Sunday 17 May 2009

Dialektika Yahudi Ashkenazi - Sephardin


Sebelumnya perlu saya sampaikan sekilas pengertian tentang yahudi ashkenazi dan yahudi sephardin.

Paska pendudukan dan penghancuran Yerussalem oleh tentara Romawi pada tahun 70 masehi, sebagian besar bangsa yahudi meninggalkan Palestina dan menjalani apa yang disebut sebagai diaspora, yaitu menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagian dari diaspora tersebut menuju ke Irak tempat dimana nenek moyang mereka pernah menjalani penahanan oleh bangsa Babylonia. Sebagian lainnya menuju ke Mesir, juga tempat di mana nenek moyang mereka menjalani masa perbudakan. Sebagian yang lain berlayar ke Eropa barat seperti Italia, Perancis, Spanyol hingga Inggris. Sebagian lainnya berpindah ke selatan hingga Yastrib (Madinah) di semenanjung Arabia.

Di antara mereka yang ke barat termasuk Paulus dan Peter (murid Yesus) yang kemudian mendirikan Gereja Romawi yang bertahan hingga sekarang. Sejarahwan Inggris Laurent Gardner dalam bukunya "Bloodline of the Holy Grail" menyebutkan di antara yang berlayar ke barat terdapat Maria Magdalena (istri Yesus) dan putra-putranya, Simon (murid Yesus), dan adik kandung Yesus, Joseph Arimathea. Maria meninggal di Perancis, Simon meninggal di Corsica, dan Joseph meninggal di Inggris.

Adapun Yesus (Isa) menurut Paulus dalam satu suratnya yang termuat dalam kitab Perjanjian Baru sebagaimana penafsiran Laurent Gardner, mengkonfirmasi bahwa Yesus sempat berada di kota Roma sebelum menghilang secara misterius (sebagian sejarahwan percaya Yesus pergi ke timur hingga India dan meninggal di sana).

Orang-orang yahudi yang berada di Eropa barat selanjutnya melakukan asimilasi dengan orang-orang kulit putih setempat dan melahirkan keturunan berdarah campuran yang kemudian disebut sebagai yahudi sephardin atau yahudi putih. Sedangkan yang berada di Irak melakukan asimilasi dengan masyarakat kazhar setelah raja khazar (di utara Irak, memiliki darah keturunan mongolia) memeluk agama yahudi pada abad VIII masehi. Keturunan campuran yahudi-kazhar kemudian disebut sebagai yahudi ashkenazi atau yahudi gelap. Mereka banyak terdapat di Eropa timur seperti selatan Rusia, Polandia, Austria dan Jerman.

Ciri fisik yahudi sephardin adalah mata biru bening yang didapatkan dari darah arya (kulit putih) yang mengalir di dalam tubuh mereka, serta hidung yang lebih lancip dibanding yahudi ashkenazi yang memiliki hidung besar dan tebal.

Diskriminasi yang dialami oleh orang-orang yahudi seperti pembatasan kepemilikan tanah membuat orang-orang yahudi lebih mengkonsentrasikan diri pada bisnis simpan-pinjam emas dan uang serta industri perhiasan. Namun dari bisnis inilah mereka mampu mengumpulkan kekayaan melimpah karena mampu "menciptakan" selembar kertas menjadi setumpuk emas. (Lihat artikel Asal-usul Bank dan Kekuasaan Uang dalam blog ini).

Di antara dua kelompok yahudi berbeda tersebut (ashkenazi dan sephardin) terdapat persaingan diam-diam yang sangat keras. Pada umumnya orang-orang ashkenazi dianggap lebih rendah oleh orang-orang yahudi sephardin. Orang-orang yahudi sephardin memberi julukan yang sifatnya menghina atas orang-orang yahudi ashkenazi dengan sebutan "kike" atau “Yiddish”. Di sisi lain orang-orang yahudi ashkenazi dikenal memiliki sifat-sifat negatif maupun positif yang lebih menonjol seperti lebih kejam, keras kemauan, dan licik.

Di antara orang-orang yahudi ashkenazi yang paling terkenal adalah keluarga Rothschild yang selain berbisnis uang, emas dan perhiasan juga melakukan bisnis
penyediaan jasa tentara bayaran yang banyak terlibat dalam perang saudara di Amerika (1865-1868), perang Napoleon dan peperangan-peperangan lainnya. Sedangkan dari kalangan yahudi sephardin beberapa figur yang menonjol di antaranya adalah keluarga Samuel (Dutch Shell Oil Company), keluarga Sasson yang menguasai perdagangan di Cina dan India, keluarga Mond, keluarga Isaacs, keluarga Lord Reading dan keluarga Montagu. Di Amerika orang-orang yahudi sephardin yang terkenal di antaranya adalah keluarga Morgan (bank Morgan Stanley), Rockefeller (bersama beberapa keluarga yahudi lainnya menguasai industri minyak, perbankan, property, otomotif, pers dan industri vital lainnya), dan dalam skala lebih kecil adalah keluarga Bush dan Rossevelt yang melahirkan presiden-presiden Amerika.

Di antara keduanya terdapat perbedaan pandangan tentang eksistensi kaum yahudi. Orang yahudi ashkenazi memandang kaum yahudi sebagai suatu kelompok politik berdasar ras, sedang yahudi sephardin memandang kaum yahudi sebagai suatu kelompok agama. Namun keduanya sama dalam hal keimanan. Mereka lebih meyakini Talmud karangan para pemuka agama yahudi daripada Taurat yang diwahyukan Tuhan kepada Musa. Mereka keturunan sekte parisi dan saduki penyembah berhala, bukan sekte essene yang murni mengikuti ajaran Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman dan Yesus (Isa).

Dan meski bersaing sengit, dalam menghadapi orang-orang non-yanudi atau biasa mereka sebut gentile atau goyim (artinya adalah binatang ternak), mereka biasanya bersatu padu. Orang yahudi ashkenazi berteriak "Racial persecution!" dan yahudi sephardin berteriak "Religious intolerance!" terhadap orang-orang yang gentile yang mengancam mereka. Keduanya berteriak dengan nada yang sama kepada orang-orang yang mengancam mereka: "anti semit".

Dalam konteks sekarang, yahudi sephardin menguasai panggung ekonomi dan politik Inggris dan Amerika. Sedangkan yahudi ashkenazi menguasai panggung ekonomi dan politik Uni Eropa. Ini menjadi penjelasan mengapa Inggris sangat kuat mendukung Perang Iran dan Afghanistan yang dilancarkan Amerika dan sebaliknya paling sulit berintegrasi dalam Uni Eropa.

Pada tahun 1815, menjelang berakhirnya Perang Waterloo yang mengakhiri "petualangan" Napoleon Bonaparte serta sebelum keluarga Rothschild (yahudi ashkenazi dari Jerman) muncul menjadi keluarga paling kaya dan berpengaruh di dunia, Perjanjian Vienna membagi-bagi Eropa dengan ratusan juta penduduknya untuk negara-negara pemenang perang. Tentu saja perjanjian tersebut menimbulkan banyak kontroversi yang berujung pada berbagai pergolakan, peperangan, dan kelaparan di Eropa.

Dibutuhkan 50 tahun sebelum kondisi sosial politik menjadi agak stabil. Jerman mengkonsolidasi diri. Italia bersatu menjadi negara republik. Industrialisasi Jerman pun mulai melonjak dan demikian pula kekayaan keluarga Rothschild. Sebagian besar kekayaan Rothschild diinvestasikan pada saham-saham perusahaan industri di Jerman dan Austria-Hungaria. Selain perbankan, Rothschild menguasai industri pertambangan batubara dan besi serta sektor transportasi.

Karena berkembang pesatnya industrialisasi, wilayah Jerman terasa semakin kecil dan Jerman mulai melirik wilayah sekitarnya untuk dikuasai. Pasar global harus terbuka untuk produk-produk Jerman.

Di sisi lain di wilayah Belanda dan Inggris, orang-orang yahudi sephardin menguasai perusahaan-perusahaan besar di Belanda dan Inggris. Selama ratusan tahun perdagangan Inggris dengan angkatan lautnya yang superior telah menguasai jalur-jalur perdagangan internasional dan demikian juga kekayaan para yahudi sephardin menumpuk.

Maka persaingan dua raksasa pun dimulai, yahudi ashkenazi Jerman melawan yahudi sephardin Inggris, masing-masing dengan kekuatan seluruh rakyat dan angkatan perangnya.

Jerman berusaha membangun angkatan laut yang kuat untuk merebut jalur-jalur perdagangan laut yang telah lama dikuasai Inggris, namun segera disadari angkatan laut Inggris tidak terkalahkan. Maka mereka mencari alternatif lain, yaitu pembangunan jalur kereta api London-Baghdad. Jalur ini dimulai dari ibukota Jerman, Berlin, melalui Austria-Hongaria, semenanjung Balkan, Turki, dan berakhir di Baghdad, Irak. Melalui jalur ini, yahudi ashkenazi Jerman dapat mencapai wilayah Asia yang padat penduduknya dan kaya sumber alamnya tanpa harus bertempur dengan Inggris di laut.

Untuk mengamankan jalur ini, wilayah-wilayah yang dilalui jalur kereta api ini harus dikuasai oleh Jerman, secara fisik ataupun melalui pengaruh politik. Maka jargon "Pan-Jerman Movement" dan "Deutschland Uber Alles" pun dimunculkan.

Namun di sisi yang lain, selain yahudi sephardin Inggris, kerajaan slavia Rusia melihat rencana tersebut sebagai ancaman. Jerman yang menguasai Turki akan menutup Laut Hitam dari perairan internasional dan membuat kota-kota Rusia di sekitar Laut Hitam menjadi terisolir.

Rusia telah lama terlibat pertikaian laten dengan orang-orang yahudi tentu tidak menginginkan Turki dikuasai oleh musuh-musuhnya. Untuk membatasi pengaruh yahudi, Rusia menggerakan semangat persatuan ras slavia "Pan Slavic Movement" di kawasan Balkan. Mendahului rencana Jerman menguasai selat Dardanella Turki yang menghubungkan Asia dan Eropa, pada tahun 1877 Rusia menyerang Turki dan memulai episode perang yang dikenal dengan nama Perang Krim. Rusia berhasil menduduki Konstantinopel.

Namun penguasaan Rusia atas Konstatinopel yang tepat berada di pinggir jalur laut yang padat, Selat Dardanella, membuat seluruh yahudi bersatu. Dengan menggunakan kekuatan senjata Inggris (saat itu dipimpin perdana menteri Disraeli yang juga seorang yahudi sephardin) dan Perancis, orang-orang yahudi memaksa Rusia menarik diri dari Turki dan menyerahkan semenanjung Crimea miliknya kepada Inggris-Perancis.

Menjelang Perang Dunia I situasi politik global tetap didominasi oleh kepentingan yahudi sephardin dan yahudi ashkenazi dan Rusia dengan Turki berada di tengah-tengah. Yahudi ashkenazi Jerman yang semakin kuat tetap dengan rencana semula mewujudkan jalur kereta api Berlin-Baghdad. Kali ini yahudi sephardin dan Rusia bersatu untuk menggagalkan rencana ambisius ini. Maka terbentuklah pakta Tripple Entente beranggotakan Inggris, Perancis dan Rusia. Di sisi lain yahudi ashkenazi membentuk pakta Triple Alliance sebagai tandingan dengan anggota Jerman, Turki dan Austria-Hungaria.

Jadi beginilah kondisi politik Eropa menjelang perang dunia I. Dua blok berhadap-hadapan siap untuk berperang. Blok pertama Tripple Entente yang berjuang untuk kepentingan yahudi sephardin dan kekaisaran Rusia, dan blok lawannya Tripple Alliance yang membela kepentingan yahudi ashkenazi dengan proyek jalur kereta api Berlin-Baghdad-nya.

Dengan kekuatan media massa yang dimiliki serta birokrat korup yang telah disuap, bahkan para raja dan perdana menteri non-yahudi tidak berdaya untuk menentang perang yang diskenariokan orang-orang yahudi baik sephardin maupun ashkenazi. Pers milik yahudi mencekoki rakyat Inggris dan Perancis bahwa Jerman adalah musuh yang jahat, semikian pula sebaliknya.

Propagandis yahudi di Inggris terutama adalah Lord Northcliffe, yang memborbardir rakyat Inggris dengan opini bahwa "perang tidak bisa dielakkan" lagi, meski para diplomat dan pemimpin berusaha mengelakkannya.

Pada bulan November 1910, saat pers bertubi-tubi menyorakkan nada perang, dua orang pemimpin negara yang bersaing, yaitu Kaisar Jerman dan Czar Rusia mengadakan pertemuan di Potsdam untuk mencegah ketegangan antar kedua negara berubah menjadi perang. Keduanya kemudian mencapai kesepakatan: Jerman mengakui hak Rusia atas akses laut yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Tengah, yaitu Selat Dardanella di Turki. Sebaliknya Rusia akan membiarkan Jerman untuk membangun jalur kereta api Berlin-Baghdad.

Hal yang sama dilakukan oleh Hitler, Mussolini dan Perdana Menteri Inggris Chamberlain yang mengadakan pertemuan sebelum Perang Dunia II pecah. Namun upaya-upaya damai tersebut gagal dan perang tetap berkecamuk. Bahkan ketika Hitler membiarkan tentara Inggris yang terjebak di Dunkirk Perancis me-"lengang kangkung" kembali ke Inggris demi membujuk Inggris menghentikan Perang Dunia II, perang tetap saja berkecamuk tanpa bisa dicegah.

Mengapa? Karena orang-orang yahudi tetap menginginkan perang demi keuntungan mereka sendiri. Maka dibuatlah konspirasi-konspirasi, seperti misalnya mengirimkan Lenin ke Rusia untuk mengobarkan Revolusi Bolshevik. Atau melakukan pembunuhan politik.

Para intel Serbia binaan Inggris dan Perancis menginfiltrasi Austria-Hungaria menyebarkan uang palsu untuk menimbulkan hyper-inflasi dan kegoncangan sosial. Rakyat Perancis dicuci otaknya dengan pemahaman bahwa rakyat Jerman dan Austria adalah orang-orang keturunan bangsa Hun yang pernah menginvasi Eropa di era kegelapan. Konflik-konflik sektarian pun diciptakan di Balkan hingga Rusia dan Austria tergerak untuk memobilisasi pasukan.

Kemudian sebuah plot diciptakan untuk melakukan pembunuhan politik untuk memicu perang. Dua orang pelajar yahudi direkrut untuk melakukan pembunuhan tersebut. Adapun korbannya adalah Archduke Franz Ferdinand, putra mahkota kerajaan Austria-Hongaria. Setelah menjalani latihan di Serbia dan mendapatkan bekal senjata serta upahnya, keduanya diselundupkan ke titik pembunuhan di Serbia. (Serbia adalah wilayah yang berada di antara Austria-Hongaria dan Rusia. Menjadi ladang persaingan politik yang intens antara kedua blok. Namun penduduknya yang mayoritas beretnis Slavia secara kultural lebih dekat dengan Rusia). Pada tanggal 28 Juni 1914 kedua pembunuh berhasil melaksanakan tugasnya ditambah bonus kematian istri sang Archduke Franz Ferdinand. Maka Austria-Hongaria menyatakan perang terhadap Serbia. Rusia, sekutu Serbia, menyatakan perang kepada Austria-Hongaria. Maka Jerman, Inggris dan Perancis pun menerjunkan diri dalam medan perang.

Pembunuhan dilakukan di Serbia, namun pembayarannya dilakukan di London, Inggris. Pembayaran tersebut langsung melalui kantor perwakilan Serbia di London. Sebuah dokumen membuktikan hal ini. John Bull, penerbit Inggris menerbitkan sebuah dokumen dari kantor perwakilan Serbia di London tertanggal 5 April 1914 yang berisi sebuah rahasia:

"Atas penghilangan nyawa F.F (Franz Ferdinand), sejumlah 2.000 poundsterling akan dibayarkan dengan term sbb: 1.000 poundsterling dibayarkan pada saat Anda tiba di Beograd (ibukota Serbia) melalui tangan Tuan G dan sisanya sebanyak 1.000 poundsterling dibayar setelah tugas dilaksanakan. Jumlah 2.000 poundsterling itu untuk semua biaya termasuk membayar agen pembunuh."

Untuk mencegah perang, Kaisar Jerman mengirim telegram kepada Czar Rusia memintanya tidak memulai perang. Czar langsung membalas dengan balasan serupa, meminta Jerman tidak memulai perang. Para diplomat dan pemimpin Inggris dan Perancis saling mengirimkan pesan untuk tidak terlibat dalam perang. Namun yahudi sephardin dan ashkenazi telah memutuskan perang. Dan keputusan mereka lah yang berlaku.

Namun meski perang sudah berlangsung selama setahun, orang-orang Jerman, Perancis dan Inggris masih belum mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. Dan perang terhenti dengan sendirinya meski secara resmi tidak ada gencatan senjata dan secara teknis perang masih berlangsung.

Dua tahun perang berkecamuk hebat dan tampak tanda-tanda blok Jerman-Austria akan memenangkan perang. Maka yahudi sephardin mengalihkan pandangan ke Amerika sebagai penyelamat, meski Amerika tidak ada kepentingan dengan peperangan tersebut dan presiden Woodrow Wilson mempunyai slogan kampanye "He Kept Us out of War”. Untuk menyeret Amerika ke medang perang, orang-orang yahudi "memeras" Presiden Woodrow Wilson. Tidak hanya itu, mereka juga memeras Inggris untuk memberikan tanah Palestina kepada yahudi.

Mereka mengirimkan seorang pengacara terkenal, Untermeyer dari kantor pengacara Guggenheim, Untermeyer, & Marshall yang menjadi penyandang dana kampanye presiden Wilson. Untermeyer menginformasikan kepada Presiden Wilson bahwa seorang kliennya, mantan istri seorang profesor yang pernah menjadi teman presiden Wilson di Princetown University, berniat menuntut Presiden Wilson senilai $40.000. Alasannya, karena akibat hubungan gelapnya dengan Presiden Wilson membuatnya diceraikan oleh suaminya. Untuk memperkuat tuntutannya, Untermeyer membawa sepucuk surat yang pernah ditulis oleh presiden Wilson kepada kekasih gelapnya.

Presiden Wilson mangatakan tidak mempunyai uang sebanyak yang dituntut mantan kekasihnya. Untermeyer mengatakan akan membayar tuntutan tersebut dengan syarat tertentu. Pertama Presiden Wilson menyetujui pengangkatan Louis Brandeis, sebagai hakim agung pertama berdarah yahudi. Yang kedua menyetujui keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II. Sayang dengan kariernya, Presiden Wilson menyetujui semua syarat tersebut.

Adapun untuk alasan keterlibatan Amerika dalam perang dunia II, media massa mendramatisasi tenggelamnya kapal SS Sussex oleh kapal selam Jerman dengan tambahan tewasnya banyak warga Amerika. Dengan desakan media massa dan hakim agung Brandeis yang menyimpan rahasia pribadi presiden, presiden Wilson mengusulkan kepada Congress untuk menyatakan perang atas Jerman. Pada tgl 6 April 1917 setelah mendapat persetujuan Congress, Presiden Wilson mengumumkan perang kepada Jerman dan sekaligus menerjunkan Amerika ke dalam kancah perang dunia I yang sebenarnya tidak diinginkan rakyat Amerika.

Keterlibatan Amerika dalam kancah perang dunia I harus dibayar mahal dengan 115,516 tentara Amerika tewas dan 202,002 lainnya cacat akibat luka-luka yang dideritanya. Namun itu tidak seberapa dibandingkan puluhan juta rakyat Eropa yang tewas dan luka-luka. Dan ketika komandan perang Amerika Jendral Pershing mendarat di Eropa, ia mendapatkan kapal SS Sussex masih bersandar di pelabuhan. Bahkan tidak ada ada korban warga negara Amerika sebagaimana menjadi alasan Presiden Wilson mengumumkan perang.

Di sisi lain, orang-orang yahudi ashkenazi dan sephardin justru mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat akibat perang tersebut: bunga hutang yang mereka berikan kepada negara-negara yang terlibat perang, bisnis senjata dan amunisi, bisnis ransum dan perlengkapan tentara dan lain sebagainya. Bahkan meski ambisi yahudi ashkenazi untuk membangun jalur kereta api Berlin-Baghdad gagal karena perang, mereka masih mendapatkan keuntungan.

Pada perang dunia II yahudi sephardin dan ashkenazi mendapatkan lawan yang seimbang, Nazi Jerman, sehingga mereka bersatu untuk menghadapinya. Dan kini, setelah puluhan tahun berlalu yang disertai dengan berbagai interaksi dan perkawinan silang, polarisasi yahudi sephardin dan ashkenazi tidak begitu tampak lagi kecuali beberapa perbedaan antara poros Amerika-Inggris (sephardin) dan Uni Eropa (ashkenazi) seperti dalam kasus perang Irak yang dilancarkan Amerika dan Inggris yang tidak mendapat dukungan negara-negara Uni Eropa.

Keterangan gambar: Paus Paulus II bersama tokoh yahudi sephardin dan ashkenazi

Wednesday 13 May 2009

Hari Ibu Amerika = Meniduri Ibu


Menyambut hari ibu Amerika (Mother's Day) sebuah acara populer stasion televisi NBC "Saturday Night Live" mempersembahkan sebuah "hadiah spesial" untuk kaum ibu berupa siaran video musikal berjudul "Mother Love". Video musikal ini diperankan oleh penyanyi pop Justin Timberlake dan aktor Adam Samberg, plus dua artis veteran Susan Sarandon dan Patricia Clarkson. Video ini menggambarkan keinginan dua orang anak laki-laki (Justin dan Adam) untuk saling memberi hadiah spesial Hari Ibu kepada masing-masing ibu mereka, berupa hubungan sek.

Lirik dalam lagu "Mother Love" adalah: "Karena ayah yang telah lama meninggal --- kita harus saling menyetubuhi ibu kita. Aku tidak sabar untuk menyetubuhi ibumu. Saya merasa terhormat untuk menjadi ayah tirimu. ... Karena setiap ibu membutuhkan malamnya seorang ibu. Jika melakukannya dianggap salah, saya tidak ingin menjadi benar."

Ini adalah salah satu bentuk "kampanye terselubung seks bebas tingkat lanjut" yang mencuci otak umat manusia, terutama di barat, dan dalam taraf lebih rendah di negara-negara Islam termasuk Indonesia. Semua ini dilakukan oleh "penguasa belakang layar" untuk menghancurkan tatanan lama untuk digantikan dengan "tata dunia baru" dimana para "penguasa belakang layar" tidak lagi perlu bersembunyi di belakang layar. Langsung ke pokok persoalan, para penguasa baru itu adalah orang-orang yahudi ashkenazi (yahudi-kazhar) penguasa ekonomi-sosial-politik global.

SNL (Saturday Night Live) diproduseri oleh Lorne Michaels (nama yahudinya Lorne David Lipowitz) sejak tahun 1975. Acaranya, paralel dengan berbagai acara televisi dan terutama film-film Hollywood, secara intensif mengkampanyekan seks bebas dan berhasil mengubah negara-negara barat yang kristiani yang konservatif menjadi negara-negara seks bebas. Kini kampanye "pengrusakan moral masyarakat" ini telah mencapai tahap lanjut: homoseksual (sek sesama jenis) incest (sek sesama anggota keluarga), beastenity (sek dengan binatang) dan segala bentuk penyimpangan seks lainnya.

Saya ingat sekitar tahun lalu sebuah stasiun televisi nasional menayangkan miniseri berjudul "Gossip Girl". Film ini sangat jelas mengkampanyekan seks bebas dan narkoba di kalangan anak sekolah. Demikian fulgarnya sampai bahkan di Amerika sendiri film ini menjadi sorotan negatif. Salah satu bentuk promosinya (di Amerika) adalah poster-poster bergambar dua orang tengah bersetubuh dengan sebuah tulisan kapital "OMFG (Oh My Fu--ed) God", satu bentuk ekspresi orgasme. Untungnya film ini jeblok di Amerika sehingga para pelajar Indonesia (untuk sementara) terbebas dari kampanye seks bebas.


Sek sebagai senjata penghancur tatanan sosial

Masyarakat barat telah cukup lama diperintah secara diam-diam oleh sekelompok yahudi kazhar penyembah berhala yang tergabung dalam kelompok rahasia Illuminati. Mereka bukan yahudi pewaris nilai-nilai agama yang diajarkan oleh Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman, Jeremiah, Zakharia, Yahya (Johannes Pembabtis) maupun Isa (Yesus). Mereka adalah keturunan yahudi parisi dan saduki penyembah berhala yang berasimilasi dengan orang-orang kazhar dari Kaukasus. Leluhur mereka adalah kaum penentang para nabi yang bahkan telah membunuh dengan keji sebagian dari para nabi tersebut di atas.

Misi illuminati adalah menggantikan masyarakat penyembah tuhan dengan masyarakat baru penyembah setan. Setelah peperangan-peperangan dan krisis finansial yang membuat mereka semakin berkuasa secara ekonomi dan politik, mereka mengkampanyekan seks bebas untuk membuat mereka berkuasa secara sosial. Ada satu benang merah antara SNL dengan tindakan penyiksaan dan pelecehan seksual yang dilakukan tentara Amerika di Irak. Mereka sengaja dilakukan secara sistematis untuk menghancurkan tatanan sosial.

Sek membuat impoten masyarakat secara politik. Jika masyarakat telah terobsesi dengan seks bebas, mereka tidak lagi peduli dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Mereka tidak lagi peduli dengan nilai-nilai agama dan sosial. Mereka juga tidak peduli siapa yang menjadi penguasa dan bagaimana penguasa mengatur mereka.

Aldous Huxley, seorang penulis mengatakan, "Jika kebebasan politik dan ekonomi menghilang, kebebasan seks meningkat sebagai kompensasinya."

Budaya barat adalah sebuah produk operasi psikologi yang dilakukan illuminati melalui dunia pendidikan dan media massa yang dikendalikan mereka. "Revolusi sek" yang gencar dilancarkan sejak tahun 1960-an telah menghancurkan tatanan sosial dan memperbudak masyarakat. Tahun 1950-an masyarakat Amerika masih memandang risih orang berpakaian bikini di pantai. Kini hampir tidak ada pesta anak-anak muda yang tidak diselingi dengan seks bebas. Masyarakat dicuci otaknya dengan film-film dan lagu-lagu cinta/sek yang tak tiada henti. Masyarakat dibiasakan untuk menerima bentuk-bentuk penyimpangan sek seperti homoseksual. Para penderita kelainan sek justru dipromosikan menjadi idola, artis, aktor dan selebritis terkenal (di Indonesia seperti Dorce, Olga, dll).

Pada tgl 11 Mei lalu majalah besar The New Yorker, melakukan review atas sosok Helen Gurley Brown yang telah menyarankan para wanita untuk mendapatkan seks di luar pernikahan. Seorang pembaca menulis dalam reviewnya: "In everything Brown has written or edited, she has promoted the message that sex is great, and that one should get as much of it as possible. (Ditto for money.) Just about everyone knows this and has always known it but in Brown's youth, few women would admit it..."

Dalam dunia modern yang dibentuk oleh illuminati, sek adalah hal terpenting. Semua trend-trend sosial adalah buatan. Kenyataan sosial adalah rekayasa.

Monday 11 May 2009

Mengapa Harus Boediono


Suatu hari di tahun 1990-an, saya tengah melihat nilai ujian mata kuliah Ekonomi Indonesia yang diajar oleh Dr Boediono. Saya sangat optimis bahwa nilai ujian saya tidak mengecewakan karena bisa menjawab pertanyaan dengan baik dengan disertai data-data dan analisa yang cukup. Namun saya terkejut dan kecewa karena nilai yang saya dapat tidak seperti yang diharapkan. Saya hanya dapat nilai C, sementara rata-rata teman mendapat nilai B.

Dengan tertunduk saya berjalan pulang. Di tengah jalan saya bertemu dengan teman saya, Gunawan, yang “cengar-cengir” melihat ke arah saya, mungkin karena sudah melihat hasil ujianku. Dan sebelum saya mengatakan apa yang ada di pikiran, ia sudah berkata: “Kan sudah saya ingatkan, jangan gunakan buku Sritua Arief sebagai referensi,” katanya.

Saya heran sekaligus penasaran dengan perkataan Gunawan, dan sebelum saya mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan ia langsung memberikan penjelasan. Menurutnya nilai mengecewakan yang saya dapatkan disebabkan pandangan yang berbeda secara ekstrim antara Dr Budiono dan Dr Sritua Arief. Menurutnya Dr Budiono adalah agen kapitalis yang mendukung prinsip persaingan bebas tanpa campur tangan pemerintah, sementara Dr Sritua Arief adalah seorang idealis yang cenderung pada paham sosialis yang menginginkan peran pemerintah dalam menggerakkan perekonomian demi kepentingan rakyatnya. Sebagai salah satu dalilnya Gunawan menyebutkan track record pendidikan Dr Budiono yang di antaranya adalah di Wharton School, sebuah sekolah bisnis elit Amerika.

Seiring berjalannya waktu, pandangan saya semakin terbuka tentang peranan agen-agen kapitalis yang bekerja untuk para pemilik modal dari luar-negeri dengan bekerja sebagai teknokrat seperti Dr Boediono atau anggota Mafia Barkeley yang mengendalikan perekonomian Indonesia setelah Soeharto berkuasa. Dan kesadaran tersebut semakin tebal setelah munculnya buku Confessions of an Economic Hit Man yang ditulis John Perkins. Buku yang sebenarnya sudah terbit tahun 2004 namun baru diterjemahkan ke bahasa Indonesia tahun 2005 itu semakin menanamkan kesadaran penulis bahwa selama ini kita telah ditipu mentah-mentah oleh para kapitalis asing dan kroni-kroninya dan telah dikondisikan sedemikian rupa untuk tidak bisa melawan.

Dan kini nama Boediono tanpa jelas asal-usulnya, tidak ada ormas maupun parpol yang mencalonkan, tiba-tiba muncul sebagai salah satu kandidat wakip presiden. Tidak ada lain, munculnya nama Boediono karena karena "aspirasi" kapitalis asing yang telah membina Boediono sejak di Wharton School, kemudian diwacanakan oleh media massa penyambung lidah mereka.

Untuk mengetahui apa "jasa" Boediono bagi Indonesia, artikel berikut ini adalah sebuah referensi yang baik. Sekedar catatan, Asian Development Bank (ADB) sama sekali bukan bank pembangunan milik negara-negara Asia. Bank ini sepenuhnya milik bank-bank swasta kapitalis barat, hanya bajunya saja menggunakan jubah kerjasama internasional. Sebagaimana bank-bank swasta lainnya, hidupnya dari bunga riba yang dibayar oleh para debitornya, yaitu negara-negara miskin Asia.

Dan bila masih meragukan misi apa sebenarnya yang dibawa oleh Boediono, Sri Mulyani, Anggito Abimanyu dan para ekonom birokrat lainnya, tanyakan kepada mereka langsung ke pokok permasalahan: program apa yang akan dilakukan untuk menghapuskan hutang nasional dan kapan targetnya. Dipastikan mereka akan menjawab berputar-putar tanpa menyentuh inti pertanyaan.

===========================


ADB, Hutang, dan Penjajahan Indonesia

Hizbut Tahrir Indonesia
(Dimuat pada situs Sabili Cyber, tgl 10 Mei 2009)


Agenda Sidang Tahunan ADB sejatinya melahirkan satu pertanyaan: Apakah Indonesia bisa sejahtera dengan terus menumpuk utang?

Saat pembukaan Sidang Tahunan ke-42 Bank Pembangunan Asia (ADB) di Nusa Dua Bali, Senin (4/5), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan pemulihan ekonomi dunia dengan melakukan langkah inovatif (baru) dan tegas. Langkah itu antara lain mendorong lembaga keuangan Internasional menerbitkan produk pembiayaan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap negara (Kompas, 5/5).

Indonesia, sejak bergabung dengan ADB tahun 1966, telah menerima 297 pinjaman senilai 23,5 miliar dolar AS dan 498 proyek bantuan teknis sebesar 276,6 juta doalar AS. Pada periode 2000-2007, rata-rata pinjaman tahunan ADB untuk Indonesia tak kurang dari 700 juta dolar AS. Bahkan pada tahun 2008 ADB mengelontorkan utang sebesar 1,085 miliar dolar AS (Republika, 4/5).

Agenda Sidang Tahunan ADB sejatinya melahirkan satu pertanyaan: Apakah Indonesia bisa sejahtera dengan terus menumpuk utang? Jelas tidak!
Rp 106 Juta Perkepala!

“Tak ada negara yang menjadi sejahtera karena utang,” ujar Gantam Bangyopadhyay dari Nadi Ghati Morcha, yang bekerja untuk masyarakat adat di Chhattisgarh, India. Namun, inilah fakta Indonesia. Penguasanya tidak pernah belajar dari pengalaman. Berutang sudah menjadi bagian dari budaya. Pada akhir pemerintahan Presiden Soekarno tahun 1966, utang luar negeri Indonesia 2,437 miliar dolar AS. Jumlah ini meningkat 27 kali lipat pada akhir pemerintahan Presiden Soeharto Mei 1998, dengan nilai 67,329 miliar dolar. Pada akhir tahun 2003 utang itu menjadi 77,930 miliar dolar AS. Menjelang akhir tahun 2008—memasuki akhir masa kepemimpinan SBY-JK—utang Indonesia sudah mencapai 2.335,8 miliar dolar. Selain karena penambahan utang baru, hal itu terjadi sebagai dampak langsung dari terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap tiga mata asing utama: Yen Jepang, Dolar AS dan Euro. Padahal bulan Juni 2008 utang luar negeri Indonesia masih 1,780 miliar dolar. (Kompas, 24/11/2008).

Konsekuensinya, cicilan utang yang harus dibayar Indonesia tahun 2009 adalah sebesar 22 miliar dolar, sama dengan Rp 250 triliun. Cicilan utang Pemerintah 9 miliar dolar dan cicilan utang swasta 13 miliar dolar. Di antara utang Pemerintah itu, uang luar negeri yang jatuh tempo pada 2009 senilai Rp 59 triliun (Kompas, 24/11/2008).

Cicilan tahun 2009 sebesar itu, kalau kita bagi dengan jumlah penduduk Indonesia (± 230 juta jiwa), sama dengan Rp 1.086.000/jiwa. Jumlah ini masih lebih besar dibandingkan dengan UMR DKI Jakarta sebesar Rp 1.069.865. Kemudian, andai Indonesia mau melunasi seluruh utangnya, maka penduduk negeri ini masing-masing harus membayar Rp 106 juta perkepala!
Bahaya Utang

Beberapa bahaya yang tampak dari kebijakan Pemerintah Indonesia dengan terus menumpuk utang luar negeri bisa dilihat dari dua aspek: ekonomi dan politik.

1. Aspek ekonomi.

Pertama: cicilan bunga utang yang makin mencekik. Apalagi ADB menolak untuk menurunkan bunga pinjaman (saat ini sekitar 1% pertahun dengan masa tenggang 8 tahun dan 1,5% setelah masa tenggang berakhir).

Kedua: hilangnya kemandirian ekonomi. Sejak ekonomi Indonesia berada dalam pengawasan IMF, Indonesia ditekan untuk melakukan reformasi ekonomi—program penyesuaian struktural—yang didasarkan pada Kapitalisme-Neoliberal. Reformasi tersebut meliputi: (1) campur-tangan Pemerintah harus dihilangkan; (2) penyerahan perekonomian Indonesia kepada swasta (swastanisasi) seluas-luasnya; (3) liberalisasi seluruh kegiatan ekonomi dengan menghilangkan segala bentuk proteksi dan subsidi; (4) memperbesar dan memperlancar arus masuk modal asing dengan fasilitas yang lebih besar (Sritua Arief, 2001).

Di bawah kontrol IMF, Indonesia dipaksa mengetatkan anggaran dengan pengurangan dan penghapusan subsidi, menaikkan harga barang-barang pokok dan pelayanan publik, meningkatkan penerimaan sektor pajak dan penjualan aset-aset negara dengan cara memprivatisasi BUMN.

Pada tahun 1998 saja Pemerintah telah menjual 14% saham PT Semen Gresik kepada perusahaan asing, Cemex; 9,62% saham PT Telkom; 51% saham PT Pelindo II kepada investor Hongkong; dan 49% saham PT Pelindo III kepada investor Australia. Tahun 2001 Pemerintah lagi-lagi menjual 9,2% saham Kimia Farma, 19,8% saham Indofarma, 30% saham Socufindo dan 11,9% saham PT Telkom.

Pada tahun 2007, Wapres Jusuf Kalla mengemukakan bahwa dari 135 BUMN yang dimiliki Pemerintah, jumlahnya akan diciutkan menjadi 69 di tahun 2009, dan 25 BUMN pada tahun 2015 (Antara, 19/2/2007). Artinya, sebagian besar BUMN itu bakal dijual ke pihak swata/asing.

2. Aspek politis.

Abdurrahaman al-Maliki (1963), dalam Kitab As-Siyâsah al-Iqtishâdiyah al-Mutslâ/Politik Ekonomi Ideal, hlm. 200-2007), mengungkap lima bahaya besar utang luar negeri. Pertama: membahayakan eksistensi negara. Pasalnya, utang adalah metode baru negara-negara kapitalis untuk menjajah suatu negara. Tidak bisa dipungkiri, dulu Inggris tidak menjajah Mesir, Prancis tidak menjajah Tunisia, negara-negara Barat tidak meluaskan penguasaannya atas Khilafah Utsmaniah pada akhir masa kekuasaannya melainkan dengan jalan utang. Akibat utang yang menumpuk, Khilafah Utsmaniyah yang begitu disegani dan ditakuti oleh Eropa selama lima abad akhirnya menjadi negara yang lemah dan tak berdaya.

Kedua: sebelum utang diberikan, negara-negara pemberi utang biasanya mengirimkan pakar-pakar ekonominya untuk memata-matai rahasia kekuatan/kelemahan ekonomi negara tersebut dengan dalih bantuan konsultan teknis atau konsultan ekonomi. Saat ini di Indonesia, misalnya, sejumlah pakar dan tim pengawas dari IMF telah ditempatkan pada hampir semua lembaga pemerintah yang terkait dengan isi perjanjian Letter of Intent (LoI) (Roem Topatimasang, Hutang Itu Hutang, hlm. 9). Ini jelas berbahaya.

Ketiga: membuat negara pengutang tetap miskin karena terus-menerus terjerat utang yang makin menumpuk dari waktu ke waktu. Kenyataan ini sudah sejak lama diakui. Pada tanggal 12 Juli 1962, William Douglas, misalnya, salah seorang hakim Mahkamah Agung Amerika, menyampaikan pidato pada pertemuan Massonri (Freemansory) di Seattle. Dia menjelaskan, “Banyak negara yang kondisinya terus bertambah buruk akibat bantuan Amerika yang mereka terima.” (Al-Maliki, ibid., hlm. 202-203).

Dalam konteks Indonesia, jujur harus diakui, sejak pemerintahan Soekarno hingga SBY, pengelolaan negeri ini melalui hutang luar negeri tidak pernah bisa memakmurkan rakyat. Dengan mengikuti standar Bank Dunia, yakni pendapatan perhari sekitar 2 dolar AS (Rp 20 ribu/hari) maka ada ratusan juta penduduk miskin di Indonesia saat ini. Ironisnya, mereka juga saat ini menanggung utang Rp 106 juta perkepala.

Keempat: utang luar negeri pada dasarnya merupakan senjata politik negara-negara kapitalis kafir Barat terhadap negara-negara lain, yang kebanyakan merupakan negeri-negeri Muslim. Dokumen-dokumen resmi AS telah mengungkapkan bahwa tujuan bantuan luar negeri AS adalah untuk mengamankan kepentingan AS sendiri. Dalam dokumen USAID Strategic Plan for Indonesia 2004-2008, misalnya, disebutkan bahwa lembaga bantuan Amerika Serikat ini bersama Bank Dunia aktif dalam proyek privatisasi di Indonesia. Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam News Release yang berjudul, Project Information: State-Owned Enterprise Governance and Privatization Program, tanggal 4 Desember 2001, juga memberikan pinjaman US$ 400 juta untuk program privatisasi (penjualan) BUMN di Indonesia.
Sejahtera Tanpa Utang

Sebetulnya banyak cara agar negeri ini bisa makmur dan sejahtera tanpa harus terjerat utang. Namun, dalam ruang yang terbatas ini, paling tidak ada dua cara yang bisa ditempuh. Pertama: penguasa negeri ini harus memiliki kemauan dan keberanian untuk berhenti berutang. Utang jangan lagi dimasukkan sebagai sumber pendapatan dalam APBN. Penguasa negeri ini juga harus berani menjadwal kembali pembayaran utang. Anggaran yang ada seharusnya difokuskan pada pemenuhan berbagai kebutuahan rakyat di dalam negeri. Cicilan utang harus ditanggguhkan jika memang menimbulkan dharar (bahaya) di dalam negeri. Bahkan bunganya tidak boleh dibayar karena termasuk riba, sementara riba termasuk dosa besar. Allah SWT berfirman:

(Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (QS al-Baqarah: 275).

Kedua: penguasa negeri ini harus berani mengambil-alih kembali sumber-sumber kekayaan alam yang selama ini terlanjur diserahkan kepada pihak asing atas nama program privatisasi. Sebab, jujur harus diakui, bahwa pada saat Pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk membiayai APBN secara layak dan terjebak utang, swasta dan investor asing justru menikmati pendapatan tinggi dari sektor-sektor ekonomi yang seharusnya dimiliki bersama oleh masyarakat. Misal: perusahaan Exxon Mobil, yang menguasai sejumlah tambang migas di Indonesia, pada tahun 2007 memiliki penghasilan lebih dari 3 kali lipat APBN Indonesia 2009. Keuntungan bersih Exxon Mobil naik dari 40,6 miliar dolar pada tahun 2007 menjadi 45,2 miliar dolar tahun 2008 (Investorguide.com, Exxon Mobil Company Profile). Ini baru di sektor migas.

Di sektor pertambangan, ada PT Freeport, yang menguasai tambang emas di bumi Papua. Tambang emas di bumi Papua setiap tahun menghasilkan uang sebesar Rp 40 triliun. Sayang, kekayaan tersebut 90%-nya dinikmati perusahaan asing (PT Freeport) yang sudah lebih dari 40 tahun menguasai tambang ini. Pemerintah Indonesia hanya mendapatkan royalti dan pajak yang tak seberapa dari penghasilan PT Freeport yang luar biasa itu (Jatam.org, 30/3/07).

Selain itu, masih banyak sektor lain yang selama ini juga dikuasai asing. Padahal penguasaan kekayaan milik rakyat oleh swasta, apalagi pihak asing, telah diharamkan secara syar’i. Rasulullah saw. bersabda:

"Kaum Muslim bersekutu (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: padang gembalaan, air dan api." (HR Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).

Sebagai kepala negara, dulu Rasulullah saw. juga pernah menarik kepemilikan atas tambang garam—yang memiliki cadangan dalam jumlah besar—dari sahabat Abyadh bin Hummal (HR at-Tirmidzi). Ini merupakan dalil bahwa negara wajib mengelola secara langsung tambang-tambang yang menguasai hajat hidup orang banyak dan tidak menyerahkan penguasaannya kepada pihak lain (swasta atau asing). Lalu hasilnya digunakan untuk kepentingan rakyat seperti pembiayaan pendidikan dan kesehatan gratis; bisa juga dalam bentuk harga minyak dan listrik yang murah.

Hanya dengan dua cara ini saja, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang didambakan akan terwujud. Syaratnya, penguasa negeri ini, dengan dukungan semua komponen umat, harus berani menerapkan syariah Islam untuk mengatur semua aspek kehidupan masyarakat, khususnya dalam pengelolaan ekonomi. Penerapan syariah Islam secara total dalam semua aspek kehidupan ini tentu tidak akan pernah bisa diwujudkan kecuali di dalam institusi Khilafah Islamiyah. Inilah jalan baru untuk Indonesia yang lebih baik, bukan terus-menerus mempertahankan kapitalisme-sekularisme, tergantung kepada IMF, Bank Dunia, ABD, dan sejenisnya yang ternyata menjadi alat penjajahan. [Al-Islam 454]

Zionisme dan Ketulusan Adolf Hitler


"The Jewish question exists wherever Jews live in noticeable numbers. Where it does not exist, it is brought in by arriving Jews" (Theodor Herzl, bapak zionisme internasional)


Adalah sangat penting untuk memahami apa itu zionisme, bukan karena idiologi ini sangat berpengaruh dan mesin sosial-politik yang kuat, namun juga karena terdapat banyak kekeliruan pengertian, kebingungan, dan informasi-informasi menyesatkan tentang hal ini.

Jika kita melihat dalam kamus standar Amerika tentang arti kata zionisme maka akan ditemukan penjelasan sebagai "sebuah gerakan (yang awalnya) untuk mendirikan dan mendukung negara yahudi Israel". Selain keliru, definisi standar seperti itu juga menyesatkan.

Pendiri gerakan zionisme modern adalah seorang penulis yahudi bernama Theodor Herzl. Pada tahun 1890 ia tinggal di Paris sebagai seorang wartawan yang bekerja untuk sebuah koran yang terbit di kota Vienna, Austria. Ia sangat prihatin dengan tingginya tingkat sentimen anti-yahudi di Perancis dan juga di negara-negara Eropa lainnya yang telah berlangsung selama berabad-abad. Dan setelah melalui penelaahan yang mendalam selama bertahun-tahun ia memiliki sebuah pemikiran yang menurutnya bisa menjadi solusi pemecahan masalah tersebut (sentimen anti-yahudi yang tinggi).

Ia menumpahkan idenya tersebut ke dalam sebuah buku berbahasa Jerman yang berjudul Der Judenstaat (Negara Yahudi) yang diterbitkan pada tahun 1896. Buku ini adalah manifesto atau dokumen dasar dari gerakan zionisme. Satu setengah tahun kemudian Herzl menyelenggarakan konperansi internasional yahudi pertama. Lima puluh satu tahun kemudian, tahun 1948, negara Israel diproklamirkan di Tel Aviv. Di atas podium tempat proklamasi terpampang foto besar Theodor Herzl.

Dalam bukunya tersebut Herzl menjelaskan bahwa tidak peduli dimanapun tinggalnya atau apapun kewarganegaraannya, kaum yahudi tidak hanya sebuah komunitas agama, namun juga sebagai sebuah negara bangsa. Dimana pun orang-orang yahudi tinggal di tengah-tengah kaum non-yahudi, konflik pasti terjadi.

"Masalah yahudi selalu ada dimana pun orang-orang yahudi tinggal dalam jumlah yang cukup besar. Kedatangan orang-orang yahudi di satu tempat pasti menimbulkan suatu masalah di tempat itu ..... Saya percaya dan mengerti tentang anti-semit yang merupakan sebuah fenomena yang sangat kompleks. Saya menganggap perkembangan ini sebagai yahudi tanpa kebencian dan ketakutan."

Dalam tulisan tersebut Herzl dengan jelas mengakui bahwa anti-semit bukanlah suatu kesesatan melainkan sebagai respons alami oleh orang-orang non-yahudi terhadap tingkah laku dan tindak tanduk pendatang yahudi. Sentimen anti yahudi, ungkap Herzl, bukanlah bentuk ketidak-pedulian maupun kebencian sebagaimana dikatakan sebagian orang. Anti-semit sangat dapat dimengerti karena orang-orang yahudi (merasa) sangat berbeda dengan orang lain di sekitar tempat tinggal orang yahudi.

Sumber utama sentimen anti yahudi, kata Herzl, adalah "emansipasi" orang-orang non-yahudi (Eropa) yang diberikan kepada orang-orang yahudi sepanjang abad 18 dan 19 membuat orang-orang yahudi secara ekonomi bersaing secara langsung dengan kalangan kelas menengah non-yahudi. Anti semit, kata Herzl adalah, "reaksi yang dapat dipahami orang-orang non-yahudi akibat kekurangan orang-orang yahudi." Herzl bahkan menulis bahwa anti semit adalah "hak sepenuhnya orang-orang non-yahudi".

Terhadap orang-orang yahudi sendiri Herzl menyarankan untuk "berhenti berpura-pura menjadi orang yang sejajar dengan orang-orang non-yahudi. Mereka harus bersikap jujur bahwa mereka berbeda dengan orang lain, dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda dengan orang lain. Untuk itu, satu solusi yang dapat dilakukan adalah tinggal di negara khusus orang yahudi. Dalam suratnya kepada Tsar Rusia, Herzl menulis, "zionisme adalah solusi akhir masalah orang-orang yahudi (jewish question)."

Selama bertahun-tahun banyak tokoh dan pemimpin yahudi membenarkan pandangan Herzl. Louis Brandeis, seorang hakim agung Amerika dan pemimpin gerakan zionisme di Amerika mengatakan, "Mari kita semua mengakui bahwa kami orang yahudi adalah bangsa yang berbeda dimana semua orang yahudi, apapun negaranya, tempat tinggalnya ataupun kepercayaannya (agama), adalah anggotanya."

Stephen S. Wise, presiden American Jewish Congress dan World Jewish Congress mengatakan dalam suatu pawai di New York tahun 1938: "Saya bukan seorang warga Amerika dengan agama yahudi. Saya orang yahudi. Hitler benar dalam satu hal. Ia menyebut oang-orang yahudi sebagai ras, dan kita memang satu ras."

Presiden pertama Israel, Chaim Weizmann, dalam memoirnya menulis: “Saat orang yahudi di suatu negeri mencapai jumlah yang cukup besar, orang-orang negeri itu bereaksi melawan mereka (orang yahudi). Hal itu tidak dapat dilihat sebagai anti semit dalam arti biasa atau suatu bentuk reaksi vulgar, ini adalah reaksi alamiah universal yang tidak bisa kita salahkan begitu saja."

Sejalan dengan pandangan zionisme, perdana menteri Israel Ariel Sharon dalam sebuah pertemuan dengan orang-orang yahudi Amerika di Jerusalem tahun 2004 mengatakan bahwa semua orang yahudi harus pindah ke Israel sesegera mungkin. Dan karena anti semit telah merebak khususnya di Perancis, maka ia minta orang-orang yahudi di negeri itu segera pindah ke Israel. Para pejabat Perancis, seperti sudah diduga menolak pernyataan Sharon dan menganggapnya sebagai pernyataan yang tidak dapat diterima.

Bayangkan saja seandainya saja para pemimpin Perancis, Amerika, dan negara-negara lain merespon posifit pernyataan Sharon dan mengatakan, "Anda benar tuan Sharon. Yahudi bukan milik kami melainkan milik negara Israel. Kami setuju untuk mendukung sepenuhnya apa yang Anda katakan dengan mengirimkan semua orang yahudi di negeri kami ke Israel."

Itu adalah bentuk dukungan yang jujur dan tulus terhadap zionisme. Namun sayangnya para pemimpin Perancis, Amerika dan negara-negara lainnya tidak demikian. Sebaliknya yang jujur dan tulus adalah Adolf Hitler. Sama seperti para pemimpin zionisme, Hitler mempunyai pandangan yang sama tentang bagaimana mengatasi permasalahan yahudi, yaitu dengan mengirimkan orang-orang yahudi ke Israel. Sejarah mencatat bahwa kaum zionis dan Nazi Jerman pernah bekerjasama dalam misi mengirimkan orang-orang yahudi Eropa ke Israel.

Selama dekade 1930-an koran resmi SS Nazi, Das Schwarze Korps, secara berulang-ulang menyatakan dukungannya terhadap gerakan zionisme. Sebuah artikel yang diterbitkan tahun 1935 misalnya, menuliskan:

“Pengakuan yahudi sebagai kelompok ras berdasarkan darah dan bukan berdasarkan agama mendorong pemerintah Jerman menjamin tanpa reserve pemisahan rasial komunitas ini. Pemerintah menyetujui sepenuhnya gerakan besar yahudi yang disebut zionisme, dengan pengakuannya atas solidaritas yahudi seluruh dunia, dan penolakannya atas bentuk-bentuk asimilasi. Atas dasar ini Jerman melakukan kebijakan yang secara pasti akan memainkan peranan signifikan di masa mendatang, dalam hal menangani permasalahan yahudi di seluruh dunia."

Pada tahun 1933, sebuah perusahaan pelayaran utama Jerman memulai pelayaran langsung yang menghubungkan kota Hamburg dengan Haifa, Palestina (sekarang Israel), lengkap dengan makanan khusus orang-orang yahudi (kosher) di dalamnya. Pada bulan September 1935 Jerman mengeluarkan undang-undang yang dikenal dengan nama “Nuremberg Laws," yang melarang pernikahan maupun hubungan sex antara orang Jerman dengan yahudi, dan sebagai konsekwensinya menyatakan warga yahudi di Jerman sebagai sebagai warga minoritas asing.

Hanya beberapa hari setelah ditetapkannya Nurenberg Laws, surat kabar zionis Jerman Jüdische Rundschau, melalui editorialnya menyambut positif undang-undang tersebut.

"Jerman memenuhi keinginan Kongres Yahudi Se-dunia dengan menyatakan warga yahudi yang tinggal di Jerman sebagai warga minoritas sehingga memungkinkan terjadinya hubungan yang normal antara negara Jerman dengan yahudi. Undang-undang ini memungkinkan warga yahudi Jerman untuk memiliki budayanya sendiri, negaranya sendiri. Di masa mendatang warga yahudi Jerman dapat memiliki sekolahnya sendiri, gedung teaternya sendiri, persatuan olahraganya sendiri. Singkatnya, ini memungkinkan yahudi jerman memiliki semua aspek kehidupannya sendiri sebagai satu negara."

Selama dekade 1930-an, para aktivis zionisme Jerman bekerja bahu-membahu dengan pemerintah Jerman membangun beberapa kamp pelatihan pertanian di seluruh Jerman dengan tujuan memberikan pelatihan pertanian kepada warga yahudi yang akan dikirim ke Palestina.

Satu "prasasti" kerjasama antara pemerintahan Nazi Jerman dengan gerakan zionisme adalah ditandatanganinya perjanjian "Transfer Agreemen" yang memungkinkan warga yahudi Jerman meninggalkan Jerman dengan membawa seluruh harga kekayaannya.

Antara tahun 1933 dan 1941 sebanyak 60.000 warga yahudi Jerman atau 10% dari seluruh populasi yahudi jerman, bermigrasi ke Palestina berdasar "Transfer Agreemen". Sejarahwan yahudi Edwin Black mencatat: "Kebanyakan dari orang-orang itu, khususnya sebelum tahun 1940-an, diijinkan membawa replika sebenarnya dari rumah maupun pabrik mereka."

Transfer Agreemen merupakan hasil tertinggi dari kerjasama gerakan zionisme dengan pemerintahan Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler. Dengan kerjasama ini Adolf Hitler telah memberikan jasa kepada orang-orang yahudi, jauh lebih banyak dari para pemimpin dunia lainnya.

Sunday 10 May 2009

Ada Apa dengan Antasari


Gus Dur: Penahanan Antasari Azhar adalah sebuah konspirasi


Sebelum saya membahas tentang kasus penahanan ketua KPK Antasari Azhar oleh kepolisian terkait kasus pembunuhan Nazaruddin, direktur sebuah BUMN bulan Maret lalu, saya ingin sedikit mengupas kasus penahanan mantan Direktur BIN dan Danjen Kopassus Muchdi PR beberapa waktu lalu.

Meski penyidik telah lama mendapat bukti-bukti yang mengindikasikan keterkaitan Muchdi PR dengan kematian aktivis HAM Munir, namun Muchdi baru "dapat" ditahan beberapa tahun setelah kematian Munir. Jangankan Muchdi PR, penahanan anak buah Muchdi, Pollycarpus saja membutuhkan waktu cukup lama. Bahkan meski sempat diadili, Pollycarpus sempat dibebaskan oleh pengadilan sebelum akhirnya polisi mengajukan bukti baru dan kembali mengajukan Polly ke pengadilan yang mengganjarnya dengan hukuman penjara.

Adapun Muchdi PR, meski sempat diadili, pengadilan akhirnya membebaskannya.

Pendek kata, dalam kasus Muchdi PR dan Pollycarpus yang merupakan pimpinan dan pegawai lembaga Badan Inteligen Negara, penyidik dan pengadilan mendapatkan resistensi yang sangat tinggi.

Banyak analisis yang menyebutkan bahwa pembebasan Muchdi PR karena adanya tekanan kalangan militer terhadap Presiden SBY yang dianggap terlalu liberal dan telalu berpihak kepada kepentingan asing dengan mengorbankan kepentingan nasional. Sebelum penahanan Muchdi PR, kalangan militer yang merasa menjadi pilar utama penjaga kepentingan dan kesatuan nasional masih bisa menahan diri terhadap kebijakan-kebijakan liberal SBY, termasuk pemotongan anggaran militer. Namun tatkala salah seorang dari mereka ditahan, mereka tidak bisa menahan diri lagi dan "mengancam" SBY sehingga SBY pun membebaskan Muchdi PR.

Saya juga ingin menyinggung sedikit kasus korupsi yang menimpa Akbar Tanjung, Ginanjar Kartasasmita, atau Syahril Sabirin. Karena adanya resistensi dari para pendukung keduanya, maka penyidik mengalami kesulitan untuk menahan keduanya, apalagi mengajukannya ke pengadilan.

Saya juga ingin sedikit menyinggung etika dan budaya para aparat negara. Di antara mereka terdapat sebuah etika untuk sebisa mungkin "saling melindungi" agar tugas dan fungsi mereka tidak saling bersinggungan. Maka ketika KPK akan menahan jaksa Urip karena tertangkap basah melakukan tindak korupsi, ketua KPK sendiri, Antasari Azhar, menelepon Jaksa Agung Hendarman Supanji untuk "meminta ijin" menangkap jaksa Urip.

Maka untuk menahan seorang ketua KPK, polisi paling tidak akan "sowan" kepada yang melantiknya.

Namun dalam kasus penahanan Antasari Azhar, tidak tampak sama sekali adanya resistensi dari pihak Antasari, ataupun upaya pihak kepolisian untuk setidaknya sedikit meredam kasus ini karena melibatkan seorang pejabat tinggi negara yang dipilih oleh DPR dan diangkat oleh Presiden. Yang terjadi justru sebuah tragedi. Seorang pejabat tinggi negara diperlakukan bak penjahat kelas teri dan dipertontonkan ke hadapan publik.

Dari analisis singkat ini saja saya sudah curiga adanya sebuah konspirasi untuk menahan Antasari Azhar. Dan inilah beberapa indikasinya:

1. Ancaman Antasari Azhar kepada Nasruddin via SMS. Sebagai ketua KPK Antasari tentu paham betul bahwa semua komunikasi seluler dapat dilacak dan direkam oleh provider seluler juga oleh para aparat inteligen. Teknik inilah selama ini yang digunakan oleh KPK untuk menjerat para pelaku koruptor. Dan karena itu tentu sangat naif jika Antasari melakukan ancaman via SMS dengna menggunakan ponsel pribadinya. Jika ia ingin mengancam, tentu dengan cara lain seperti mengunakan ponsel lain. Tentu Antasari juga tidak akan mencantumkan identitasnya, melainkan sebuah sandi yang dapat diintepretasikan (namun tidak bisa menjadi bukti kuat) oleh Nasruddin sebagai Antasari.

2. Eksekusi pembunuhan. Pembunuhan Nasaruddin, di siang hari bolong di ibukota Jakarta, merupakan sebuah eksekusi yang sangat kasar dan banyak meninggalkan jejak. Kecuali pembunuhan politik dengan maksud menimbulkan teror, eksekusi dengan cara ini tentu sama sekali bukan sebuah pilihan Antasari (jika memang ia adalah dalangnya).

3. Adanya keterlibatan seorang pengusaha petualang politik dan seorang perwira polisi (kemungkinan juga merangkap perwira inteligen), menambah kuat aroma konspirasi. Kecuali ditemukan bukti kuat adanya perintah langsung dari Antasari untuk melakukan eksekusi terhadap Nasaruddin, maka dipastikan kasus pembunuhan Nasaruddin dan penahanan Antasri adalah sebuah konspirasi.

Lalu jika penahanan Antasari adalah sebuah konspirasi, lalu apa motifnya?

Mudah saja. Antasari adalah ketua lembaga pemberantas korupsi paling kuat di negeri surganya para koruptor ini. Meski telah banyak menangkapi koruptor, KPK masih membiarkan kasus yang paling besar yaitu kasus BLBI. Nilai korupsi-nya pun sangat besar, ratusan triliun rupiah, plus bunganya selama bertahun-tahun mungkin mencapai ribuan triliun.

Namun meski demikian, cepat atau lambat, KPK mau tidak mau akan melirik ke kasus BLBI. Kasus penyuapan jaksa Urip misalnya, nyaris saja menyeret Syamsul Nursalim, salah seorang penilap dana BLBI. Dan ini tentu saja tidak diinginkan oleh para pelaku koruptor BLBI. Mereka bukan saja para taipan penerima BLBI, namun juga para politisi dan aparat birokrat yang kecipratan, dan juga pers yang sebagian modalnya berasal dari BLBI. --- Boleh dicek media massa mana yang konsisten menyerukan penyidikan kasus BLBI, hampir tidak ada. Lihat juga bagaimana media massa seia sekata menyembunyikan kaitan antara Arthalyta Suryani dengan Syamsul Nursalim dalam kasus penyuapan jaksa Urip.

Selain itu kasus BLBI juga melibatkan kepentingan asing. Singapura misalnya. Negara yang menjadi hub Israel di wilayah Asia Tenggara ini telah mendapatkan banyak aliran dana BLBI. Dan di atas Singapura adalah kepentingan Amerika. Menggelontorkan bantuan dana untuk dikorupsi adalah modus negeri ZOG (zionist occupied goverment) Amerika menciptakan ketergangungan negara-negara miskin terhadapnya sehingga dengan mudah dapat dikuras kekayaan alamnya.

Sayangnya di negeri ini lebih banyak pejabat dan pemimpin yang mementingkan diri sendiri dan rela mengorbankan kepentingan negara demi kepengingan asing. Lihat saja, meski pemerintah berkoar-koar berkampanye telah menghapuskan hutang, diam-diam terus menumpuk hutang, sebagaimana dilakukan Menkeu Sri Mulyani dalam pertemuan Asian Development Bank di Bali baru-baru ini. Mereka tidak pernah benar-benar rela jika korupsi benar-benar dihancurkan di Indonesia, karena akan menyeret mereka sendiri.

Anda masih ingat dengan kejadian diterimanya beberapa konglomerat penilap BLBI di Istana Negara dengan diantar oleh seorang pimpinan Polri? Atau cerita tentang bertemunya Presiden Gus Dur dengan buronan kriminal Tommy Soeharto? Atau cerita tentang seorang buronan kasus BLBI yang tinggal di Singapura yang hadir dalam sebuah acara kenegaraan di Batam dan duduk tepat di belakang Presiden Megawati? Itu semua menjadi cermin bagaimana sikap para pejabat dan pemimpin negeri ini memperlakukan para penjahat dan koruptor.

Itulah sebabnya maka Antasari ditahan sebagai peringatan kepada KPK bahwa ada satu garis yang tidak boleh dilanggar, dan garis itu adalah kasus BLBI.

Wallahualam bi sawwab.

Konspirasi Bilderberg: Depresi Ekonomi Cara Cepat atau Lambat


Pada tgl 14-17 Mei nanti bakal terjadi peristiwa paling penting sepanjang tahun ini. Namun tragisnya peristiwa ini tidak akan pernah dipublikasikan di media-media massa. Karena peristiwa ini adalah peristiwa pertemuan tahunan Bilderberger Group, sekelompok orang (sekitar 150 orang) paling berpengaruh di dunia yang secara rahasia mengatur dunia di belakang layar.

Yah, sangat tragis memang, karena peristiwa ini juga dihadiri oleh para pemimpin redaksi media massa-media massa paling berpengaruh di dunia seperti Washington Post, New York Times dan Financial Times. Selain pemimpin media massa paling berpengaruh, pertemuan tahunan Bilderberger Group dihadiri oleh para pemimpin pemerintahan negara-negara besar, pejabat tinggi negara dan organisasi internasional, industriawan raksasa, banker, raja minyak, akademisi berpengaruh dan figur-figur paling berpengaruh lainnya.

Namun perlu dicatat bahwa Bilderberger Group (BG), sebagaimana organisasi rahasia lainnya Trilateral Commision (TC) dan Council for Foreign Relation (CFR) hanya sebuah kepanjangan tangan dari sekolompok orang yang lebih kecil jumlahnya yang mewakili beberapa keluarga paling kaya di dunia. Kelompok terakhir ini adalah para "penguasa dunia belakang layar". Mereka semuanya berdarah yahudi, sebagian besar dari keturunan yahudi ashkenazi yang merupakan campuran antara ras yahudi dengan ras khazar dari wilayah Kaukasia. Sebagian kecil lainnya adalah yahudi sephardin, yaitu campuran antara ras yahudi dengan ras aria (kulit putih). Adapun yahudi yang murni, keturunan Ibrahim, Musa, Daud, dan Sulaiman, adalah orang Palestina yang kini sebagian besar memeluk Islam dan sebagian kecil sisanya memeluk Kristen.

Pertemuan BG tahun ini akan dilaksanakan di hotel bintang lima Nafsika Astir Palace Hotel di Vouliagmeni, Yunani. Wartawan investigasi Daniel Estulin, sebagaimana ditulis di situs Prison Planet.com tgl 6 Mei lalu, berhasil mendapatkan beberapa agenda yang akan dibahas termasuk beberapa peserta yang hadir. (Bagi kebanyakan wartawan investigasi, sekedar informasi tentang dimana dan kapan pertemuan BG diadakan adalah suatu hal yang mustahil didapatkan).

Menurut Estulin, yang telah berpengalaman membongkar beberapa pertemuan tahunan BG yang lalu para anggota BG berbeda pendapat tentang bagaimana menangani krisis keuangan yang saat ini tengah melanda dunia yang tidak lain adalah program mereka yang ditetapkan pada pertemuan tahunan BG tahun 2006 dan 2007. Kelompok pertama menginginkan krisis finansial yang diperpanjang sedangkan kelompok kedua menginginkan krisis finansial yang diperhebat namun berjalan dalam jangka waktu pendek. Namun baik krisis finansial yang diperpanjang maupun yang diperpendek, keduanya akan menghasilkan satu sistem ekonomi global baru yang lebih menguntungkan mereka.

“Either a prolonged, agonizing depression that dooms the world to decades of stagnation, decline and poverty … or an intense-but-shorter depression that paves the way for a new sustainable economic world order, with less sovereignty but more efficiency,” tulis Estulin.

Perlu dicatat bahwa Estulin berhasil mendapatkan bocoran informasi hasil pertemuan tahunan BG tahun 2006 di Kanada dan tahun 2007 di Turki dimana krisis finansial global yang dipicu oleh kresis kredit perumahan Amerika diputuskan.

Estulin mengingatkan adanya agenda jahat yang menunjukkan seolah-olah ada perbaikan ekonomi untuk memancing investor kembali mempertaruhkan dana-dananya di pasar modal untuk selanjutnya diciptakan krisis baru yang menyerap habis dana-dana investor.

Menurut Estulin Bilderberg mengharapkan tingkat pengangguran Amerika meningkat tajam dari 8,1% tahun ini menjadi 14% di akhir tahun. Selain itu BG juga akan berusaha memaksakan referendum untuk ditandatanganinya Lisbon Treaty yang baru saja ditolak oleh rakyat Irlandia dan telah ditolak pula oleh rakyat beberapa negara anggota Uni Eropa. Lisbon Treaty adalah perjanjian negara-negara Uni Eropa untuk lebih menyatukan diri sebagai satu kesatuan negara (negara super Uni Eropa).

Bagi yang tidak mempercayai teori konspirasi tentang rencana pembentukan negara super, silahkan lihat kasus Uni Eropa. Saat ini Uni Eropa sudah memiliki mata uang sendiri, parlemen sendiri, Komisionaris sendiri, dan juga tentara sendiri (NATO). Bila Lisbon Treaty disetujui maka Uni Eropa bakal memiliki presiden dan konstitusi sendiri sehingga secara de fakto berubah menjadi sebuah negara super. Negara-negara anggotanya terlebur menjadi satu dan tinggal menjadi nama-nama tempat atau paling tinggi menjadi sebuah provinsi saja.

Untuk mewujudkan ambisi ini BG akan menetralisir suatu gerakan anti negara super Uni Eropa yang disebut "Libertas" pimpinan Declan Ganley. Caranya dengan menyebarkan opini publik melalui media massa bahwa "Libertas" dibiayai oleh para pedagang senjata yang memiliki hubungan dengan para pejabat militer Amerika.

Daniel Estulin dan beberapa wartawan investigasi lainnya seperti Jim Tucker telah berhasil menginfiltrasi pertemuan BG selama bertahun-tahun --- kemungkinan ada anggota BG yang sengaja membocorkan informasi --- dan membuktikan bahwa BG bukan sekedar suatu "kelompok diskusi" biasa sebagaimana diklaim para anggota BG, melainkan sebuah forum pengambilan kebijakan sosial-ekonomi-politik global dalam rangka menciptakan "tata dunia global baru".

Bulan lalu bangsawan tinggi Belgia yang saat ini menjabat sebagai ketua BG, Étienne Davignon mengklaim bahwa BG telah membantu terciptanya Euro, mata uang tunggal Uni Eropa, melalui perjuangan yang dilakukannya sejak awal dekade 1990-an. Agenda BG atas mata uang tunggal serta negara super Uni Eropa sebenarnya bahkan telah ada jauh sebelumnya. Para wartawan investigasi BBC telah menemukan beberapa dokumen awal BG (dekade 1950 dan 1960-an) yang menunjukkan bahwa Uni Eropa merupakan hasil konspirasi BG.

Pada tahun 2002 saat pemerintahan presiden Bush menginginkan serangan atas Irak, BG menolak dan meminta rencana tersebut ditunda. Bush menuruti permintaan tersebut dan menunda serangan atas Irak hingga setahun kemudian.

Pada tahun 2006 Estulin, berdasar bocoran pertemuan BG, memprediksikan kredit perumahan akan mengalir deras dan bisnis perumahan Amerika akan melonjak tajam sebelum akhirnya "meledak" dan berubah menjadi krisis. Ramalan tersebut benar-benar terjadi. Pada awal 2008 Estulin mengingatkan bahwa Bilderberger Group tengah menciptakan kondisi krisis finansial global, yang kemudian terealisasi dengan kolapsnya Lehman Brothers dan beberapa perusahaan keuangan lainnya.

BG secara rutin menunjukkan kekuatannya sebagai "pencipta para pemimpin" (kingmaker). Mereka menetapkan siapa menjadi presiden, perdana menteri dan menteri-menteri penting negara-negara Uni Eropa dan Amerika. Bill Clinton dan Tony Blair mendapat restu BG sebelum akhirnya melonjak bintangnya sehingga berhasil menjadi presiden dan perdana menteri. Sebuah koran Portugis tahun lalu memberitakan bahwa Pedro Santana Lopes dan Jose Socrates hadir dalam pertemuan tahunan BG di Stresa Italia tahun 2004 sebelum menjadi perdana menteri Portugal.

Barack Obama ditetapkan sebagai presiden Amerika dalam pertemuan BG di Washington akhir tahun 2008 lalu. Ada film dokumenter menarik berjudul "The Obama Deception" yang bisa diakses di youtube, yang menggambarkan bagaimana Obama mengelabuhi para wartawan untuk dapat hadir secara rahasia dalam pertemuan tersebut. Pada jam yang telah dijadwalkan, Obama masuk ke dalam pesawat terbang untuk melakukan kampanye di suatu tempat. Namun setelah para wartawan peliput kegiatan kampanyenya masuk ke dalam pesawat, diam-diam Obama keluar dari pesawat untuk pergi ke tempat pertemuan BG di sebuah resort mewah di Washington. Wartawan pun kecele.

Militerisasi Dunia Pendidikan Inggris


Bayangkan hal ini terjadi di Indonesia jaman Orde Baru: pemerintah merencanakan mengadakan pendidikan kemiliteran di sekolah-sekolah seperti latihan perang-perangan, baris-berbaris dengan seragam militer, menembak dan merakit senjata api, jurit malam dsb. Tentu LSM-LSM, orang-orang yang mengklaim atau diklaim sebagai tokoh demokrat, media massa tentu akan menjerit-jerit memprotes seraya menuduh pemerintah menjalankan militerisasi pendidikan demi menjaga status quo kekuasaannya.

Namun bagaimana jika hal seperti itu justru dilakukan oleh Inggris, selah satu embahnya "demokrasi" dunia serta negeri patronnya para aktivis LSM, orang-orang yang mengklaim atau diklaim sebagai tokoh demokrat, dan media massa? Saya berani bertaruh, mereka akan diam seribu bahasa seperti diamnya mereka atas tragedi kemanusiaan yang menimpa umat Islam di Aceh, Poso, Sampit dan Ambon.

Saat ini Departemen Pertahanan Inggris tengah menyusun rencana program militerisasi di sekolah-sekolah menengah negeri dalam rangka "meningkatkan disiplin dan tata tertib di sekolah-sekolah. Rencana tersebut kini tengah dalam pembahasan serius antara menteri-menteri terkait dengan para petinggi kementrian pertahanan termasuk para kepala staff angkatan.

Dalam rencana tersebut program-program militer akan diaplikasikan dalam pelajaran sehari-sehari. Selain itu para murid secara berkala juga diharuskan mengikuti latihan-latihan kemiliteran, parade berseragam militer serta penanganan senjata api selain juga kegiatan petualangan alam.

Sekolah pertama yang akan melaksanakan kurikulum tersebut adalah sekolah negeri di kota Portsmouth dan Colchester dimana terdapat banyak keluarga militer. Namun di masa mendatang program ini akan diaplikasikan di semua sekolah negeri di seluruh Inggris.

Para menteri yang terlibat dalam rencana ini percaya bahwa program ini dapat meningkatkan kualitas lulusan sekolah menengah, khususnya mereka yang kurang berprestasi. Namun bagaimana pun juga rencana ini mengundang kekhawatiran para guru bahwa sekolah-sekolah menengah akan berubah fungsi menjadi "kamp militer" dan pusat perekrutan personil militer.

Tahun lalu para pemimpin organisasi-organisasi guru Inggris menuduh militer telah memberikan pendidikan menyesatkan tentang kehidupan di angkatan perang. The National Union of Teachers (organisasi guru Inggris) juga menyatakan mendukung para guru yang melakukan boikot terhadap program-program militerisasi pendidikan.

Rencana militerisasi sekolah menengah tersebut bersamaan dengan adanya rencana pemerintah untuk peningkatan besar-besaran sekolah model militer "school cadet force" di beberapa wilayah. Perdana Menteri Gordon Brown adalah pendukung utama program tersebut yang menurutnya dapat mengajarkan anak-anak muda tentang disiplin dan kebanggaan negeri.

Minggu lalu sekolah menengah pertama yang dijalankan sepenuhnya oleh militer diresmikan, menjadi awal keterlibatan militer dalam pendidikan negeri. Sekolah tersebut, The Duke of York's Royal Military School di kota Dover, menawarkan kemudahan seleksi bagi anak-anak anggota militer serta tambahan kursi sebanyak 200 kursi bagi murid-murid baru dari keluarga non-militer.

Mengenai rencana penerapan program militerisasi di sekolah menengah di Portsmouth dan Colchester, sebagian kritik mengarah pada anggaran yang mesti ditanggung militer mengingat anggaran militer dianggap sudah terlalu berat. Kritikan lainnya menyoroti adanya pemaksaan terhadap para murid terhadap metode pendidikan yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Menteri pendidikan Jim Knight mengatakan, "status akademi (semi-militer) yang disandang sekolah Duke of York adalah hal ideal yang memungkinkan mereka (para murid dan guru) dapat terus berjalan sembari mempertahankan semangat dan kurikulum militer."

Namun David Laws, aktivis Liberal Democrat Education dan para aktivis pendidikan lainnya menyebut kebijakan tersebut sebagai "permainan baru Partai Buruh", yaitu partai yang saat ini tengah berkuasa di Inggris.

Friday 8 May 2009

Kisah Revolusi Cedar dan 4 Jendral


Lebanon adalah satu negeri yang sangat menarik. Karena di sinilah ladang "pertempuran" antara Israel-Amerika dan antek-anteknya melawan para patriot Arab muslim dan kristen berlangsung sengit. Intensitas pertempuran tersebut sangat tinggi. Seringkali berupa move-move politik biasa, namun terkadang juga berupa pertikaian fisik dari pembunuhan politik hingga peperangan terbuka. Puncaknya adalah Perang Lebanon II yang berakhir dengan takluknya Israel oleh milisi Hezbollah.

Pada awal tahun 2008 terjadi pertikaian bersenjata antara kelompok patriot dan pengkhianat yang berujung pada aksi pendudukan ibukota Beirut oleh milisi Hezbollah dan sekutunya bulan Mei 2008 yang memaksa pemerintahan pro Israel/Amerika pimpinan PM Fuad Siniora untuk menerima kompromi dengan kelompok patriot berupa penambahan kursi pemerintahan dan hak veto kabinet bagi kelompok patriot.

Namun sebelum itu semua terjadi, Revolusi Cedar adalah sebuah "pertempuran politik" lain yang sangat fenomenal. Revolusi Cedar adalah sebuah proses perubahan politik secara cepat di Lebanon yang dipicu oleh pembunuhan Perdana Menteri Rafik Hariri tgl 14 Februari 2005. Proses ini mengubah peta politik Lebanon dari negara yang dikuasai rejim pro Syria dan anti Israel/Amerika menjadi rejim yang pro Israel/Amerika dan anti Israel.

Kondisi politik Lebanon menjelang Revolusi Cedar terpolarisasi menjadi dua blok: Pro Amerika-Israel-Arab Saudi dan Pro Syria-Iran. Kelompok pertama terutama adalah kelompok Islam Sunni (Future Movement pimpinan pimpinan Saad Hariri, putra Rafik Hariri), kelompok Druze (Progresseive Socialist Party pimpinan Walid Jumlad) dan Kristen (Lebanese Force pimpinan Samir Geagea, Phalangist Party pimpinan mantan presiden Amin Gemayel, dan National Liberal Party pimpinan Dory Chamoun putra mantan presiden Camille Chamoun. Selain itu ada satu kelompok Kristen lain yang cukup besar yaitu Free Patriotic Movement pimpinan mantan PM dan panglima AB Jendral Michael Aoun yang saat itu tengah menjalani pengasingan di Perancis. Blog ini disebut juga dengan Blok 14 Maret (diambil dari demonstradi besar-besaran yang diorganisir kelompok ini pada tgl 14 Maret 2005).

Adapun pro Syria-Iran adalah kelompok Syiah (Hezbollah dan Amal) dan Syiah nasionalis Syrian Social Nationalist Party. Menjelang pemilu yang diadakan tgl 29 Mei 2005, kelompok ini diperkuat dengan bergabungnya kelompok kristen Free Patriotic Movement pimpinan mantan PM dan panglima AB Jendral Michael Aoun yang semula anti Syria. Blok ini disebut juga dengan Blok 8 Maret (diambil dari demonstrasi yang diorganisir kelompok ini pada tgl 8 Maret 2005).

Pemilu yang diadakan tgl 29 Mei 2005 dimenangkan oleh Blok 14 Maret yang kemudian membuat pemerintahan baru anti Syria-Iran dengan kepemimpinan PM Fuad Siniora dari Future Movement.

Dengan kecepatan luar biasa setelah terjadinya pembunuhan PM Lebanon Rafik Hariri 14 Februari 2005, kelompok politik dukungan Amerika-Israel yang kemudian melancarkan aksi-aksi demonstrasi yang kemudian dikenal dengan nama gerakan Revolusi Cedar, nama yang disematkan pertama kali oleh Menlu Amerika Condoleeza "Lezbo" Rice. Dalam aksi-aksi demonstrasi tersebut para demonstran menuduh Syria berada di belakang pembunuhan Hariri seraya menuntut penarikan pasukan Syria dari Lebanon.

Ada tuduhan bahwa pembunuhan Hariri dan Revolusi Cedar merupakan sebuah konspirasi Israel/Amerika/barat untuk menyingkirkan pengaruh Syria dan Iran atas Lebanon dan menggantinya dengan Amerika/Amerika. Kecurigaan itu bukan tanpa dasar. Selain analisis rasional, tuduhan itu juga memiliki dasar yang cukup kuat.

Hanya beberapa jam setelah pembunuhan Hariri tgl 14 Februari, otoritas keamanan Lebanon mengeluarkan perintah penahanan terhadap enam orang warga Australia yang meninggalkan Lebanon tiga jam setelah ledakan bom yang menewaskan Hariri. Polisi Australia atas permintaan polisi Lebanon langsung menahan mereka begitu tiba di bandara Sydney. Namun meski anjing pelacak bandara Sydney mengendus adanya material eksplosif di kursi ke-enam orang tersebut, polisi Australia membebaskan mereka dua hari kemudian.

Hezbollah, satu kekuatan politik dan militer besar di Lebanon yang anti-Israel dan pro Syria-Iran berusaha mengkonter Revolusi Cedar dengan menggelar aksi demonstrasi tandingan besar-besaran tgl 8 Maret 2005. Namun tetap gagal membendung Revolusi Cedar.

Selain tuntutan penarikan pasukan Syria, para demonstran anti Syria juga menuntut penahanan terhadap empat orang jendral yang mereka tuduh bertanggung jawab terhadap kematian Hariri. Mereka adalah Kepala Badan Keamanan Umum Mayor Jendral Jamil Sayyed, komandan pasukan pengawal presiden Mayor Jendral Mustapha Hamdan, Komandan Satuan Keamanan Nasional Mayor Jendral Ali Haj dan Direktur Inteligen Militer Mayor Jendral Raymond Azar.

Keempat jendral tersebut memang dikenal dekat dengan pemerintah Syria yang saat itu menempatkan sekitar 14.000 pasukan keamanan di Lebanon atas mandat Liga Arab ditambah permintaan pemerintah Lebanon sendiri, demi menjaga keamanan Lebanon yang tercabik-cabik perang saudara sejak dekade 1970-an.

Hanya beberapa jam setelah pembunuhan Hariri, foto ke-empat jendral tersebut sudah terpampang di jalan-jalan dibawa oleh para demonstran, disertai kutukan dan tuntutan penangkapan atas diri mereka. Media massa pro-Blok 14 Maret juga secara intensif mengembangkan opini keterlibatan Syria dan keempat jendral tersebut dalam pembunuhan Hariri. Demikian juga halnya media-media massa dan pejabat barat. Lembaga-lembaga internasional seperti PBB yang didominasi oleh negara-negara barat pun setali tiga uang.

Ke-empat jendral yang dituduh berkonspirasi membunuh PM Rafik Hariri juga bernasib tragis. Selain kehilangan jabatan, mereka juga ditahan selama 44 bulan (hampir 4 tahun) tanpa tuduhan resmi apalagi menjalani proses pengadilan.

Dasar penahanan ke-empat jendral tersebut adalah kesaksian Mohamad Zuheir Siddiq di hadapan tim panel penyidik PBB dipimpin oleh Detlev Mehlis. Berdasar kesaksian tersebut --- kemudian terbukti palsu, Muhammad Zuheir sendiri kemudian meninggalkan Lebanon dan tinggal di pengasingan --- penyidik PBB meminta pengadilan Lebanon menahan ke-empat jendral. Namun setelah empat tahun tidak ditemukan bukti apapun, keempatnya akhirnya dibebaskan tgal 29 April lalu.

Penahanan empat jendral tersebut ditambah aksi diam membisunya pemerintahan PM Fuad Siniora terhadap aksi invasi Israel atas Lebanon pada tahun 2006 bagaimanapun telah membuat Revolusi Cedar ternoda. Masyarakat dapat melihat jelas sebuah konspirasi jahat di belakang Revolusi Cedar. Dan itu semua akan berdampak pada pemilu legislatif yang sebentar lagi akan dilaksanakan dimana para analis meyakini akan dimenangkan oleh kelompok patriot.

Anti-Semit yang Tidak Pernah Mati

Anti-semit, satu istilah yang diciptakan yahudi atas segala bentuk "penyerangan" terhadap yahudi, rupanya tidak pernah mati meski yahudi telah berhasil memaksakan hal tersebut (anti-semit) sebagai kejahatan di sebagian besar negara-negara di dunia terutama Amerika dan Eropa. Dan tindakan-tindakan anti-semit semakin intens di berbagai belahan dunia terutama setelah aksi serbuan barbar Israel atas Gaza awal tahun ini.

Salah satu aksi anti-semit yang cukup menyolok baru-baru ini terjadi di Spanyol dan menimpa seorang pejabat tinggi Israel (dubes) di negara itu, Rafi Shotz. Sebagaimana diberitakan koran Israel Haaretz baru-baru ini Rafi Shotz mengalami tindakan anti-semit setelah menyaksikan pertandingan sepakbola antara Real Madrid melawan Barcelona di stadion Stadion Bernabeu tgl 2 Mei lalu.

Saat itu Shotz dan rombongannya, dengan dikawal beberapa polisi lokal, memilih berjalan kaki menuju rumah mereka yang tidak terlalu jauh stadion. Saat itu tiga orang pemilik sebuah klub yang mengenali Shotz dari siaran televisi sebelumnya memaki Shotz dengan kata-kata kotor seperti "yahudi anjing", "yahudi kotor" dan kata-kata kotor lainnya yang tidak pantas dituliskan. Orang-orang di sekeliling mereka hanya diam saat penghinaan tersebut terjadi dan Shotz tetap meneruskan perjalannya, sementara ketiga orang Spanyol tersebut ditangkap oleh polisi pengawal Shotz.

Dalam laporannya via faksimile kepada menlu Israel dengan judul "Anti-Semit - kesaksian pribadi" Shotz mengatakan, "ini adalah insiden yang sangat memelukan, satu jenis kejahatan yang sering terdengar atau tertulis di surat-surat kabar, namun mengalami sendiri kekuatan kejahatan dan anti-semit adalah sangat sulit dan sangat malukai perasaan."

Menanggapi insiden tersebut Dubes Spanyol di Israel Alvaro Iranzo mengatakan kepada Haaretz bahwa "polisi Spanyol telah melindungi dubes Israel dan mencegahnya dari kejahatan yang menimpanya."

Spanyol, sebagaimana bangsa-bangsa yang mayoritas penduduknya Katholik, memiliki tradisi anti-semit yang kuat. Spanyol bahkan pernah mengusir seluruh warga yahudi dari negeri Spanyol pada abad XV. Namun secara pelan namun pasti orang-orang yahudi dengan dukungan finansialnya yang luarbiasa berhasil menancapkan kekuasaannya kembali. Mereka bahkan "berjasa" dalam hal membiayai ekspedisi-ekspedisi kapal Spanyol mencari koloni-koloni di berbagai penjuru dunia. Salah satu ekspedisi yang dibiayai oleh orang-orang yahudi adalah ekspedisi Christoporus Columbus "menemukan" benua Amerika.

Tidak ada sesuatupun yang tidak bisa dibisniskan oleh orang-orang yahudi. Mereka yang pertama membisniskan tinja di New York. Mereka pula yang pertama kali membisniskan rokok setelah salah satu anggota ekspedisi Columbus menemukan tambakau (tanaman asli Amerika Selatan) saat itu digunakan sebagai cerutu oleh suku-suku indian dalam upacara-upacara keagamaan.

Wednesday 6 May 2009

PEMBUNUHAN JENDRAL PATTON DAN KEKEJIAN SEKUTU DI JERMAN


Bagi pecinta film klasik tentu pernah melihat film tentang Jendral George S. Patton yang dibintangi oleh aktor George C. Scott. Film tersebut merebut banyak penghargaan, termasuk beberapa penghargaan Oscar untuk beberapa kategori sekaligus tahun 1973 dan selama bertahun-tahun memegang rekor peraih penghargaan Oscar terbanyak.

Yah, tidak berlebihan jika dikatakan Jendral Patton adalah jendral terbaik sepanjang abad 19. Ialah jendral sekutu paling cemerlang yang berhasil mengobrak-abrik pasukan Jerman dari Afrika Utara, Italia, Belgia, Perancis hingga ke jantung pertahanan pasukan Jerman di negerinya sendiri. Namanya harum tertulis di buku-buku sejarah. Namun sedikit yang tahu akhir hidupnya yang tragis: meninggal dunia akibat kecelakaan. Dan jauh lebih lagi yang tahu bahwa kematiannya merupakan hasil sebuah konspirasi jahat untuk mencegah terkuaknya kekejian pasukan sekutu di Jerman.

Salah satu episode perang yang paling brutal selama Perang Dunia II adalah pemboman kota Dresden oleh sekutu pada masa-masa akhir perang. Kota Dresden dipenuh sesaki oleh para pengungsi Jerman yang melarikan diri dari kekejian pasukan komunis Sovyet. Namun tanpa pandang bulu sekutu membombardir habis kota ini. Ini tentu berbeda jauh dengan apa yang dilakukan pasukan Jerman terhadap Inggris. Pada saat ratusan ribu pasukan ekspedisi Inggris terjebak dan terkepung tanpa daya di kota pantai Dunkirk, Perancis, Jerman membiarkan mereka melarikan diri kembali ke Inggris.

Para ahli berbeda pendapat tentang jumlah korban tewas akibat aksi ini. Sebagian sejarahwan mempercayai angka 25.000 hingga 35.000. Novelis yahudi Kurt Vonnegut yang merupakan korban selamat mempercayai korban tewas mencapai 100.000 jiwa. Namun angka 500.000 atau 600.000 korban tewas cukup fair untuk sebuah aksi pemboman brutal terhadap kota yang dipenuhi oleh jutaan pengungsi tersebut.

Angka tersebut belum termasuk korban pemboman atas kota-kota Jerman lainnya, atau sekitar 500.000 warga Jerman yang ditawan Sovyet dan dikirim ke kamp-kamp kerja paksa (Gulag) di Siberia dan tidak pernah kembali. Angka tersebut juga belum termasuk sekitar 5 juta warga sipil Jerman yang mati kelaparan akibat perang dan 1 juta tentara Jerman yang dibiarkan mati di kamp-kamp tawanan perang yang terbuka tanpa atap.

Semua kekejian tersebut dikomandoi oleh Presiden FD Rossevelt dan seorang menteri berdarah yahudi yang diberi wewenang mengurusi urusan perang, Morgenthau dengan "kebijakan"-nya yang terkenal, Morgenthau Plan.

Kekejian yang luar biasa ini mencapai tingkat dimana bahkan beberapa orang Amerika sendiri muak terhadapnya dan berusaha menghentikannya. Di antara mereka yang menentang adalah Kolonel Lindbergh, putra pionir penerbangan Charles Lindberg yang terkenal. Dalam sebuah testimoni Kolonel Lindberg menulis bagaimana tentara Amerika diperintahkan untuk membakar sisa makanan untuk membuat orang-orang Jerman yang biasa mengais sisa-sisa makanan mereka, tetap kelaparan. Perintah ini sangat keras dengan hukuman penjara bagi mereka yang melanggar.

Kolonel Lindberg juga menulis: "Di negeri kita (Amerika) media massa menulis tentang bagaimana kita "membebaskan" rakyat Jerman. Di sini (Jerman), tentara kita menggunakan kata "membebaskan" dalam bentuk penjarahan. Semua yang mereka dapatkan dari rumah-rumah orang Jerman, semua yang mereka rampas dari orang-orang Jerman adalah "membebaskan". Kamera, makanan, barang-barang seni, pakaian, semuanya "dibebaskan". Seorang tentara yang memperkosa wanita Jerman juga dikatakan telah "membebaskan"-nya."

Figur lainnya yang menentang "kebijakan" Amerika di Jerman adalah Jendral Patton. Ia segera terlibat "perkelahian" dengan jendral salon yang menjadi komandan tertinggi pasukan sekutu, Eisenhower. Akibat perselisihan tersebut maka Jendral Patton diturunkan jabatannya dari panglima Tentara ke-III Amerika, menjadi komandan satuan pasukan yang lebih kecil. Tidak hanya itu, "penguasa belakang layar" juga memerintahkan pembunuhan terhadapnya setelah ia mengancam akan membuka kebusukan sekutu di Jerman kepada rakyat Amerika begitu kembali ke tanah air. Sebaliknya bagi Eisenhower, ia kemudian diberi hadiah menjadi presiden Amerika.

Pada tgl 13 Oktober 1945 Patton mengalami kecelakaan lalu-lintas setelah mobilnya ditabrak oleh sebuah truk militer. Ia segera dibawa ke rumah sakit akibat luka-luka yang dialaminya. Luka-lukanya cukup parah, namun tidak mengancam nyawanya. Namun beberapa hari kemudian, setelah dirawat di ruang isolasi, ia dinyatakan meninggal akibat serangan jantung (motif klise dalam kasus pembunuhan konspirasi).

Kematian Patton sangat mengejutkan orang-orang dekatnya. Pasalnya ia sempat mengatakan akan segera kembali ke Amerika untuk membuka kebusukan pasukan Amerika di Jerman ke publik. Namun ia harus berhadapan dengan kekuatan rahasia yang sangat besar dan ia tidak memiliki cukup waktu.

Para pemimpin sekutu dalam pertemuan di Yalta telah bersepakat membiarkan pasukan Sovyet memasuki Berlin terlebih dahulu. Namun Patton yang tidak ingin vandalisme pasukan Sovyet terjadi di Berlin berusaha memasuki Berlin terlebih dahulu sehingga Jendral Eisenhower harus berusaha sekuat tenaga menghambat gerakan pasukan Patton. Sebelumnya Patton juga dihambat memasuki Praha oleh Eisenhower sehingga kota ini jatuh ke tangan Sovyet dan memungkinkan Sovyet menguasai Eropa Timur paska perang.

Di atas itu semua Patton menuduh Eisenhower mencegahnya untuk menguasai wilayah yang disebut Falaise Gap pada musim semi 1944, sehingga ratusan ribu pasukan Jerman dapat menyelamatkan diri untuk bertempur kembali dalam satu episode perang yang terkenal, "Battle of Bulge" yang menelan ribuan nyawa pasukan Amerika.

Permusuhan yang dilakukan Eisenhower dan "penguasa belakang layar" terhadap Jendral Patton membuatnya merasa khawatir dengan keselamatan jiwanya. Ia khawatir karena reputasinya yang besar dapat menggagalkan rencana besar para "penguasa belakang layar" sehingga mereka akan berusaha sekuat mungkin menghabisi nyawanya.

Sebelum kematian misteriusnya, Patton telah beberapa kali mengalami "kecelakaan". Pertama adalah penembakan pesawatnya oleh pesawat tempur Inggris yang dipiloti oleh orang Polandia tgl 21 April 1945. Ia selamat meski pesawatnya terpaksa melakukan pendaratan darurat. Kemudian pada tgl 3 Mei 1945 jeep-nya ditabrak oleh pedati yang membuatnya menderita luka-luka.

Selama bertahun-tahun kematian Patton menimbulkan spekulasi tentang kejahatan konspirasi. Namun spekulasi tersebut terpecahkan dan berubah menjadi sebuah fakta setelah adanya pengakuan seorang "eksekutor" yang mengaku menjadi salah seorang pelaku pembunuhan atas diri Jendral Patton.

Sang eksekutor, lagi-lagi seorang yahudi, bernama Douglas Bazata, anggota OSS (Office of Strategic Services) atau dinas inteligen militer yang kemudian berubah menjadi CIA. Pada tgl 25 September 1979 di Hotel Hilton Washington, Bazata yang seorang yahudi kelahiran Lebanon membuat pengkuan mengejutkan di hadapan 450 undangan para mantan petinggi OSS.

"Karena alasan-alasan politik, beberapa pejabat tinggi membenci Patton. Saya tahu siapa yang telah membunuhnya, karena saya adalah salah satu orang yang dibayar untuk melakukan pembunuhan itu. Sembilan ribu dollar. Jendral William Donovan sendiri, direktur OSS, mempercayakan misi tersebut kepada saya. Saya menyiapkan skenario kecelakaan. Namun karena ia tidak tewas karena kecelakaan tersebut, ia ditempatkan di ruang isolasi rumah sakit dimana ia dibunuh dengan suntikan."

Kematian Patton berhasil membungkam para patriot yang sebelumnya berniat hendak melawan para "penguasa belakang layar". Semua pengakuan tersebut terdokumentasi dalam buku sejarah karya Robert Wilcox berjudul "Target Patton". Adapun Bazata sendiri meninggal tahun 1999.

Selama dan setelah perang, Bazata menjalani hidup yang luar biasa menarik. Ia adalah anggota Jedburghs, parukan para elit yang diterjunkan ke Perancis sebelum pendaratan amphibi besar-besaran pasukan sekutu di Perancis tahun 1944. Ia mendapatkan penghargaan berupa empat medali Purple Heart, sebuah medali Distinguished Service Cross dan tiga medali French Croix de Guerre dari pemerintah Perancis.

Setelah perang ia menjadi artis selebritis yang memiliki kedekatan dengan Ratu Grace dari Monaco dan Duke serta Duchess of Windsor dari Inggris. Ia berteman dengan pelukis besar Salvador Dali yang melukis dirinya dengan kostum Don Quixote. Ia mengakhiri kariernya sebagai penasihat Kastaf AL semasa Presiden AS Ronald Reagan, Laksamana John Lehman, anggota Komisi 9 September (komisi penyidik tragedi WTC th 2001 bentukan pemerintah), serta penasihat senator John McCain.

Charles Province, pimpinan George S. Patton Historical Society, kepada Wilcox mengatakan, "Ada banyak orang yang bergembira dengan kematian Patton. Ia (Patton) bermaksud akan membuka pintu kebenaran yang disembunyikan oleh mereka."

100 Hari Pemerintahan Obama yang Mengecewakan


Suatu pagi pada tanggal 27 April lalu pesawat kepresidenan Amerika jenis Boeing 747 yang diikuti dua pesawat tempur pengawal jenis F-16 terbang rendah di atas kota New York (mungkin Obama tengah menghibur keluarganya dari Kenya dan Indonesia). Selama satu setengah jam ketiga pesawat ini berputar-putar di atas New York hingga menimbulkan kepanikan masyarakat yang masih trauma dengan Tragedi World Trade Zone (WTC) tahun 2001.

Seluruh warga kota, termasuk walikota Michael Bloolberg marah dengan tindakan tersebut. Obama tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan orang dan untuk tiap jam penerbangan pesawat kepresidenan, rakyat Amerika harus membayar pajak senilai $60.000 (setara lebih dari Rp600 juta).

Itu adalah satu episode dimana rakyat Amerika akhirnya kecewa dengan presiden pilihannya, yang oleh media massa digadang-gadang sebagai "Messsiah yang Ditunggu-tunggu" yang dapat menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Baru-baru ini salah satu stasion televisi besar Amerika, MSNBC, menyelenggarkan pooling secara online mengenai kinerja presiden Obmama selama 100 hari pertama pemerintahannya. Secara mengejutkan, dibanding tingkat penerimaan masyarakat yang tinggi terhadap Obama pada masa kampanye, masyarakat memberikan nilai rendah terhadap Obama. Dari 2,7 juta responden online yang mengikuti pooling tersebut sebagian besar atau 40% memberikan nilai F (sangat buruk) dan 13% memberkan nilai buruk (D). Angka itu lebih tinggi dari mereka yang memberikan nilai B (baik) sebanyak 6,8% atau A (sangat baik) sebanyak 35%.

Dan ketika angka yang memberikan nilai F semakin banyak, MSNBC menghentikan pooling untuk tidak semakin memalukan Barak Obama dan para pendukungnya termasuk MSNBC sendiri yang selama kampanye begitu gencar mendukung Obama. Sebagaimana kebiasaan kaum liberal, jika tidak bisa menang lakukanlah kecurangan atau bersilat lidahlah.

Lalu apa sebenarnya yang telah dilakukan Obama selama 100 hari pemerintahannya selain membuat ketakutan warga kota New York dengan aksi akrobat pesawatnya? Yah, ia meneruskan program tidak populer pemberian dana talangan dan stimulus yang mengalir ke kantong-kantong perusahaan keuangan Wall Street tanpa memberikan pengaruh kepada kehidupan rakyat jelata. Di sisi lain rakyat yang kehilangan pekerjaan dan kehilangan rumahnya karena tidak sanggup membayar cicilan mortgage semakin bertambah sehingga fenomena "kota tenda" atau perkampungan orang-orang yang tinggal di dalam tenda karena kehilangan rumah, semakin besar.

Selama tiga bulan pertama tahun 2009 ini sebanyak 800.000 orang telah kehilangan rumahnya. Sepanjang tahun 2009 angka pengangguran bertambah sebanyak 2,5 juta orang dengan tingkat PHK mencapai lebih dari 600.000 per-bulan.

Kesalahan paling bodoh pendahulu Obama, George W Bush selain Perang Irak adalah mendorong pemberian kredit perumahan murah kepada kalangan minoritas yang kemudian justru menjadi pangkal terjadinya krisis subprime mortgage yang berujung pada krisis keuangan global. Namun kebijakan ini justru diteruskan oleh Obama dengan tindakannya mengajukan tuntutan kepada bank-bank untuk memberikan kredit sub-prime mortgage kepada kalangan minoritas.

Obama berpendapat bahwa pemerintah harus memberikan talangan kepada para kreditor sub-prime sehingga para penerima kredit mortgage bisa mendapatkan rumahnya tanpa pembayaran down payment, untuk rumah mewah seharga hingga $500.000 sementara kebanyakan rakyat Amerika pembayar pajak tinggal di rumah-rumah yang jauh lebih sederhana. Banyak dari para penerima subsidi kredit sub-primsube tersebut yang kemudian tidak dapat meneruskan pembayaran kredit, namun oleh ACORN (LSM pembela kulit hitam) terus didorong untuk tetap menempati rumahnya.

Dan terakhir adalah wabah flu burung yang merebak di Mexico dan merembes ke Amerika karena kelemahan kontrol perbatasan.

Apa yang dilakukan Obama tampak bersalahan semuanya. Selain pemberian talangan dan stimulus kepada sektor keuangan, kunjungan muhibah ke beberapa negara luar negeri yang mahal juga tidak matching dengan penderitaan rakyatnya. Jika saja dana stimulus senilai $787 miliar yang dikeluarkannya untuk sektor keuangan dialihkan untuk rakyat, jumlah itu bisa menghidupi puluhan juta orang yang kehilangan pekerjaan selama beberapa tahun sehingga mereka tidak harus kehilangan rumahnya dan tinggal di tenda-tenda kumuh di pinggir kota sebagaimana gelandangan di negara-negara miskin.

Seandainya saja orang-orang yang tinggal di "kota-kota tenda" memiliki akses untuk mengikuti pooling MSNBC, prosentase mereka yang memberi nilai F atas kinerja Obama pasti jauh lebih tinggi.