Saturday 31 October 2015

Konperensi Internasional untuk Suriah III, Kemenangan Iran-Suriah-Rusia

Indonesian Free Press -- Konperensi Internasional untuk Suriah Ketiga akhirnya digelar di Wina, Jumat 30 Oktober 2015. Ada perbedaan mendasar dari konperensi sejenis, baik yang pertama tahun 2012 maupun yang kedua tahun 2014 lalu. Perbedaan pertama adalah kepesertaan Iran dan yang kedua adalah kesepakatan untuk menghancurkan kelompok-kelompok teroris di Suriah.

Untuk pertama kalinya delegasi Iran turut berpartisipasi dalam konperensi kali ini. Padahal dalam konperensi sebelumnya Amerika, Saudi dan sekutu-sekutunya bersikukuh untuk tidak melibatkan Iran yang diketahui menjadi pendukung utama Presiden Bashar al Assad. Adapun tentang isyu terorisme dalam konflik Suriah, dalam konperensi sebelumnya Amerika, Saudi dan sekutu-sekutunya bersikukuh menjadikannya sekedar agenda tambahan dan agenda utamanya adalah pembentukan pemerintahan transisi tanpa melibatkan Bashar al Assad.

Dalam konperensi kali ini semua pihak sepakat untuk menghentikan keberadaan kelompok teroris, yang selama ini menjadi kekuatan utama pemberontakan di Suriah. Adapun tentang pergantian kekuasaan di Suriah, Amerika dan sekutu-sekutunya telah mengisyaratkan untuk menerima Bashar al Assad dalam pemerintahan transisi, meski mereka masih bersikukuh untuk dengan tuntutan mundurnya Bashar setelah pemerintahan transisi berakhir.

Kisah tentang Lukisan Pak Raden

Indonesian Free Press -- Kebaikan, sekecil apapun akan mendapatkan balasan dari Allah. Demikian firman Allah dalam Al Qur'an menyebutkan. Maka bersyukurlah orang-orang yang suka berbuat baik, karena hal ini menandakan bahwa Allah sayang padanya sehingga berkenan memberikan kesempatan kepadanya untuk berbuat baik.

Terkadang perbuatan baik harus membuat kita kehilangan sesuatu yang berharga. Namun itulah keutamannya, karena sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an seseorang belum benar-benar beriman sebelum mengorbankan harta yang disayanginya untuk kebaikan.

Terkait dengan itu ada satu cerita menarik tentang Pak Raden dan lukisannya seperti yang dimuat di situs merdeka.com baru-baru ini, mengenang kepergian salah seorang maestro seni Indonesia, Pak Raden alias Bapak Drs Suyadi.

Rusia Gagalkan Rencana Serangan Gabungan Saudi-Yordania ke Damaskus

Indonesian Free Press -- Rusia berhasil menggagalkan rencana serangan gabungan Saudi-Yordania-Kelompok Jeish al-Islam terhadap ibukota Suriah Damaskus. Demikian kantor berita Lebanon Al Akhbar, Rabu (28 Oktober) lalu.

Menurut laporan itu, Saudi merancang serangan gabungan terhadap Damaskus setelah proposalnya kepada Rusia ditolak Presiden Vladimir Putin. Disebutkan dalam laporan itu, Deputi Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Saudi Mohammed bin Salman pada tanggal 19 Juni lalu menyerahkan proposal kepada Putin untuk menghentikan dukungan Rusia kepada Suriah, dengan sejumlah imbalan menarik dan Saudi pun akan menghentikan serangan ke Yaman. Namun tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Putin.

Atas penolakan itu Saudi diketahui merancang operasi militer bersama Yordania dan kelompok pemberontak Suriah untuk menduduki Damaskus, melalui provinsi Daraa dan Quneitra yang berada di selatan Suriah. Rencana itu juga melibatkan kelompok pemberontak yang berbasis di Ghouta timur di dekat Damaskus.

Rencana itu diketahui Rusia. Dan setelah mendapat konfirmasi dari kelompok Hizbollah, Rusia pun melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap kelompok pemberontak Jobar dan Ghouta terutama kawasan Marj al-Sultan dan Deir al-Asafir. Serangan itu menghancurkan pusat-pusat komando pemberontak dan menggagalkan rencana tersebut.

Jajak Pendapat Media Terkemuka Perancis: Lebih dari 70% Dukung Assad

Indonesian Free Press -- Sebuah jajak pendapat yang digelar media terkemuka Perancis Le Figaro menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Perancis mendukung President Bashar Assad untuk tetap menduduki jabatannya.

Perancis adalah negara bekas penjajah Suriah yang masih memiliki pengaruh di negara itu. Hasil jajak pendapat itu sekaligus menjadi 'pukulan keras' bagi pemerintah Perancis yang selama ini cukup aktif terlibat dalam kampanye penggulingan Bashar al Assad.

Dalam jajak pendapat yang hasilnya diumumkan pada hari Kamis (29 Oktober) itu para responden mendapatkan pertanyaan: "Haruskan dunia mendesak kepada Bashar al-Assad untuk mundur?” Dari 21.314 responden yang terlibat dalam jajak pendapat sekitar 72 persen menjawab: 'Tidak'.

Jajak pendapat itu digelar menjelang digelarnya konperensi internasional untuk Suriah yang digelar di Wina, Austria, dimana 19 negara terlibat dalam perundingan untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama empat tahun lebih dan menewaskan ratusan ribu warga Suriah. Dari tiga konperensi internasional untuk Suriah yang pernah digelar, untuk pertama kalinya Iran dilibatkan dalam acara ini.

Tuesday 27 October 2015

Pangeran Saudi Ditangkap di Lebanon karena Selundupkan Obat-Obatan

Indonesian Free Press -- Kerajaan Saudi berusaha keras untuk membebaskan seorang pangerannya yang tertangkap saat berusaha menyelundupkan obat-obatan terlarang di Bandara Internasional Beirut. Tidak kurang mantan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri diturunkan langsung untuk melakukan hal itu.

Kantor berita Iran Press TV, Selasa (27 Oktober) melaporkan bahwa Hariri, sekutu kuat kerajaan Saudi Arabia, berusaha untuk mengeluarkan passport diplomat bagi pangeran Abdel Mohsen Bin Walid Bin Abdulaziz Al Saud yang ditangkap setelah membawa 2 ton amphetamines di Bandara Beirut pada hari Senin (26 Oktober).

Hariri, pemimpin Partai Al-Mustaqbal dikabarkan berjuang bersama mantan Perdana Menteri lainnya, Fuad Siniora, serta Menteri Dalam Negeri bermaksud untuk mengeluarkan passpor diplomat kepada pangeran itu sehingga mendapatkan kekebalan diplomatik. Untuk menutupi keterlibatan sang pangeran, seorang pembantu pangeran akan dikorbankan sebagi tersangka. Demikian laporan itu mengutip laporan media Lebanon Addiyar hari Senin.

Pangeran Saudi tersebut ditangkap bersama empat orang temannya di Rafik Hariri International Airport, hari Senin, setelah para petugas menemukan dua ton pil bermerek 'Captagon' ke dalam pesawat pribadinya. Pil-pil itu dibungkus ke dalam 40 bungkusan, sementara pesawat jet pribadi itu hendak berangkat ke Riyadh, Saudi Arabia.

Sunday 25 October 2015

Lagi, Seorang Jendral Iran Syahid di Suriah

Indonesian Free Press -- Seorang pimpinan kelompok pemberontak Al Nusra dan seorang jendral Iran  meninggal di medan perang Suriah minggu lalu.

Kantor berita Rusia Sputnik pada hari Sabtu (24 Oktober) melaporkan pemimpin Al Nusra Abu Suleiman al-Masri tewas dalam pertempuran di Aleppo. Menurut laporan itu pemimpin teroris itu tewas dalam pertempuran di desa Tal-al-Karsani di luar Aleppo.

Al Nusra adalah kelompok pemberontak yang berafiliasi dengan kelompok Al Qaida. Kelompok ini terlibat persaingan dengan kelompok teroris lainnya ISIS dalam kepemimpinan pemberontakan Suriah dan penguasaan wilayah yang direbut dari pemerintah. Namun di tengah serangan gabungan Rusia dan Suriah serta milisi-milisi pendukung pemerintah Suriah terhadap semua kelompok pemberontak, kedua kelompok itu saling melakukan pendekatan untuk bekerjasama.

Kemenhan Rusia minggu lalu menyebutkan bahwa ISIS terlibat pembicaraan intensif dengan kelompok-kelompok pemberontak lainnya untuk menggabungkan kekuatan.

"Pembicaraan radio yang berhasil disadap menunjukkan bahwa para komandan kelompok Al Nusra telah mulai melakukan pembicaraan dengan para pemimpin ISIS tentang penggabungan kekuatan untuk menghadapi pasukan Suriah," kata Jubir Kemenhan Rusia, hari Rabu minggu lalu.


Jendral Iran Kembali Syahid

Saturday 24 October 2015

Islandia Penjarakan 26 Bankir Korup

Indonesian Free Press -- Perbankan modern adalah sebuah bisnis yang tidak adil di mana para bankir dan pemodal yang tidak membuat nilai tambah riel mendapatkan bagian paling banyak dalam suatu perekonomian, sementara para petani, buruh, tukang, dan para profesional yang menciptkan nilai tambah riel justru mendapatkan bagian yang jauh lebih kecil.

Nilai tambah riel misalnya adalah petani yang menghasilkan bahan-bahan pangan, tukang yang menciptakan produk-produk berguna dari bahan-bahan mentah, atau dokter yang menyembuhkan penyakit orang-orang sakit. Para bankir hanyalah membantu menyediakan uang yang dibutuhkan dalam pergerakan ekonomi, seperti oli dalam pergerakan mesin. Namun ternyata dari hanya menyediakan oli dan sementara yang lain bekerja menciptakan nilai tambah, para bankir kustru mendapatkan keuntungan yang paling besar.

Hal itu terlihat selain gaji para karyawan dan direksi bank-bank yang memiliki tingkat upah tertinggi, juga keuntungan yang didapatkan para bankir. Dan tidak ada satu perusahaan pun yang mampu mengumpulkan asset hingga di atas $1 triliun, kecuali bank-bank.

Itulah sebabnya IFP berpendapat semestinya perbankan hanya dijalankan oleh bank-bank pemerintah sehingga keuntungannya bisa sepenuhnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, bukan para pemilik modal swasta yang hanya berjumlah beberapa orang saja. Hal ini telah dipraktikkan di Libya di bawah kepemimpinan Muammar Khadaffi. Mungkin karena itulah Libya dihancurkan.

Friday 23 October 2015

Netanyahu Porak-Porandakan Mitos Holocoust

Indonesian Free Press -- Kalangan zionis internasional selama bertahun-tahun berhasil membangun 'mitos' tentang holocoust demi kepentingan politik dan ekonomi mereka.

Bisa dikatakan ini bahkan adalah 'konspirasi' mereka yang paling gemilang. Dengan diterimanya mitos ini sebagai sebuah fakta sejarah, maka zionis internasional bisa mengirimkan ke penjara siapapun yang yang mengkritik Israel dan yahudi dengan dalih 'anti-semit'. Selain itu mereka juga berhasil memeras sejumlah pihak untuk membayar 'kompensasi' kepada mereka. (Silakan lihat di sini).

Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sekejap menghancurkan itu semua. Dalam pidato di depan peserta Kongres Zionis, hari Selasa (20 Oktober) ia menyebutkan bahwa 'holocoust' diinspirasi oleh Mufti Besar Palestina Haj Amin al-Husseini. Netanyahu menyebutkan bahwa dalam sebuah pertemuan dengan pemimpin Jerman Adolf Hitler di Berlin tahun 1941, Mufti Besar Haj Amin al-Husseini mengusulkan kepada Hitler untuk membunuhi orang-orang yahudi.

"Hitler tidak ingin membunuhi orang-orang yahudi kala itu, ia hanya ingin mengusir mereka. Dan Haj Amin al-Husseini mendatangi Hitler dan mengatakan: ‘Jika Anda mengusir mereka, mereka semua akan pergi ke Palestine.'” kata Netanyahu.

Thursday 22 October 2015

Ditolak Indonesia, Jepang Bidik Kereta Cepat India

New Delhi, LiputanIslam.com -- Hanya beberapa pekan setelah dikalahkan Tiongok dalam kontrak pembangunan kereta cepat pertama Indonesia, Jepang mengeluarkan gebrakan dengan menyampaikan tawaran kepada India untuk mendanai kereta cepat pertama India senilai $15 miliar. Langkah ini dikabarkan telah mencuri langkah Cina yang juga tengah memburu proyek jaringan kereta di negara berperekonomian terbesar keempat di dunia itu.

Tokyo tengah menaksir kelayakan pembangun koridor sepanjang 505 km yang menghubungkan Mumbai - Ahmedabad yang adalah ibu kota perdagangan penting di India tempat asal Perdana Menteri Narendra Modi. Jepang telah menyimpulkan secara teknis dan finansial proyek itu layak. Demikian seperti dilansir Antara, Kamis petang (22/10).

Proyek pembangunan jalur kereta api cepat itu memang akan diselesaikan lewat tender, namun tawaran keuangan dari Jepang ini membuat Jepang jelas menjadi kandidat utama pemenang tender.

Bulan lalu Cina memenangkan kontrak untuk akses kelayakan kereta cepat Delhi - Mumbai sepanjang 1.200 km yang diperkirakan menelan biaya dua kali lipat dari proyek yang dibidik Jepang. Cina belum menawarkan fasilitas pinjaman untuk proyek ini.

Jendral Israel Tertangkap di Irak, Baghdadi Dipastikan Tewas

Indonesian Free Press -- Seorang jendral Israel tertangkap di Irak. Ia mengaku ditugaskan dinas inteligen Israel Mossad untuk membantu kelompok teroris ISIS. Ia juga mengklaim bahwa pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi telah tewas dibunuh oleh Mossad-CIA setelah dianggap tidak berguna lagi. Demikian situs independen Veterans Today melaporkan, Rabu (21 Oktober).

Mengklaim mendapatkan konfirmasi dari pimpinan Department for Security and Information (DESI) Dr Haissam Bou yang mendapatkan informasi langsung dari para pejabat keamanan Irak, Veterans Today melaporkan bahwa Brigjen Yussi Elon Shahak ditangkap oleh milisi Irak dan dalam interogasi mengungkapkan identitasnya sebagai perwira tinggi Israel.

"Ada kerjasama yang kuat antara MOSSAD dan komandan-komandan tertinggi ISIS. Ada penasihat-penasihat Israel yang membantu organisasi ISIS menyusun strategi dan rencana-rencana operasi militer serta menuntun mereka di pertempuran," kata Brigjen Shahak kepada para interogatornya.

Ia menambahkan bahwa terdapat juga konsultan-konsultan militer dari Saudi Arabia, Qatar, Uni Emirat Arab dan Yordania yang membantu ISIS. Saudi Arabia disebutnya telah menyediakan 30.000 kendaraan untuk ISIS, sementara Yordania menyediakan 4.500 kendaraan. Sementara Qatar dan  Uni Emirat Arab bertanggungjawab atas pembiayaannya.

Pemerintah dan parlemen Amerika juga sudah memastikan tewasnya pemimpin ISIS Abu Baker al Baghdadi, yang mendapatkan tembakan dua peluru di kepala dan pundaknya dalam sebuah tembak-menembak. Ia dibunuh oleh CIA dan MOSSAD yang menganggap Baghdadi tidak lagi berguna. Lebih jauh 8 pemimpin ISIS lainnya juga tewas dalam serangan udara Irak di Haith, setelah inteligen Irak berhasil mengetahui keberadaan mereka.

Ratusan Pemberontak Suriah Tinggalkan Aleppo, Ribuan Letakkan Senjata

Indonesian Free Press -- Ratusan pemberontak Suriah dikabarkan telah meninggalkan posisi mereka di Aleppo utara setelah mendapatkan serangan gencar dari pasukan Suriah, Hizbollah dan serangan udara Rusia. Demikian kantor berita Iran FNA melaporkan, Rabu (21 Oktober).

Mengutip keterangan sumber dari inteligen Suriah, laporan itu menyebutkan para pemberontak itu melarikan diri setelah persembunyian mereka dan juga jalur suplai mereka dihancurkan oleh serangan pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya. Mereka berusaha mendapatkan tempat persembunyian yang lebih aman, baik di provinsi Aleppo maupun di luar perbatasan Suriah.

Pada hari Senin (19 Oktober) mengungkap perkembangan yang terjadi di medan pertempuran di kota strategis Aleppo dan sekitarnya, termasuk pangkalan udara Kuweires yang dikepung pemberontak. Menurut pernyataan militer Suriah pihaknya, dengan dibantu Hizbollah dan milisi-milisi bersenjata dari Irak melancarkan serangan di 3 provinsi sekaligus, yaitu Aleppo, Hama dan Lattakia.

“Tujuan operasi ini adalah membersihkan wilayah-wilayah ini dari para teroris dan melanjutkan gerak maju ke Provinsi Latakia. Jika operasi ini berhasil maka jalur suplai para teroris di Aleppo menuju Lattakia dan Idlib akan terpotong dan bantuan dari Turki untuk mereka sepenuhnya akan terhenti," kata komandan militer Suriah kepada FNA.

Jokower yang Gagal Move On

Indonesian Free Press -- Sebagian besar jokower dalam pilpres 2014 lalu telah sadar bahwa pilihan mereka keliru. Ada sebagian yang dengan jujur mengakui kekeliruannya itu. Ada yang malu-malu dengan mengatakan 'saya tidak menyesal, toh kalau Prabowo yang menang belum tentu lebih baik', seperti wartawan senior SA serta komedian P. Sebagian besar lainnya berusaha menghilangkan jejak mereka sebagai mantan jokower.

Namun masih ada para 'die-harder' yang tidak pernah mau jujur dengan hati nuraninya sendiri, atau karena ke-idiotan mereka. Namun tentu saja salah satu motif para 'die-harder' itu adalah faktor ekonomi.

Selama setahun tidak membawa kebaikan apapun dan justru membuat negara semakin amburadul. Bahkan asap yang telah 'membunuh' jutaan warga Pulau Sumatera dan Kalimantan pun tidak bisa ditanganinya. Lalu alasan apa yang membuat para 'die-harder' itu membela Jokowi selain alasan ekonomi dan 'kebodohan'?.

Salah satu kebodohan mereka yang dengan vulgar ditunjukkan mereka adalah kebiasaan mereka 'mengolok-olok' Pak Prabowo Subianto. Atas alasan apa mereka melakukan itu? Pak Prabowo tidak melakukan kesalahan apapun selama pemerintahan Jokowi ini berjalan. Akal sehat tidak akan pernah bisa mendukung tindakan mereka itu. Mungkin mereka ingin mengalihkan kemerosotan popularitas Jokowi dari perhatian publik, namun apapun itu tetap tidak bisa dijadikan alasan untuk mengolok-olok Pak Prabowo.

Tuesday 20 October 2015

Kapal-Kapal Induk Laut Amerika, Kini Seperti Bebek Lumpuh

Indonesian Free Press -- Sampai menjelang terjadinya Perang Pasifik yang dimulai dengan serangan Jepang terhadap pangkalan laut Amerika di Pearl Harbour, Hawaii, 7 Desember 1941, para ahli militer laut masih menganggap keunggulan laut ditentukan oleh jumlah kapal tempur utama (battleship dan battlecruisher) dan kaliber meriam yang dimilikinya.

Sebagai gambaran, saat itu Inggris memiliki 15 kapal tempur utama dan dan hanya 7 kapal induk pengangkut pesawat. Pada saat yang sama Jerman memiliki 7 kapal tempur utama dan tidak satupun kapal induk. Sementara itu Jepang memiliki 10 kapal tempur utama dan 10 kapal induk, dan Amerika memiliki kekuatan yang hampir sama dengan Jepang namun dengan jumlah kapal induk lebih sedikit, yaitu 7 buah.

Pada saat ini hanya Jepang yang menganggap kapal induk sama penting dengan kapal tempur utama, namun belum berfikir bahwa kapal induk lebih penting dari kapal tempur utama. Untuk menjadi penguasa lautan Jepang bahkan membangun 2 battleship kembar terbesar di dunia, Yamato dan Musashi yang masing-masing berbobot hingga 70.000 ton dan memiliki 9 pucuk meriam berkaliber 46 cm yang merupakan meriam terbesar di dunia.

Karena doktrin yang dipegang itulah Jepang sukses menghancurkan pangkalan laut terbesar di dunia di Pearl Harbour, Hawaii, setelah mengerahkan sejumlah kapal induk pengangkut pesawat-pesawat pembom dan tempur. Sehari kemudian pesawat-pesawat pembom Jepang yang dikirim dari kapal induk juga berhasil menenggelamkan dua kapal tempur utama Inggris, HMS Repulse dan HMS Prince of Wales di Laut Cina.

Sejak itulah doktrin laut berubah, kapal induk pengangkut pesawat-pesawat pembom menjadi kekuatan utama angkatan laut, dan bukan lagi kapal tempur. Sebaliknya, kapal tempur utama hanya dianggap sebagai pemborosan karena mudah ditenggelamkan oleh pesawat-pesawat pembom yang dikirimkan oleh kapal induk.

Monday 19 October 2015

Pasukan Suriah Rebut Wilayah Aleppo Utara

Indonesian Free Press -- Pasukan Suriah, hari Sabtu (17 Oktober) berhasil menguasai kembali wilayah Hweija di utara Aleppo, setelah melancarkan offensif besar-besaran terhadap kelompok ISIL dan Al Nusra dan membunuh sejumlah besar anggota kelompok-kelompok itu.

Laporan ini muncul setelah beredar kabar secara luas bahwa pasukan Suriah, Iran dan kelompok-kelompok milisi pendukung regim Bashar al Assad dari Irak, Afghanistan serta Pakistan (bahkan terakhir terdengar kabar yang belum terverisikasi, pasukan dari Kuba) dengan dukungan serangan udara Rusia, tengah mempersiapkan serangan besar-besaran untuk merebut kota Aleppo yang sebagian dikuasai pemberontak.

Kota Aleppo dipilih sebagai sasaran offensif karena selain memiliki arti strategis, juga karena memiliki arti politis yang sangat penting. Keberhasilan pasukan Suriah merebut Aleppo akan menjadi pukulan moral yang sangat telak bagi para pemberontak dukungan Amerika dan sekutu-sekutunya setelah empat tahun lebih mereka gagal menguasai Aleppo yang dipertahankan mati-matian oleh pasukan Suriah.

Sementara di Provinsi Lattakia, 300 teroris tewas oleh operasi militer yang dilancarkan pasukan Suriah terhadap posisi pemberontak di wilayah Salma dan pegunungan sekitarnya. Sedangkan di Provinsi Hama, sejumlah besar anggota kelompok teroris pemberontak juga tewas dan terluka setelah serangan udara yang dilancarkan Rusia dan Suriah menghancurkan pangkalan-pangkalan militer pemberontak di Oqairibat, al-Ankawi dan al-Ziara di utara Hama.

Sunday 18 October 2015

Iran Pamerkan Rudal Bawah Tanahnya, Amerika 'Kebakaran Jenggot'

Indonesian Free Press -- Beberapa hari lalu media-media massa di dunia beramai-ramai membicarakan tentang kekuatan rudal-rudal jarak jauh Iran yang disimpan di bawah tanah dan siap diluncurkan setiap saat. Media Amerika CNN misalnya menulis: 'Iran broadcasts rare images of underground missile bases'. Sedangkan media Inggris The Guardian menulis: 'Iran shows off underground missile base'. Sementara media Israel Jerusalem Post pun menulis laporannya berjudul: 'Iranian underground missile bases enable ‘surprise launches’'.

Tentu bukan sesuatu yang tidak serius jika media-media mapan di seluruh dunia memberitakan hal ini. Pertama harus diakui pemerintah Iran berhasil melakukan propaganda yang efektif untuk menunjukkan kekuatan militer Iran kepada lawan-lawannya, terutama Amerika dan Israel, sehingga harus berfikir berkali-kali lipat untuk menyerang Iran sebagaimana sering dikumandangkan oleh para pejabat kedua negara itu.

Gambar yang ditunjukkan Iran dari fasilitas peluncuran rudal bawah tanahnya memang menimbulkan kesan yang 'wow' perihal kekuatan rudal-rudal Iran. Namun yang tidak kalah penting adalah makna nyata dari rudal-rudal bawah tanah itu.

Rudal ballistik jarak jauh, berhulu ledak konvensional apalagi nuklir, merupakan senjata penghancur yang ditakuti. Meluncur hampir tegak lurus dari luar angkasa dengan kecepatan beberapa kali kecepatan suara sehingga nyaris tidak bisa disergap oleh sistem pertahanan udara manapaun, kekuatan ledakan rudal ini diperkuat dengan energi kinetik karena kecepatannya, menimbulkan daya rusak yang jauh lebih hebat dari rudal-rudal jelajah dan peluru kendali pada umumnya. Apalagi jika rudal ballistik itu dilengkapi dengan alat pengendali yang mampu menuntun rudal itu ke sasaran dengan tingkat keakurasian tinggi. Maka sempurnalah rudal ballistik sebagai senjata penghancur yang ditakuti.

Cina Mengaum, Australia pun 'Mengkeret'

Indonesian Free Press -- Pemerintah Australia menyatakan tidak akan terlibat dalam program pertahanan Amerika terkait dengan konflik di Laut Cina Selatan. Hal ini setelah pemerintah Cina mengancam menggunakan kekerasan jika Amerika dan sekutu-sekutunya berani melanggar wilayah 12 mil laut dari garis pantai pulau-pulau yang diklaimnya di kawasan itu.

"Kami tidak akan berpartisipasi dalam kegiatan mata-mata ataupun kegiatan lainnya yang direncanakan Amerika. Dalam masalah ini kami tidak berpihak pada siapapun," kata Menteri Perdagangan Australia Andrew Robb kepada Bloomberg, hari Kamis (15 Oktober), terkait dengan rencana Amerika menguji keseriusan Cina menjaga klaimnya atas pulau-pulau di Laut Cina Selatan.

Dua hari sebelumnya Menhan Amerika Ash Carter mengatakan bahwa kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat Amerika akan melintasi wilayah yang diklaim Cina  di Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan.

"Jangan salah, kami akan terbang dan berlayar di manapun wilayah internasional seperti kami melakukannya di tempat-tempat manapun di dunia. Dan Laut Cina Selatan bukanlah pengecualian," kata Carter kepada wartawan.

Menlu Australia Julie Bishop yang bersama Carter saat itu mendukung pernyataan Carter dengan mengatakan bahwa kedua negara berada di 'halaman yang sama' dalam masalah tersebut.

"Hampir 3/4 perdagangan kami melalui Laut Cina Selatan, jadi saya rasa cukup berdasar bagi kami untuk menganggap perlunya memastikan keamanan jalur laut kami," kata Bishop.

Friday 16 October 2015

Indonesia, Rusia dan The New Emerging Forces


Indonesian Free Press -- Kenyataan bahwa Presiden Sukarno merupakan penggagas dan pemrakarsa terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955 dan Konferensi Gerakan Non-Blok 1961 di Beograd,Yugoslavia,  sejarah telah membuktikan. Namun gagasan Bung Karno seputar pembentukan aliansi strategis negara-negara berkembang yang baru merdeka yang kelak dikenal sebagai The New Emerging Forces belum banyak kalangan sejarawan yang mendalami latarbelakang yang mendasari gagasan tersebut maupun keterkaitannya dengan dua momentum sebelumnya, yaitu Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955 maupun Konferensi Gerakan Non-Blok 1961.

Selain itu, belum ada sejarawan yang secara khusus melakukan kajian secara mendalam bagaimana sikap negara-negara adidaya di luar kutub Amerika Serikat dan Eropa Barat yang menag jelas-jelas menentang konsepsi Bung Karno ini.

Untuk itu memoar yang ditulis oleh Ganis Harsono, mantan Wakil Menteri Luar Negeri merangkap Juru Bicara Departemen Luar Negeri, kiranya bisa menjadi informasi awal untuk melakukan studi-studi secara lebih mendalam terkait gagasan Bung Karno tentang  The New Emerging Forces yang mulai dikumandangkan kepada masyarakat Indonesia sejak 1964.

Dalam memoar yang bertajuk Cakrawala Politik di Era Sukarno tersebut, ada sebuah percakapan yang cukup menarik dan punya nilai sejarah yang amat berharga antara  Ganis Harsono dan Brigadir Jenderal Sabur. Brigjen Sabur, selain merupakan Komandan Resimen Cakrabirawa/pasukan kawal istana yang juga merangkap sebagai Ajudan Senior Presiden Sukarno.

Sejak 1964, ketika Indonesia menyatakan keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena menentang berdirinya Negara Malaysia merdeka yang merupakan kreasi Inggris, Bung Karno secara gencar memelopori Konferensi Internasional Negara-Negara berkembang yang baru merdeka yang beliau namakan Conefo. Yang tentunya berpotensi menjadi organ internaasional untuk menandingi PBB.

Konferensi ini rencananya akan diselenggarakan pada Agustus 1966, namun sayang gara-gara G-30 September 1965, hajatan besar Bung Karno gagal terwujud. Apalagi kemudian pada 1970, lima tahun setelah meletusnya G30 September 1965, Bung Karno wafat.

Pemboman Ankara, Preseden dan Motif Terbesar Ada di Pemerintah

Indonesian Free Press -- Ketidak hadiran polisi dalam pawai anti-pemerintah yang berujung pada ledakan bom yang menewaskan lebih dari 100 orang di Ankara tanggal 10 Oktober lalu, serta Menteri Kehakiman yang tidak menunjukkan kesedihan saat mengumumkan tragedi tersebut membuat publik Turki mencurigai pemerintahan Presiden Recep Erdogan sebagai pelaku tragedi tersebut.

Tidak ada pihak yang mengklaim sebagai pelaku serangan tersebut sebagaimana biasanya sebuah serangan teroris. Sementara pemerintah Turki, tanpa bukti kuat, menuduh kelompok ISIS sebagai pelakunya, perhatian publik justru tertuju kepada pemerintah sebagai pelakunya.

Hal ini bukan tanpa motif atau alasan sama sekali. Partai Keadilan yang memerintah tengah mengalami kemerosotan popularitas sementara partai oposisi Kurdi HDP tengah naik daun dan untuk pertama kalinya berhasil mendapatkan kursi di parlemen. HDP pula-lah yang menjadi salah satu organiser pawai maut tersebut dan sejumlah kader partai tersebut hadir dalam pawai tersebut. Menjelang pemilu ulang bulan November mendatang, pawai tersebut menjadi ancaman bagi partai pemerintah.

Pemimpin HDP Selahettin Demirtas menuduh pemerintah bertanggungjawab atas insiden itu. Dengan tegas ia menyebut pemerintah sebagai “pembunuh yang tangannya berlumuran darah".

Selain tidak adanya aparat kepolisian saat terjadinya pemboman, polisi yang datang kemudian justru menghalang-halangi ambulan yang hendak menyelamatkan para korban pemboman. Akibatnya warga pun marah dan menyerang polisi dengan lemparan batu dan botol air, yang dibalas polisi dengan gas air mata. Demonstran juga melempari dua orang menteri yang datang ke lokasi serangan.

Studi Temukan Fakta, Orang Bertato Cenderung Pemarah

Indonesian Free Press -- Menjauhi orang-orang bertato adalah ide yang baik, karena ditemukannya fakta bahwa mereka cenderung pemarah. Dalam hal wanita bertato, mereka bahkan lebih pemarah dibanding laki-laki bertato.

Demikian temuan dari sebuah penelitian yang dipublis oleh Body Image Journal baru-baru ini. Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Viren Swami dari Anglia Ruskin University itu melibatkan 181 wanita dan 197 pria bertato maupun tidak bertato dan berusia antara 20 hingga 58 tahun. Setelah melalui serangkaian tes dan wawancara ditemukan fakta bahwa orang-orang yang bertato tersebut memiliki tingkat kemarahan lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak bertato. Lebih jauh ditemukan juga fakta bahwa wanita bertato jauh lebih pemarah dibandingkan pria bertato.

"Kami menemukan bahwa orang-orang dewasa yang bertato memiliki tingkat kemarahan lebih besar secara signifikan dibandingkan mereka yang tidak bertato," kata Profesor Swami, seperti dilansir oleh media Rusia, Russia Today, Jumat (16 Oktober).

Profesor Swami juga menyebutkan bahwa semakin banyak tato yang dimiliki seseorang semakin menambah tingkat agresifitas atau kemarahan mereka.

Thursday 15 October 2015

Bila Rudal-Rudal Jelajah Rusia Mengusir Kapal Induk Nuklir Amerika

Indonesian Free Press -- "Mungkin orang akan menganggap pernyataan saya sebagai berlebihan, namun mungkin saja ini bukan sesuatu yang kebetulan, bahwa hanya 2 hari setelah peluncuran rudal-rudal jelajah Kalibr-class oleh kapal-kapal perang Rusia di Danau Kaspia minggu lalu, kapal induk Amerika USS Theodore Rossevelt tiba-tiba ditarik dari Teluk Parsi."

Demikian tulis wartawan senior Mexico Jalife-Rahme di koran Le Jornada, seperti dilansir media Rusia Sputnik News, Rabu (14 Oktober). Rahme mengutip komentar analis politik Rusia Rostislav Ishchenko, tentang peluncuran rudal-rudal jelajah Rusia ke posisi-posisi kelompok teroris Suriah minggu lalu. Menurut analisis Ishchenko, peluncuran rudal-rudal jelajah itu telah membuat shock para pejabat keamanan Amerika, termasuk para analis militer internasional.

"Rusia telah mengakhiri dominasi global angkatan laut Amerika," tambah Rahme dalam tulisannya.

Untuk pertama kalinya Rusia menunjukkan kemampuan melancarkan serangan rudal jelajah jarak jauh (jarak Laut Kaspia ke Suriah mencapai 1.500 km dan Kalibr-class diklaim Rusia memiliki daya jangkau hingga 2.500 km) tanpa terdeteksi oleh radar-radar Amerika. Sementara kapal-kapal yang meluncurkan rudal tersebut adalah kapal-kapal kecil dengan ukuran sekitar 1.000 ton saja. Hal ini mengakibatkan Amerika merasa 'telanjang' dan tidak berdaya di hadapan Rusia dan dengan terburu-buru langsung menarik kapal induk Rossevelt dari Teluk Parsia dan membiarkan kawasan itu tanpa penjagaan satu kapal induk pun.

Padahal selama ini setidaknya ada 1 hingga 2 kapal induk Amerika berada di perairan Teluk Parsia dalam upaya Amerika memberikan 'perlindungan' kepada sekutu-sekutu Arabnya dari 'ancaman' Iran. Kapal induk USS Theodore Roosevelt yang mengangkut 65 pesawat tempur dan 5.000 personil militer telah berada di Teluk Parsia sejak bulan April lalu untuk membantu kampanye militer anti-ISIS di Irak dan Suriah.

Konflik Palestina-Israel adalah Konflik Agama

Indonesian Free Press -- Menganggap konflik Palestina-Israel sebagai konflik agama tentu bukan sikap yang 'bijak' bagi kebanyakan orang. Salah satu alasan penolakan pendapat tentang 'perang agama' dalam konflik Palestina-Israel adalah fakta bahwa rakyat Palestina yang terlibat dalam konflik itu tidak seluruhnya beragama Islam, melainkan juga Kristen. Alasan lainnya adalah pendapat bahwa alasan rakyat Palestina menuntut negara sendiri di tanah airnya tidak memerlukan dalih agama, sehingga memandang faktor agama sebanyak penyebab konflik tidak akan mengundang simpati publik dunia.

Namun bagi Gilad Atzmon, aktifis pro-Palestina dan anti-zionisme terkenal, menolak memandang konflik Palestina-Israel sebagai 'perangagama' adalah sebuah 'ilusi' belaka, yang tidak melihat realitas sebenarnya dalam konflik tersebut.

Menurut Atzmon dalam artikel terakhirnya di blognya Golad.co.uk tanggal 13 Oktober lalu berjudul 'Israel Palestine Conflict Is Now A Religious War', alasan menganggap agama sebagai faktor utama penggerak konflik Palestina-Israel adalah berasal dari pihak zionis Israel sendiri, yang merupakan pengejawantahan pemahaman agama yahudi.

"Konflik agama adalah suatu konflik yang tindakan-tindakan dan retorika-retorikanya didominasi oleh idiologi agama, argumentasi dan simbol-simbol agama. Ini tidak berarti seluruh atau sebagian besar yang terlibat dalam konflik itu adalah orang-orang yang religius. Mungkin mayoritas rakyat Israel menentang tindakan-tindakan provokasi dari para pemukim yahudi di Masjid Al Aqsa, yang menjadi pemicu ketegangan saat ini. Namun faktanya serangan-serangan orang-orang ekstremis yahudi menjadi pembentuk konflik ini," tulis Atzmon.

Wednesday 14 October 2015

Amerika Hanya Menggertak Sambal Cina di Laut Cina Selatan

Indonesian Free Press -- Amerika tidak akan berani menentang klaim Cina atas pulau-pulau di Laut Cina Selatan, dan ancaman-ancaman yang dilakukannya terhadap Cina terkait dengan masalah itu hanyalah 'gertak sambal'. Demikian setidaknya anggapan analis politik Amerika Dennis Etler sebagaimana dikatakannya kepada kantor berita Iran Press TV, Rabu (14 Oktober) lalu.

"Amerika tidak akan berani melanggar teritorial laut Cina di sekitar pos terluar Cina karena takut akan konsekuensinya," kata Etler terkait dengan pernyataan Menhan AS Ashton Carter bahwa kapal-kapal Amerika akan berlayar di Laut Cina Selatan seperti wilayah-wilayah internasional lainnya.

The Wall Street Journal, hari Selasa (13 Oktober) melaporkan bahwa Amerika tengah mempertimbangkan untuk mengirimkan pesawat dan dan kapal-kapal perang ke wilayah yang diklaim Cina di Laut Cina Selatan. Laporan itu bahkan menyebutkan bahwa Menhan Ashton Carter mempertimbangkan untuk memerintahkan pesawat-pesawat pengintai menembus wilayah 12 mil laut dari Kepulauan Spatley yang diklaim Cina.

"Jangan salah, Amerika akan terbang, berlayar dan beroperasi di perairan internasional di seluruh dunia, dan Laut Cina Selatan bukanlah pengecualian," kata Carter dalam pernyataanya hari Selasa (13 Oktober) terkait dengan perkembangan terbaru dimana Cina telah membangun pangkalan laut di Kepulauan Spratley di perairan Laut Cina Selatan, yang juga diklaim oleh sejumlah negara Asia Tenggara.

Menurut Etler Cina tidak pernah mengancam akan memblokir atau mengganggu jalur pelayaran di Laut Cina Selatan.

Iran Dukung Indonesia Gabung Kembali dengan OPEC

Indonesian Free Press -- Pemeritah Iran mengatakan akan mendukung Indonesia untuk kembali bergabung dengan organisasi pengekspor minyak OPEC.

Menlu Perminyakan Iran Bijan Zangeneh mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah Indonesia telah mengajukan permohonan untuk bergabung kembali dengan OPEC. Ia mengatakan bahwa Iran akan mendukung bergabungnya Indonesia dalam pertemuan OPEC mendatang.

Zangeneh menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara Islam yang penting, seraya menambahkan bahwa bekerjasama dengan Indonesia akan sangat bermanfaat bagi Iran.

“Iran tertarik  untuk bekerjasama dengan Indonesia atas ekspor minyak mentah, gas cair dan produk-produk lain seperti liquefied natural gas (LNG),” kata Zangeneh dalam jumpa pers bersama Menteri ESDM Indonesia, Sudirman Said, yang berkunjung ke Iran.

“Indonesia juga bisa menanamkan investasi di sektor minyak, gas dan petrokimian Iran," tambah Zangeneh seperti dilaporkan kantor berita Iran Press TV, Rabu (14 Oktober).

Lebih jauh Zangeneh mengatakan bahwa Iran telah siap untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur migas di Indonesia, dengan prinsip saling menguntungkan.

Tuesday 13 October 2015

Siap Rebut Aleppo, Ribuan Tentara Iran Banjiri Suriah

Indonesian Free Press -- Ribuan tentara Iran dikabarkan telah berada di Suriah untuk melancarkan operasi gabungan bersama pasukan Suriah untuk merebut kota terbesar kedua Suriah, Aleppo, dalam beberapa hari mendatang.

Seperti dilaporkan media Rusia Sputnik News, Rabu (14 Oktober), pasukan gabungan Iran dan Suriah dengan perlindungan udara dari Rusia akan berusaha membebaskan Aleppo dari kelompok-kelompok pemberontak, termasuk kelompok ISIS yang baru-baru ini mengambil keuntungan dengan merebut sebagian wilayah Aleppo setelah Rusia memborbardir kelompok-kelompok pemberontak moderat di wilayah ini.

"Dengan serangan-serangan udara Rusia yang menimbulkan pukulan keras terhadap kelompok teroris ISIS, sejumlah laporan menyebutkan bahwa pasukan Iran akan melancarkan serangan darat bersama pasukan Suriah untuk merebut Aleppo," tulis Sputnik News, mengutip keterangan pejabat keamanan Suriah yang tidak disebutkan identitasnya.

Menurut keterangan sejumlah pejabat keamanan regional serangan itu akan dilakukan secara terorganisir melibatkan Suriah, Iran dan Rusia.

Monday 12 October 2015

Pasukan Perlawanan Yaman Tenggelamkan 2 Kapal Perang Saudi dalam Seminggu

Indonesian Free Press -- Pasukan perlawanan Yaman kembali menenggelamkan kapal perang Saudi sehingga dalam waktu kurang dari seminggu sudah 2 kapal perang Saudi tenggelam dalam perang melawan pasukan perlawanan Yaman.

Seperti dilaporkan Press TV, Minggu (11/10), kapal perang Saudi itu tenggelam di Selat Bab-el-Mandeb di barat-daya Yaman, Sabtu (10/10) setelah ditembak dengan rudal yang diluncurkan pasukan perlawanan Yaman. Bab-el-Mandeb merupakan perairan yang menghubungkan Laut Merah dengan Teluk Aden dan merupakan wilayah yang strategis karena letaknya di antara Semenanjung Arab dengan Benua Afrika.

Sebelumnya Press TV juga melaporkan pada tanggal 7 Oktober sebuah kapal perang Saudi tenggelam setelah ditembak rudal anti-kapal di Provinsi Ta'izz, juga di barat-daya Yaman. Namun sayangnya tidak disebutkan nama kapal dan jenisnya serta jenis senjata yang telah menenggelamkan kedua kapal perang itu.

Perkembangan ini semakin mengkonfirmasi dukungan persenjataan Iran kepada kelompok perlawanan Yaman, terutama setelah pasukan Yaman berhasil meluncurkan rudal-rudal mematikan. Bulan lalu, misalnya, ratusan personil militer gabungan Saudi dan negara-negara teluk tewas oleh tembakan rudal pasukan perlawanan Yaman di Provinsi Marib, Yaman. Sebelum itu sejumlah media juga melaporkan tewasnya panglima angkatan udara Saudi dan beberapa pangeran negara-negara Teluk oleh serangan rudal pasukan perlawanan Yaman.

Sekedar info tambahan, dalam Perang Lebanon tahun 2006 Hizbollah juga berhasil menghancurkan kapal perang Israel dengan senjata yang dipasok Iran. Ini merupakan peristiwa bersejarah bagi bangsa-bangsa Arab dimana untuk pertama kalinya sebuah kapal perang Israel rusak berat oleh tembakan pasukan Arab.

Iran Kembali Kehilangan Perwira Terbaiknya di Suriah

Free Indonesian Press -- Iran kembali kehilangan perwira terbaiknya di medan perang Suriah. Setelah pada bulan Januari 2015 lalu Brigjen Mohammad Ali Aldadi syahid oleh serangan udara Israel di dekat perbatasan Suriah-Israel di Golan, pada tanggal 8 Oktober lalu Brigjen Hossein Hamedani menyusul syahid di dekat kota Aleppo, Suriah, karena serangan kelompok teroris ISIS.

Dengan jabatan sebagai Wakil Panglima Pasukan Pengawal Revolusi (IRGC), Brigjen Hamedani merupakan perwira tertinggi Iran yang tewas di medan perang Suriah. Demikian laporan situs berita Al Monitor yang berbasis di Washington DC berjudul "Iranian general killed in Syria came back for special operation" tanggal 9 Oktober.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa Hamedani merupakan tokoh senior dalam jajaran militer Iran yang telah berperan besar dalam berbagai peristiwa, mulai dari Perang Iran-Irak tahun 1980-1988, penumpasan aksi-aksi demonstrasi paska Pemilu 2009 hingga konflik Suriah yang tengah berlangsung.

Setahun yang lalu ia sempat ditarik ke Iran, namun kembali dikirim ke medan konflik Suriah setelah pemberontak melakukan offensif besar-besaran dan merebut sejumlah wilayah strategis pertengahan tahun ini.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan IRGC tanggal 9 Oktober disebutkan bahwa Hamedani meninggal di Aleppo akibat serangan kelompok ISIS. Disebutkan bahwa Hamedani mengemban misi 'melindungi makam suci Sayidah Zaynab' di dekat Damaskus dan memperkuat kedudukan kelompok 'perlawanan anti-Israel/Amerika' di Suriah terhadap para teroris. IRGC juga mengundang masyarakat untuk hadir dalam upacara pemakaman yang digelar di Teheran tanggal 11 Oktober.

Sunday 11 October 2015

Turki Menaui Badai yang Ditaburkan Sendiri

Indonesian Free Press -- Setidaknya 95 orang dinyatakan meninggal akibat serangan bom yang terjadi di Ankara, Turki, hari Sabtu (10 Oktober), meski pihak oposisi Turki menyebutkan angkanya mencapai 128 orang. Ini adalah serangan teroris terbesar yang dialami Turki modern sejak 92 tahun yang lalu. Serangan ini sekaligus membenarkan peringatan Suriah Presiden Bashar al Assad beberapa waktu lalu yaitu bahwa negara-negara pendukung pemberontakan Suriah akan mengalami serangan-serangan teroris oleh para pemberontak yang mereka dukung.

Sampai sebelum Arab Spring tahun 2010, yang merupakan konspirasi zionis internasional dengan kelompok Ikhwanul Muslimin untuk mengambil alih kekuasaan di kawasan Timur Tengah ke tangan penguasa-penguasa baru dari kalangan Ikhwanul Muslimin yang lebih pro-Amerika/Israel, Turki adalah negara yang maju dan terhormat di mata negara-negara di dunia, terlebih di kawasan Timur Tengah. Namun dalam sekejap hal itu sirna setelah Turki melibatkan diri dalam konflik Suriah yang disponsori Amerika dan sekutu-sekutunya. Turki terpaksa harus menampung jutaan pengungsi yang menghabiskan pundi-pundi keuangan negara, termasuk ribuan mujahilin teroris dari berbagai negara yang setiap saat bisa melakukan tindakan-tindakan keji. Turki kini juga terlibat perang dengan komponen bangsanya sendiri, yaitu orang-orang Kurdi.

Akibatnya bisa terlihat dengan kemerosotan suara Partai Keadilan dan popularitas pemimpinnya, Recep Erdogan, dalam pemilihan parlemen lalu. Untuk pertama kalinya Partai Keadilan kehilangan hak untuk membentuk pemerintahan sendiri setelah perolehan suaranya merosot tajam. Dan karena tidak ada satu partai oposisi pun yang bersedia berkompromi untuk membentuk pemerintahan, Erdogan pun harus menggelar pemilu ulang.

Iran Sukses Ujicoba Rudal Ballistik Jarak Jauh

Indonesian Free Press -- Iran mengumumkan keberhasilan ujicoba rudal ballistik jarak jauh yang diklaim sebagai rudal tercanggih di dunia.

Berbicara kepada wartawan hari Minggu ini (11 Oktober) Menteri Pertahanan Iran Brigjen Hossein Dehqan mengatakan rudal yang diberi nama 'Emad' itu didisain dan dibuat oleh ahli-ahli Iran sendiri dari  Iran's Aerospace Industries Organization yang bekerjasama dengan Kementrian Pertahanan Iran.

'Emad' adalah rudal jarak jauh pertama Iran dengan sistem pengendalian canggih sehingga memiliki tingkat akurasi tinggi.

"Kami tidak perlu meminta ijin dari siapapun untuk meningkatkan kekuatan pertahanan kami dan kemampuan rudal-rudal kami dan dengan gigih menjalankan rencana-rencana pertahanan kami, khususnya di bidang peluru kendali," kata Dehqan seraya menambahkan bahwa rudal ini akan segera diproduksi secara massal dan dikirimkan ke unit-unit pertahanan Iran.

Sebelumnya pada tanggal 16 September lalu Tentara Pengawal Revolusi Iran (IRGC) mengklaim bahwa Iran akan segera memiliki rudal ballistik paling canggih di dunia. Meski tidak disebutkan nama maupun jenisnya, kuat dugaan rudal itu adalah 'Emad'.

Menurut Wakil Panglima Tentara Pengawal Revolusi Brigjen Hossein Salami rudal baru Iran ini hanya dimiliki oleh Amerika dan Rusia dan tidak ada sistem pertahanan yang bisa menghalangi rudal ini.

Saturday 10 October 2015

Mengapa Afghanistan Tidak Sama dengan Suriah di Mata Rusia?

Indonesian Free Press -- Sejumlah media massa barat, Arab dan negara-negara pendukung pemberontakan di Suriah secara hampir bersamaan menulis laporan tentang prospek konflik Suriah yang bakal menjadi 'medan kekalahan' bagi Rusia seperti mereka alami di Afghanistan.

Al Jazeera yang berbasis di Qatar, misalnya, memposting artikel berjudul 'Could Syria Be Putins's Afghanistan?'. Sementara media Israel Ynet News menulis artikel berjudul 'Russian Army in Syria: A Failure Foretold'.

Sebenarnya tulisan-tulisan seperti itu hanya untuk memperkuat moral para pendukung pemberontakan di Suriah yang runtuh dengan cepat setelah Rusia melibatkan diri dengan menyerang posisi-posisi pemberontak. Terlebih lagi karena Rusia tidak membedakan antara kelompok pemberontak 'moderat' yang terang-terangan didukung Amerika dan sekutu-sekutunya, maupun kelompok teroris ISIS yang secara diam-diam didukung oleh Amerika dan sekutu-sekutunya.

Berbeda dengan serangan udara yang selama ini dilakukan oleh pasukan regim Bashar al Assad, serangan-seranga udara Rusia tentu saja jauh lebih efektif, efisien dan destruktif. Sejumlah laporan menyebutkan ratusan bahkan ribuan pemberontak telah meninggalkan posisinya yang hancur diserang Rusia. Sebagian dari mereka kembali ke negara asalnya (silakan lihat di sini), sementara mereka yang warga Suriah menyerahkan.

Inilah yang mengakibatkan para pemimpin Amerika dan sekutu-sekutunya, dan disuarakan oleh media-media massa mereka, berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan moral para pemberontak yang runtuh, dengan tulisan-tulisan semacam yang ditulis Al Jazeera dan Ynet News. Terlalu besar biaya yang sudah mereka keluarkan dalam proyek zionisme untuk menyingkirkan Bashar al Assad sebagai presiden Suriah. Mereka tentu akan melakukan apapun agar pengorbanan tersebut tidak sia-sia.

Perlawanan Yaman Semakin Intensif di Wilayah Saudi

Indonesian Free Press -- Meski koalisi pimpinan Saudi Arabia terus menggempur Yaman dan menimbulkan kerusakan hebat dan korban jiwa ribuan warga, pasukan perlawanan Yaman yang terdiri dari kelompok Ansarullah (milisi Shiah Zaidiah), kelompok perlawanan non-Shiah dan pasukan pendukung mantan Presiden Abdullah Ali, terus mengintensifkan perlawanan ke dalam wilayah Saudi Arabia.

Ketika pertempuran intensif terjadi di sekitar Aden dan wilayah barat daya Yaman setelah pasukan darat koalisi Saudi dan negara-negara Arab Teluk yang didaratkan di Aden berusaha merebut merebut ibukota Sana'a, pertempuran sengit juga terjadi di dalam wilayah Saudi setelah pasukan perlawanan Yaman menyusup ke perbatasan Saudi dan melancarkan serangan-serangan gencar.

Di wilayah Saudi di dekat perbatasan dengan Yaman terdapat tiga wilayah, yaitu Jizan, Asir dan Najran. Ketiganya merupakan wilayah yang tandus dengan penduduk yang sedikit. Namun setelah terjadinya konflik Yaman terjadi penumpukan kekuatan militer di wilayah-wilayah ini.

Di wilayah Asir terdapat empat desa Qishbah, Hasan, Faya dan Sahwa. Keempat desa itu berada di atas kota ar-Rabou yang dikelilingi oleh bukit-bukit. Pasukan perlawanan Yaman telah menduduki keempat desa itu tengah berusaha merebut kota ar-Rabou.

Prospek Perang Amerika VS Rusia

Indonesian Free Press -- Perkembangan konflik Suriah telah memunculkan kembali kekhawatiran terjadinya konflik bersenjata antara dua kekuatan militer terkuat di dunia, Amerika dan Rusia.

Sebagaimana diketahui, keterlibatan militer Rusia dalam konflik Suriah telah menghancurkan skenario Amerika dan sekutu-sekutunya untuk menumbangkan regim Bashar al Assad dengan regim baru yang lebih pro-Amerika dan Israel. Dengan pengorbanan besar yang telah dikeluarkan selama empat tahun lebih untuk menjalankan skenario itu ditambah 'harga diri' Amerika yang dilecehkan Rusia di muka umum, sangat masuk akal kalau Amerika kemudian turut menerjunkan pasukannya di Suriah. Awalnya dengan dalih demi memerangi kelompok teroris ISIS dan melindungi pemberontak 'moderat' Suriah, namun kemudian memerangi pasukan Bashar al Assad dan menyabotase asset-asset militer Rusia di Suriah.

Bila ini yang terjadi, maka medan perang antara Amerika dan Rusia pun telah tercipta.

Para pengamat mencoba untuk memahami alasan Presiden Vladimir Putin menempuh resiko yang sangat besar ini, mengingat secara kuantitas dan dalam taraf tertentu secara kualitas, militer Rusia kalah bersaing dengan militer Amerika. Sebagai perbandingan sederhana Amerika memiliki 12 kapal induk, sementara Rusia hanya 1. Amerika juga unggul jauh dalam jumlah pesawat tempur dan kapal perang.

Wednesday 7 October 2015

Kapal-kapal Perang Rusia di Laut Kaspia Tembakkan Rudal Jelajah ke Suriah

Indonesian Free Press -- Perkembangan mengejutkan kembali terjadi dalam konflik Suriah setelah Rusia mengumumkan telah melakukan serangan rudal jelajah (cruise missile) dari kapal-kapal perang Rusia yang ditempatkan di Laut (danau) Kaspia.

Selama ini para pengamat memperkirakan, jika pun Rusia benar-benar melancarkan serangan rudal jelajah, hal itu dilakukan dari kapal-kapal Rusia yang berada di lepas pantai Suriah yang berjarak lebih dekat dengan medan pertempuran. Sementara rudal jelajah yang ditembakkan dari Laut Kaspia harus menempuh jarak hingga 1.500 km melintasi Iran dan Irak sebelum menembus wilayah Suriah.

Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Rusia telah siap untuk menggunakan segala kekuatan yang dimilikinya untuk menyelesaikan konflik Suriah, termasuk menggunakan asset-asset militernya yang berada di wilayah sendiri yang berjarak ribuan kilometer dari medan pertempuran.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam pernyataan yang disampaikannya kepada pers usai bertemu Presiden Vladimir Putin, Kamis (7 Oktober) menyatakan empat kapal perang Rusia di Laut Kaspia telah menembakkan 26 rudal jelajah ke posisi-posisi kelompok pemberontak Suriah.

“Selain menggunakan jet tempur untuk memusnahkan para teroris, pagi hari ini (Rabu (7 Oktober) kapal-kapal perang kita juga menggempur 11 posisi teroris dan semua target itu hancur. Ini menunjukkan bahwa rudal-rudal jarak jauh kita juga sepenuhnya efektif,” ungkap Shoigu.

Perang Laut Iran - Amerika 1988 (Operation Praying Mantis) (2)

Indonesian Free Press -- Iran merespon dengan mengirim speedboat-speedboat 'Boghammar' untuk menyerang sejumlah sasaran di Teluk Parsi, termasuk kapal berbendera Amerika 'Willy Tide', kapal berbendera Panamana 'Scan Bay' dan kapal tanker Inggris 'York Marine'. Semuanya mengalami kerusakan akibat serangan itu dengan berbagai tingkat kerusakan.

Setelah serangan itu Amerika meluncurkan pesawat-pesawat A-6E Intruder dari kapal induk USS Enterprise 65. Dengan panduan dari sebuah kapal frigat Amerika, pesawat-pesawat anti-kapal tersebut menenggelamkan sebuah speedboat dengan bom cluster dan merusak beberapa speedboat lainnya yang melarikan diri ke Pulau Abu Musa.

Pertempuran semakin memanas setelah Iran mengirim kapal perang Joshan, yang dengan berani menantang kapal jelajah USS Wainwright dan group yang dipimpinnya. Mengabaikan peringatan untuk berhenti, Joshan justru menembakkan sebuah rudal Harpoon yang meleset dari sasaran. USS Simpson membalas tembakan Joshan dengan menembakkan 4 rudal Standard, sementara USS Wainwright menembakkan sebuah rudal Standard. Rudal-rudal itu menghantam Joshan dengan telak, namun gagal menenggelamkannya. Kapak itu baru tenggelam setelah USS Bagley, USS Simpson, USS Wainwright menembakkan meriamnya bertubi-tubi ke kapal Iran tersebut.

Saat pertempuran laut itu berlangsung 2 buah pesawat F-4 Phantom Iran terbang mendekat. USS Wainwright menembakkan dua rudal ER Standard yang salah satunya merusak sebuah pesawat F-4 Iran, memaksa mereka mundur dengan sebuah F-4 yang rudak mendarat di Bandar Abbas.

Selanjutnya pertempuran makin keras setelah Iran mengirim kapal frigat Sahand dari Bandar Abbas menantang kapal-kapal Amerika. Kapal frigat itu terdeteksi oleh dua pesawat Lizard A-6E yang mengawal kapal USS Joseph Strauss. Sahand menembakkan rudal-rudal anti-pesawat ke arah pesawat-pesawat A-6E itu dan dibalas dengan 2 rudal harpoon dan rudal Skipper. Sementara USS Joseph Strauss juga menembakkan rudal Harpoon. Tembakan-tembakan itu merusak dan membakar hebat Sahand, dan setelah kebakaran mencapai ruang penyimpanan amunisi terjadi ledakan hebat yang menenggelamkan Sahand.

Tuesday 6 October 2015

Perang Laut Iran - Amerika Tahun 1988 (Operation Praying Mantis)

Indonesian Free Press -- Tulisan ini adalah untuk mereka yang masih terus dilanda ilusi bahwa Iran hanya berpura-pura bermusuhan dengan Amerika dan Israel.

Perang Laut Iran - Amerika atau disebut sebagai Operation Praying Mantis tahun 1988 merupakan perang laut terbesar Amerika setelah Perang Dunia II yang melibatkan Armada ke-7 Amerika yang dipimpin oleh kapal induk bertenaga nuklir USS Enterprise dan didukung oleh 2 kapal jelajah, 4 destroyer, 3 frigat, kapal-kapal meriam, pasukan komando angkatan laut, sejumlah pesawat tempur, helikopter dan kapal-kapal pendukung lainnya.

Perang ini berlangsung singkat pada tanggal 18 April 1988, namun memiliki arti sangat mendalam, terutama bagi Iran. Setelah menyadari bahwa mereka belum siap untuk menghadapi kekuatan laut Amerika, Iran pun akhirnya menerima tawaran gencatan senjata Perang Iran-Irak yang diprakarsai PBB, beberapa bulan kemudian. Selain itu, belajar dari perang itu, Iran akhirnya berhasil mengembangkan kekuatan lautnya sendiri untuk menghadapi kemungkinan perang laut di masa depan yang lebih besar.

Perlu diketahui bahwa selain berhasil membangun kapal-kapal perang sendiri, Iran juga telah berhasil membangun senjata-senjata baru yang dianggap sebagai senjata paling canggih dalam perang laut modern seperti rudal ballistik anti-kapal "Khalij Fars" dan torpedo berkecepatan tinggi Hout yang mampu melaju di bawah air dengan kecepatan 360 km per-jam. Iran juga mampu membuat ranjau-ranjau anti-kapal paling canggih, seperti ranjau yang bisa bergerak sendiri mencari kapal musuh.

Perang ini dipicu oleh sebuah insiden yang menimpa kapal frigat peluru kendali USS Samuel B. Roberts yang rusak berat dan nyaris tenggelam setelah menabrak ranjau yang dipasang Iran untuk memblokade Selat Hormuz dari kapal-kapal pengangkut minyak negara-negara Arab yang mendukung Irak dalam Perang Iran-Irak 1980-1988.

Rusia akan Kirim 'Relawan Bersenjata' ke Suriah

Indonesian Free Press -- Rusia semakin menunjukkan keseriusannya dalam mendukung regim Bashar al Assad dengan memberi sinyal akan mengirimkan 'relawan bersenjata' ke Suriah. Rusia juga telah menempatkan kapal perang dengan sistem pertahanan udara paling canggih di dunia S-300 di lepas pantai Suriah yang secara efektif menjadikan wilayah udara Suriah, sebagian Turki dan Israel berada di bawah kendali Rusia.

Sebagaimana dilaporkan The New York Times, Senin (5 Oktober), ini merupakan perkembangan yang semakin berbahaya dalam konflik Suriah yang telah berlangsung lebih dari 4 tahun dan menelan nyawa seperempat juta orang.

"Tambahan pasukan darat Rusia setelah serangan-serangan udara yang telah dilakukan Rusia, secara khusus telah mengancam kebijakan Turki terhadap Suriah, yang menginginkan dibentuknya zona penyangga di perbatasan Suriah-Turki," demikian tulis media terkemuka Amerika itu.

"Rusia dan Iran telah meningkatkan kekuatannya secara agresif untuk membantu sekutu mereka Presiden Bashar al-Assad, untuk memerangi kelompok-kelompok pemberontak. Dukungan itu telah menimbulkan keyakinan bahwa sebuah serangan darat baru akan dilakukan oleh pasukan Assad terhadap para pemberontak, termasuk kelompok-kelompok yang didukung oleh Amerika, Turki dan sekutu-sekutu mereka yang menginginkan Assad untuk mundur," tambah laporan itu.

Amerika dan sekutu-sekutunya menentang langkah militer Rusia di Suriah karena dianggap lebih banyak menghancurkan pemberontak dukungan Amerika dan sekutu-sekutunya. Mereka menuduh langkah Rusia ini hanya memperbutuk konflik. Namun Iran dan Irak secara terbuka menyatakan dukungan terhadap langkah Rusia. Warga Suriah, terutama pendukung Bashar al Assad bahkan menganggap Rusia sebagai pahlawan mereka.

Sunday 4 October 2015

Pesawat-Pesawat Tempur Rusia Nyaris Tembak Jet-Jet Israel

Indonesian Free Press -- Meski Perdana Menteri Isreal Benjamin Netanyahu telah menemui Presiden Rusia Vladimir Putin bebeberapa hari yang lalu untuk menghindarkan mis-komunikasi kedua negara terkait dengan keberadaan mesin-mesin perang Rusia di Suriah, sebuah insiden nyaris membuat pesawat-pesawat tempur Rusia terlibat perang udara dengan pesawat-pesawat tempur Israel.

Seperti dilansir situs Strategika 51 yang mengutip informasi dari Liveleak.com hari Sabtu (4 Oktober) enam pesawat tempur Rusia tipe Sukhoi SU–30 SM telah menyergap dan nyaris menembak empat pesawat tempur F-15 Israel yang mencoba menyusup wilayah Suriah.

Selama ini pesawat-pesawat tersebut leluasa melakukan patroli di wilayah Suriah, khususnya di wilayah sekitar Latakia yang saat ini berada di bawah pengawasan Rusia. Dalam laporan itu disebutkan pada hari Kamis (1 Oktober) enam pesawat SU-30 Rusia meninggalkan landasan udara Hmimim menuju arah Cyprus, sebelum berbelok arah untuk mencegah empat pesawat F-15 Israel yang terbang dalam formasi perang menuju wilayah Suriah dari lepas pantai Latakia.

Terkejut dengan kedatangan 6 pesawat tempur canggih Rusia itu dan tidak siap untuk bertempur, ke-4 pesawat Israel itupun dengan cepat berbelok arah menuju Lebanon dengan kecepatan tinggi. Kedatangan pesawat tempur Israel ini dikonfirmasi oleh militer Lebanon, yang menyebut 'pesawat musuh' telah melintasi wilayah Lebanon.

Saturday 3 October 2015

Iran Ancam Saudi Terkait Tragedi Mina

Indonesian Free Press -- Komandan pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) mengancam Saudi Arabia dengan tindakan militer terkait dengan tragedi Mina yang menewaskan ratusan warga Iran tanggal 24 September lalu.

"Pasukan Garda Revolusi telah mempersiapkan segala kemampuan untuk menunjukkan reaksi Iran yang keras dan cepat, sehubungan dengan pernyataan Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei untuk membuat regim Saudi bertanggungjawab atas insiden di Mina dan mengembalikan hak-hak para korban tragedi tersebut," kata Komandan IRGC Mayjend Mohammad Ali Jafari dalam pernyataannya hari Sabtu (3 Oktober).

“Pasukan Garda Revolusi sangat siap untuk melakukan segala tindakan setiap saat di segala tempat untuk mempertahankan harga diri kaum Muslims, khususnya negara revolusioner Iran, jika diperlukan," tambah Jafari.

Sebelumnya pada hari Rabu (30 September) Ayatollah Khamenei mengatakan bahwa Saudi Arabia tidak bertindak patut terkait dengan insiden Mina dan mengancam akan melakukan aksi balasan yang 'keras dan tegas' kepada Saudi. Ia menuntut pemerintah Saudi untuk segera mengembalikan seluruh jenasah jamaah asal Iran.

Jangan Bangunkan Macan Tidur

Indonesian Free Press -- "Pak Karni Ilyas bukan PKI, khan?" Demikian pertanyaan bernada 'sindiran' kepada host Indonesia Lawyers Club sekaligus pimpinan redaksi TVOne, dalam acara ILC awal pekan lalu.

Pertanyaan itu bukan tanpa makna sama sekali. Pak Letjend (Pur) Agus Suyono tentu tidak sedang 'mabuk' ketika memberikan sindiran itu. Sebagai mantan Asisten Teritorial yang dekat inteligen TNI tentu mengetahui bahwa Karni Ilyas tengah menggunakan institusi yang dipimpinnya, redaksi TVOne untuk memainkan isyu kebangkitan PKI, meski temanya adalah tentang pemberian ma'af kepada PKI oleh pemerintah.

Isyu tentang pemberian ma'af pemerintah kepada PKI telah beredar di tengah masyarakat sejak tahun lalu dan kembali memanas menjelang peringatan G-30-S PKI setelah di blow-up oleh media massa terutama TVOne. Isyu ini bertambah ramai lagi dengan munculnya desas-desus bahwa pemerintah akan mengubah nama 'Hari Kesaktian Pancasila' tanggal 1 Oktober dengan 'Hari Tragedi Nasional', serta desas-desus bahwa Presiden Jokowi tidak akan menghadiri upacara peringatan 'Hari Kesaksian Pancasila' tanggal 1 Oktober lalu.

Pada akhirnya Presiden Jokowi memang menghadiri peringatan tersebut dan membantah desas-desus akan membuat pernyataan permintaan ma'af kepada PKI. Namun pemerintahan Jokowi tetap saja berusaha mengkaburkan 'Hari Kesaksian Pancasila' dengan menjadikan hari yang sama sebagai 'Hari Kopi Nasional'. Selain itu, Jokowi juga tidak tegas dalam menyatakan penolakannya terhadap permintaan ma'af kepada PKI.

"Sampai hari ini tidak ada niat untuk meminta ma'af," kata Jokowi.

Kapal-Kapal Perang Rusia Siapkan Serangan Rudal Jelajah ke Suriah

Indonesian Free Press -- Empat hari sudah pesawat-pesawat tempur Rusia melakukan serangan udara terhadap kedudukan pemberontak Suriah. Kini giliran kapal-kapal perang Rusia yang berada Laut Mediterania yang bakal beraksi melakukan serangan rudal-rudal jelajah. Demikian kantor berita Iran Fars News melaporkan, hari Sabtu (3 Oktober).

Mengutip sumber-sumber militer Rusia, laporan itu menyebutkan bahwa Rusia telah menempatkan setidaknya 3 kapal perang di lepas pantai Latakia, Suriah untuk mempersiapkan serangan rudal jelajah dalam beberapa hari ini.

Sumber itu menyebutkan bahwa Angkatan Laut Rusia akan memainkan peran imperatif melawan kelompok-kelompok militan di Suriah dengan melancarkan pemboman terhadap sejumlah posisi pemberontak di wilayah barat Suriah.

Menurut keterangan militer Suriah dan sejumlah sumber lain, kapal-kapal perang Rusia itu telah dilihat dari pelabuhan Latakia.

Rudal jelajah menjadi terkenal ketika Amerika melancarkan serangan militer terhadap Irak tahun 1991 maupun tahun 2003. Kala itu kapal-kapal perang Amerika melucurkan rudal-rudal jelajah Tomahawk terhadap posisi-posisi militer Irak sebelum melancarkan serangan darat.


PASUKAN IRAN BERGABUNG DI SURIAH

Sementara itu sejumlah media mapan internasional, termasuk Reuters melaporkan bahwa ratusan pasukan Iran telah mendarat di Suriah untuk persiapan melancarkan serangan darat bersama Hizbollah dan milisi-milisi dari Irak serta pasukan reguler Suriah.

Friday 2 October 2015

Rusia Serang Pemberontak Suriah Pro-Amerika, Amerika Pertimbangkan Langkah Tandingan

Indonesian Free Press -- Amerika tengah mempertimbangkan langkah militer untuk melindungi pemberontak Suriah pro-Amerika, setelah pesawat-pesawat tempur Rusia menghantam posisi-posisi mereka. Langkah ini bisa memicu terjadinya konflik militer langsung antara Amerika dan Rusia di Suriah.

Seperti dilaporkan Associated Press pada hari Kamis (1 Oktober) dengan mengutip keterangan beberapa pejabat militer senior Amerika, Amerika kini tengah mempertimbangkan untuk menggunakan kekuatan militer guna melindungi sekutu-sekutunya di Suriah dari serangan Rusia.

"Mempertimbangkan risiko dari penggunaan kekuatan militer sebagai respon atas serangan Rusia adalah salah satu isu Departemen Pertahanan AS," demikian laporan itu menyebutkan.

Para pejabat yang tidak disebutkan identitasnya itu mengakui bahwa tindakan Rusia yang telah melakukan serangan tanpa pandang bulu terhadap pemberontak Suriah pro-Amerika, telah menimbulkan dilema bagi Amerika. Namun Menhan Ash Carter, bagaimana pun masih menolak untuk mendiskusikan langkah ini. Demikian laporan ini melanjutkan.

Sebelumnya, pada tahun ini, Amerika mengatakan bahwa pemberontak Suriah pro-Amerika akan mendapatkan perlindungan udara Amerika jika mereka diserang oleh kelompok ISIS atau pasukan Suriah.