Tuesday 27 August 2013

RUSIA, IRAN PERINGATKAN AMERIKA TENTANG SYRIA

Hari Minggu lalu (25/8) militer Iran mengingatkan Amerika untuk tidak "bermain api" di Syria dengan melakukan intervensi militer dengan menggunakan alasan isu senjata kimia.

"Jika Amerika melintasi garis merah, akan ada konsekuensi buruk bagi mereka," kata Deputi Kastaf Gabungan Massoud Jazayeri kepada pers, menyusul pernyataan menhan Amerika Chuck Hagel sehari sebelumnya bahwa Amerika telah mengerahkan kapal-kapal perangnya mendekati Syria. Peringatan tersebut merupakan yang kesekian kalinya dilakukan pejabat-pejabat Iran sehubungan rencana intervensi militer Amerika dan sekutu-sekutunya di Syria. Awal tahun lalu Jazayeri dengan tegas mengatakan bahwa "Iran akan menyerang siapapun yang berani menyerang Syria"

Kemudian peringatan "lebih serius" pun diberikan oleh pemerintah Rusia kepada Amerika terkait rencana intervensi Amerika yang ramai diwacanakan media massa akhir-akhir ini. "Serius" di sini karena Rusia merupakan negara yang bisa mengimbangi kekuatan militer Amerika dan dalam konflik Syria berada pada posisi berseberangan dengan Amerika. Keterlibatan Rusia secara langsung dalam konflik akan menghalangi keinginan Amerika dan zionis internasional untuk menghancurkan kekuatan "Perlawanan" anti-Israel yang ditulangpunggungi oleh Syria dan Iran.

Pada hari Senin (26/8) menlu Rusia Sergei Lavrov menelpon menlu Amerika John Kerry untuk mengingatkan tentang "konsekuensi sangat serius" atas rencana intervensi militer Amerika di Syria. Menurut Lavrov Rusia sangat prihatin dengan pernyataan-pernyataan para pejabat Amerika tentang kesiapan intervensi atas Syria. Lavrov menuduh sekelompok pejabat Amerika tengah berupaya merealisasikan aksi militer atas Syria dengan mengabaikan DK PBB serta kesepakatan bersama Amerika-Rusia untuk mengorganisir konperensi Geneva II untuk menyelesaikan konflik Syria.

Lavrov mendesak Kerry untuk "menahan diri dari upaya penggunaan militer terhadap Syria dan tidak melakukan langkah-langkah provokasi".


BUNUH DIRI

Sementara itu terkait rencana intervensi militer Amerika, analis politik-militer Amerika Webster Griffin Tarpley menyebut tindakan tersebut sebagai "bunuh diri" mengingat bahwa kondisi di Syria saat ini sangat berbeda dengan kondisi di tempat-tempat lain yang pernah diserang Amerika dan sekutu-sekutunya seperti Irak.

"Perbedaannya sekarang adalah adanya Rusia di pihak Syria .... dan keberadaan Iran dan kekuatan-kekuatan lainnya," kata Tarpley dalam wawancara dengan televisi Iran, Sabtu (24/8).

Menurut Tarpley, isu senjata kimia yang kini dilancarkan barat merupakan upaya untuk mencegah kekalahan telak para pemberontak di medan pertempuran.

“Tanpa intervensi Amerika, mereka hancur," kata Tarpley.

Pendapat Tarpley bukan bualan semata. Rusia sangat serius untuk membela sekutunya itu dari keruntuhan dan berubah menjadi sekutu Amerika yang bakal semakin mengucilkan Rusia. Selain mengaktifkan kembali Armada Laut Mediterania untuk mendukung Syria, Rusia juga diketahui telah menggelontorkan berbagai senjata canggihnya ke Syria, termasuk sistem pertahanan udara S-300 dan rudal-rudal anti-kapal "Yakhount".

Turki dan Israel telah merasakan keampuhan senjata-senjata itu setelah pesawat-pesawat tempurnya ditembak jatuh (Turki dengan F-5 Eagle-nya dan Israel dengan F-16 Fighting Falcon-nya). Dengan kemampuannya, S-300 secara efektif bahkan bisa menjadikan Israel dan negara-negara sekitar Syria sebagai zona larangan terbang karena tidak ada satu pesawat terbang pun yang aman dari terkamannya, bahkan yang baru tinggal landas sekalipun.

Pada awal Juli lalu, sebagai reaksi atas tenggelamnya kapal selam Israel oleh torpedo buatan Rusia milik Syria yang diluncurkan dari helikopter, Israel melakukan serangan micro-nuklir terhadap gudang senjata Syria yang diduga menyimpan sejumlah besar rudal "Yakhount". Namun gudang tersebut ternyata adalah sasaran "bohong", karena Syria hanya menyimpan rudal-rudal tiruan di tempat itu.

Setelah Rusia, pendukung Syria yang bakal menjadikan aksi militer Amerika sebagai aksi bunuh diri tentu saja adalah Iran.



REF:
"Potential US military intervention in Syria suicidal: Analyst"; Press TV; 25 Agustus 2013

1 comment:

Pencinta Ahlul Bait said...

mungkin amerika mau menguji keberanian rusia yang selama ini rusia tak pernah tegas lawan amerika dan nato kalo rusia tegas membela syiria amerika kena batunya kalah paling tidak membuat kapok yang penting rusia harus tegas terhadap turki bila perlu turki terlibat tembak pesawat turky dari wilayah rusia tentu turky harus tahu dan jangan besar kepala jelas ini langkah pertama amerika cs kalo syria tak tegas meresponnya hanya menangkis tak membalas tentu wibawa syria masih kalah dengan hisbullah jelas israil lebih takut terhadap hisbullah ketimbang dengan syria karena selama ini di serang jarang membalas.kalo israil biasanya kalo tak membalas mereka terus menyerang tapi kalo balasannya setimpal mereka pasti pikir pikir kalo untuk menyerang .amerika kini sudah mulai kehilangan pamornya di timur tengah karena sudah 2 kali kalah di irak dan afganistan sudah saatnya . ini sebenarnya perang menentukan .dan ujian bagi kewibawaan rusia dan iran . yang perlu tegas tak hanya ke pada israil tetapi juga turky . untuk tidak terjadi kegoncangan dan fitnah sektarian terhadap islam rusia yang harus turun tangan dan memberangus turky dan saudi .biar amerika dan sekutunya berurusan dengan iran.mungkin ini lebih cocok .