Monday 27 February 2017

Selamat Tinggal Iran, I Love Indonesia (2)

Indonesian Free Press -- Ketika Brendon O'Connell masuk Iran sebagai pencari suaka pada November 2016 lalu, ia menyangka akan masuk ke dalam surganya para pejuang anti-zionisme Israel. Namun, ia kecewa setelah mengetahui bahwa Iran bukanlah negara yang didambakannya. Ia bahkan mendapatkan kesan bahwa permusuhan antara Iran dan Israel hanya sandiwara.

Awalnya, dengan percaya diri ia meminta kepada Iran untuk memberinya kantor dengan tiga orang staff dan peralatan internet kecepatan tinggi, dan ia bersedia menghabiskan hidupnya menjadi 'cyber army' untuk Iran melawan Israel. Namun, bukannya memenuhi permintaannya, Iran justru sengaja membuatnya tidak betah untuk tinggal di Iran hingga akhirnya ia pun meninggalkan Iran sebulan kemudian.

"Iran has blocked all my VPN's and I am asking them for $4000 to leave. I want nothing more to do with them. They are also preventing me from sending any pictures from my phone via email or whatsapp etc. They were pissed about that innocuous article I wrote about Iranian innocence. I told them too fucking bad. What I have written I have written. I don't want anything to do with them either. 

It has been a debacle since I got here. They have shoved me from pillar to post. Just as I was happy, I would get shunted somewhere else. All Iranians can do is complain to me," demikian kicauan Brendan di Twitter seperti dikutip blog Henry Makow, Ph.D.

Brendan juga melihat banyak paradoks Iran sebagai negara anti-zionisme. Salah satunya adalah kelompok orang-orang yahudi yang justru menjadi kelompok elit ekonomi di Iran. Selain itu, yang paling mengejutkannya adalah fakta bahwa media terbesar Iran, Press TV, justru menyewa satelit milik Israel.

"I am seriously thinking of going back. I am over this whole middle east conflict. I am beginning to think they deserve each other. I don't even think Iran wants Israel to go away. I think they need each other," tambah Brendan.

Maka, pikiran saya pun kembali ke masa-masa awal Revolusi Iran yang pecah pada tahun 1979. Fakta yang tidak banyak diketahui publik adalah dukungan Amerika pada revolusi Iran dan bahwa pemimpin revolusi Iran, Ayatollah Khomeini, mengirim surat kepada presiden Amerika untuk tidak campur tangan dengan melakukan intervensi militer ke Iran dan menggagalkan revolusi. Itulah sebabnya militer Iran hanya setengah hati membela regim Shah Pahlevi dan memadamkan revolusi.

Namun, skandal terbesar Amerika-Iran terjadi pada bulan Oktober 1980 atau yang kemudian dikenal dengan nama 'The October Sunrise Scandal'. Kala itu Direktur CIA George W Bush melakukan pertemuan rahasia di Paris dengan wakil Khomeini, Hashemi Rafsanjani. Dalam pertemuan itu Bush setuju untuk membantu persenjataan Iran, meski hal itu melanggar undang-undang Amerika. Sebagai imbalannya, Iran setuju untuk menunda pembebasan sandera Amerika di Kedubes Amerika di Teheran. Untuk mengelabuhi pers, Bush kembali ke Amerika dengan menggunakan pesawat tercepat di dunia, SR-71 Blackbird.

Misi itu sukses membuat popularitas Presiden Jimmy Carter merosot dan memberikan peluang pesaingnya, Ronald Reagan yang tidak lain adalah sekutu Bush, memenangkan pilpres Amerika yang digelar tahun itu.

Skenario itu berjalan mulus. Reagan menang dan menggandeng Bush sebagai Wakil Presiden. Bush sendiri bahkan kemudian menjadi Presiden Amerika pada tahun 1989-1993. Sementara Rafsanjani menjadi Presiden Iran dan sekaligus menjadi salah satu manusia terkaya di Iran.

Kini saya tahu mengapa dalam Perang Iran-Irak, Irak merudal kapal perang Amerika USS Stark dan menewaskan 37 pelaut Amerika. Padahal Amerika adalah pendukung Irak dalam perang tersebut. Jawabannya adalah bahwa Irak akhirya mengetahui bahwa Amerika melakukan selingkuh dengan Iran dan hal itu membuat Irak marah. Saya juga tahu, mengapa pemerintah Iran 'cuek-cuek' saja meski mengetahui bahwa agen-agen mereka di Indonesia menjadi agen ganda untuk zionis dengan menjadi aktifis gerakan Islam Liberal pendukung Jokowi-Ahok.(ca)


Bersambung.

1 comment:

Anonymous said...

Blog yg terlalu tendensius selamat tinggal bung cahyono mohon maaf pemikiran anda sangat jauh melenceng dan anda sudah bagian dari provokator selamat datang indoNesia yg damai tanpa mendukung Ahok dan Jokowi dan tak mendukung Prabowo kalo sudah tarik menarik ramalan kanjeng joyoboyo hampir berjalan wong jowo tinggal separuh wong Cino Ilak ilung ....Anda sudah tidak menyejukkan hati lagi