerika.

Saat Levison dihadirkan di depan sidang Senate Subcommittee on Internal Defense, menyusul terjadinya kerusuhan pada konvensi nasional partai demokrat tahun 1968, pengacaranya adalah yahudi bernama William Kunstler. Kunstler juga menjadi pengacara geng Chicago Seven, sekelompok agitator yahudi yang dituduh merekayasa terjadinya kerusuhan konvensi nasional partai demokrat.

Jika ditelaah, para aktifis gerakan hak-hak sipil yahudi, bukanlah orang-orang yang "terpinggirkan" atau orang-orang yang tertindas. Sebaliknya mereka adalah para elit di negaranya. Bahkan Joe Slovo, komunis yahudi teman akrab Nelson Mandela, adalah seorang pengacara lulusan universitas ternama. Apa yang mereka lakukan adalah politik "menghancurkan yang kuat dengan menggunakan tangan si lemah" yang pada akhirnya memunculkan keseimbangan baru dimana tidak ada lagi satu pun kekuatan (negara, bangsa, agama, ras, organisasi massa ataupun organisasi politik) yang kuat yang bisa mengimbangi kekuatan yahudi.

Dan dalam kasus Afrika dan Amerika, sasaran yang menjadi target penghancuran adalah orang-orang kulit putih, dengan menggunakan alat orang-orang kulit hitam. Dalam kasus Islam, yahudi sengaja mendukung aliran-aliran sesat minoritas (ahmadiyah, Islam liberal, inkar sunnah, dll) untuk menghancurkan aliran-aliran utama seperti Sunni dan Syiah.

Adapun umat kristen sudah lama lemah karena politik pecah belah yahudi. Milestone utama penghancuran kristen adalah Gerakan Reformasi yang melahirkan agama protestan, Revolusi Perancis yang menghancurkan institusi gereja dalam struktur sosial politik Eropa, dan Revolusi Bolshevik yang menghancurkan kekuatan kristen yang tersisa di Rusia.

Anti-Semitisme di Ukraina


Rakyat Ukraina mengerti benar peran yahudi dalam pembersihan etnis yang dialami mereka oleh regim komunis Uni Sovyet yang didirikan dan dijalankan oleh orang-orang yahudi. Jutaan orang warga kristen Ukraina tewas mengenaskan oleh kekejaman rejim komunis yahudi, terutama pada tahun 1920-1930-an, dan itu menjadi memori gelap sejarah Ukraina yang membuat anti-semitisme (anti-yahudi) menjadi sebuah simpton (kesadaran bawah sadar) yang siap meledak setiap saat.

Kini simpton itu mulai meletus, dalam bentuk pernyataan-pernyataan tokoh politik, tulisan-tulisan dan berita-berita media massa Ukraina menjelang pemilu mendatang. Salah satunya adalah adanya berita-berita menghebohkan tentang perdagangan organ manusia dari Ukraina ke Israel.

Berita yang dimuat di beberapa situs internet Ukraina tersebut bersumber dari pernyataan seorang profesor dan penulis Ukraina, akhir bulan November lalu, bahwa dalam dua tahun terakhir sebanyak 25.000 anak-anak Ukraina telah menjadi korban perdagangan organ manusia yang dilakukan oleh orang-orang yahudi Israel. Klaim tersebut menyusul beberapa bulans setelah media massa Swedia menuliskan tentang praktik "pengambilan paksa" organ-organ tubuh warga Palestina oleh tentara Israel. (Anda pernah membaca buku "Saudagar dari Venesia" karya Shakespearre? Cerita tentang seorang lintah darat yahudi abad pertengahan yang menuntut pembayaran berupa keratan daging korbannya, jauh lebih "moderat" dibandingkan praktik perampasan paksa organ tubuh warga Palestina oleh orang yahudi Israel saat ini)

Yahudi, Israel dan anti-semitisme kini menjadi motif terbesar dalam kampanye kepresidenan Ukraina, dimana beberapa kandidat membuat pernyataan anti-semit dan yang lain mengkritiknya. Beberapa kandidat, seorang yahudi dan seorang yang dicurigai berdarah yahudi, telah menuduh salah satu kandidat, perdana menteri incumbent Yulia Tymoshenko, sebagai orang yang bertanggungjawab membuat anti-semitisme sebagai motif dalam kampanye.

"Sistem politik Ukraina adalah sebuah parodi demokrasi," kritik pemimpin agama yahudi, Rabbi Berel Lazar.

Adalah Profesor Vyacheslav Gudin yang berbicara di hadapan 300 peserta sebuah konferensi di Kiev, yang menceritakan secara ditail mengenai 15 anak-anak Ukraina yang telah dijadikan sebagai donor organ tubuh secara paksa berkedok adopsi yang dilakukan oleh warga Israel. Konperensi yang saja juga memaparkan kekejaman komunisme yahudi pada tahun 1930-an, sebagaimana peranan yahudi dalam kondisi sosial ekonomi Ukraina saat ini.

Sebagai respons atas protes komunitas yahudi terhadap isu-isu berbau anti-semit tersebut, polisi telah memeriksa para awak situs internet ZUBR, salah satu situs internet yang telah menyebarkan berita anti-semitisme tersebut. Di sisi lain, ratusan warga Ukraina melakukan demonstrasi di depan kedubes Israel di Kiev, memprotes surat yang ditandatangani oleh 25 anggota parlemen Israel yang mengecam kandidat presiden Sergey Ratushnyak yang dianggap menyebarkan anti-semitiems. Para demonstran berteriak-teriak, "Ukraina bukan Gaza!"

Ratushnyak, walikota Uzhgorod yang menjadi salah satu kandidat presiden dalam satu kampanyenya menyalahkan orang-orang yahudi sendiri sebagai penanggungjawab kejadian pembantaian warga yahudi dalam perang dunia 2. Menurutnya orang-orang yahudi telah "mencuri" harta benda rakyat Jerman dan memperingatkan hal yang sama mungkin terjadi di Ukraina.

Sodom Gomorrah di Israel


Dari: Victor Ostrovsky dalam "By Way of Deception"


Saya tidak akan melupakan apa yang saya lihat berikutnya. Ada sekitar 25 orang di dalam dan di sekitar kolam renang dan tak seorangpun mengenakan selembar benangpun pada tubuh mereka. Orang kedua Mossad --- sekarang adalah pimpinannya ---, Hessner, banyak sekretaris. Luar biasa sekali. Beberapa pria itu memang bukan pemandangan yang indah, tapi sebagian besar gadis-gadisnya sangat mengesankan. Saya harus akui bahwa mereka tampak jauh lebih baik daripada sewaktu mereka mengenakan seragam. Kebanyakan mereka adalah serdadu wanita yang ditugaskan di kantor (markas Mossad) dan baru berusia 18 atau 20 tahun.

Sebagian dari mereka bermain di dalam air, sebagian berdansa, sebagian lainnya berbaring di atas selimut di kiri dan kanan kolam sambil bercumbu di sana. Saya tidak pernah melihat kejadian seperti itu.

Kami tinggal di sana sekitar 20 menit. Mereka adalah para pembesar dan mereka bertukar-tukar pasangan. Ini benar-benar mengguncangkan saya. Jelas ini sama sekali di luar dugaan. Anda memandang orang-orang itu sebagai pahlawan dan anda menghormati mereka. Tapi kemudian anda melihat mereka mengadakan pesta seks di kolam renang.

Dengan bersikap "lurus" saya kehilangan banyak teman. Ada ikatan yang berkembang di antara pria yang suka berhubungan seks. Yang mengecewakans saya adalah saya mengira telah memasuki Olympus Israel, tapi ternyata saya mendapati diri saya berada di Sodom dan Gomorrah. Hal ini terbawa di seluruh pekerjaan. Hampir semua terikat dengan yang lain melalui seks. Ini merupakan sistem kebaikan yang menyeluruh. Saya berutang kepada Anda. Anda berutang kepada saya. Anda membantu saya. Saya akan membantu Anda. Begitulah katsa (agen rahasia) untuk naik pangkat, dengan seks untuk mencapai puncak.

Sebagian besar sekretaris di markas Mossad sangat cantik. Itulah cara menyeleksi mereka. Tapi masalahnya telah tiba pada satu titik dimana mereka merupakan lungsuran, hal ini berlangsung dengan pekerjaan.

Kami mempunyai kombatan (agen rahasia dengan tugas khusus membunuh) yang pergi jauh selama dua, tiga bahkan empat tahun. Para katsa yang mengatur mereka di Metsada adalah satu-satunya penghubung mereka dengan keluarga mereka. Ada kontak mingguan dengan para istri kombatan, dan setelah beberapa waktu kontak itu tidak lagi hanya sekedar bercakap-cakap. Mereka akhirnya melakukan hubungan seks dengan para istri kombatan.