Thursday 8 June 2017

Ahok, Kisah Cinta dan Kekalahan yang Dilanjutkan (Bagian I)

* Anis Che Hab

Indonesian Free Press -- Pandangan blog ini tentang orang-orang Syiah pendukung Ahok simpel-simpel saja. Mereka adalah orang-orang bodoh atau munafik.

-----------------------
Saya pendukung Habib Rizq. Tolong “dicatet” sejak awal baca. Dan saya ingin menulis perasaan saya sebagai manusia bebas. Tanpa ditakuti-takuti dengan embel-embel Pancasila, kebhinekaan, NKRI apalagi Islam ekstrim atau radikal segala.
Saya gak mau menghina-hina Ahok dan berprasangka. Biarkan Ahok tenang di dalam hotel prodeo. Saya cuma gerah dengan pendukungnya dan mungkin pendukung pemerintah terutama dari komunitas yang dekat dengan saya dan kekalahan mereka yang terus berbuntut panjang tanpa mau berkaca dan menilai diri.
Harap diperhatikan, kalau Islam Habib Rizieq dan saya serta pendukung bela Islam dan nenek moyangnya dari sononya rasis, anti Pancasila apalagi gak suka NKRI, yakin deh dari dulu Indonesia sudah bubar dan terpecah belah. Kami meski gak dukung Ahok juga Pancasilais tapi gak pake pamer dan gembar-gembor politik.

Siapa yang bilang kami gak cinta Indonesia. Siapa bilang kami anti Cina dan Kristen. Siapa yang bilang kami Islam ekstrim dan mau membubarkan Indonesia dengan khilafah. Enggak segitunya kali. Tolong dipilah-pilah deh jangan gebyah uyah. Itu ketakutan yang dibuat-buat banget.
Saya juga habib dan dari komunitas Islam pecinta Rasulullah, keturunannya dan sahabatnya yang setia. Saya juga pernah turut serta membela rakyat tertindas bersama almarhum Munir yang saya hormati. Boleh dong saya bersuara terutama kepada para pecinta Ahok yang luar biasa kecintaannya sampai-sampai kelewat romantis dan membuat saya curiga sebenarnya kalian cinta Ahok beneran atau cuma dalih untuk karenan gengsi akibat terlampau mencintai pikiran dan keinginan kalian sendiri.
Saya mau bertanya neh. Harap jawab dengan jujur. Jauh sebelum bela Islam, jauh sebelum Anies Baswedan jadi gubernur, jauh sebelum stigma gerakan Islam garis keras, takfiri, dll, kalian sudah jatuh cinta kan dengan Ahok.
Jatuh cinta sih bukan masalah, silakan saja. Tapi gak usahlah bilang kalian mendukung Ahok untuk semata-mata melawan Islam garis keras dan takfiri. Kalian mendukung Ahok dasarnya karena alasan lain kok apapun itu.
Karena kalaupun bukan Anies, dan lawan Ahok ternyata orang lain dan sama sekali berbeda dari Anies, kalian pasti akan tetap dukung Ahok dengan kecintaan yang dalam bersama kecintaan para kelas menengah, seleb dan media pendukung Ahok. Dalil mencintai Ahok karena menegakkan kebhinekaan dan urusan melawan takfiri dan kaum intoleran sungguh dalil yang basi. Cinta sudah terbit duluan, sisanya cuma bunga-bunga yang dikembangkan.
Begini maksudnya. Habib Rizieq setahu saya gak pernah bilang kalian kafir dan memusuhi kalian, bahkan sebaliknya mengajak umat Islam bersatu dari manapun mazhabnya, tapi kalian tetap aja ngotot, yakin banget menghakimi bahwa Habib Rizieq garis keras, musuh kalian dan gerombolan takfiri.
Sementara Ahok sebagai politisi terang-terangan bilang dia gak mau Islam yang aneh-aneh dengan menyebut seperti Syiah dan Wahabi. Sekonyong-konyong kalian bilang dengan nada menghaluskan dan membela Ahok, bahwa itu karena Ahok gak ngerti. Bukan maksudnya ngomong gitu. Saya heran. Kok kalian susah banget bersikap seimbang dan kritis.
Kalian dengan nyinyir menyebut gerakan bela Islam Habib Rizieq dan kemenangan Anies-Sandi sebagai kebangkitan Orba rasa syariah dan kemenangan fasis berjubah. Padahal mereka berdua belum juga menjalankan pemerintahan. Sabar dikit dong.
Sementara itu kalian justru bungkam bahkan membela-bela tatkala Ahok menggusur warga di puluhan titik di Jakarta menggunakan aparat bersenjata dan buldozer masuk ke kampung-kampung. Ahok juga menutup dialog dengan warga bahkan menuduh warga sebagai penghuni liar dan bayaran.
Gak berhenti di situ. Kalian menilai pengadilan terhadap Ahok adalah peradilan sesat dan habis-habisan mencerca aparat penegak hukum. Padahal di tempat lain kalian selalu berbicara agar menghormati hukum.
Tapi herannya tatkala Habib Rizieq dikriminalisasi, dan dijadikan tersangka, kalian memuji-muji hukum dan aparatnya seolah tanpa cela dan lupa dengan omongan kalian sebelumnya.
Asal kalian tahu, siapa sih yang menyebarkan percakapan yang dianggap pornografi itu? Siapa ya sebenarnya. Lalu darimana kalian yakin dengan menuduh bahwa telah terjadi zina dan asusila? Mengembangkan desas-desus tuduhan tentang sesuatu yang kalian anggap zina, justru lebih tidak bermoral daripada kemungkinan zina itu sendiri. Saya pastikan, Habib Rizieq tidak akan jatuh lewat aib yang kalian besar-besarkan.
Saya merasa kalian perlu belajar dari ketakutan dan keinginan di kepala kalian sendiri. Sudah-sudahlah gembar-gembor soal Pancasila dan kebhinekaan. Kami bukan tak mengimani Pancasila, kami justru kecewa dan mau protes kenapa hidup semakin susah dan timpang sementara orang kaya semakin kaya dan diberi pelayanan macem-macem.
Kami bukan gak percaya Pancasila, justru kita mempertanyakan praktiknya. Kenapa hidup semakin gak adil. Kenapa hukum tidak ditegakkan kepada mereka yang jelas-jelas ditindas. Tolonglah, jangan jual-jual slogan soal kebhinekaan, Pancasila dan NKRI, barang itu terbukti gak laku dan sudak kalah. Kini waktunya membuktikan beneran dan sungguh-sungguh butir-butir Pancasila tanpa slogan.
Kita sama-sama tahu, Ahok sudah diberi kesempatan lewat demonstrasi lilin oleh para pendukungnya di pelbagai kota untuk maju menjadi martir melawan pasal penodaan agama yang kalian anggap pasal karet demi kepentingan publik. Tapi Ahok memilih untuk diam dan sudah. Apapun itu alasannya. Kenapa kalian justru berisik sekali gembar-gembor slogan dan melanjutkan barang basi yang sudah jelas mengandung kekalahan. Mohon berpikirlah dengan lebih jujur. Ini soal pertempuran politik yang biasa-biasa saja, jangan terlalu serius ah seolah barang sakral.


( Anis Che Hab, pecinta Habib Rizieq shahab dan NKRI yang pancasilais )



Dicopas dari status Facebook
A Uwais Alatas

No comments: