Wednesday 18 September 2019

Amerika Bakal Serang Iran dgn 100 Bom Nuklir Bulan Ini?

Indonesian Free Press -- Pada tanggal 8 Juni David Goldberg, orang yang membongkar rencana Amerika menyerang Iran ditemukan tewas secara misterius di apartemennya di New York. Seperti dilaporkan Veterans Today, 17 Juni lalu, kematian tersebut diduga kuat berkaitan dengan aksi Goldberg membongkar rencana Amerika untuk menyerang Iran pada musim gugur tahun ini (September s/d November). 

Pada bulan April Goldberg merilis video di Youtube yang berisi informasi mengenai rencana Amerika menyerang Iran pada  musim gugur tahun ini. Serangan tersebut dimulai dengan operasi 'False Flag' yang melibatkan 'kapal-kapal di Selat Hormuz', kata Goldberg. Hanya seminggu setelah kematian Goldberg terjadi insiden serangan terhadap kapal kargo Saudi Arabia yang langsung dituduhkan sebagai serangan Iran. 


Sejak itu ketegangan pun berlangsung antara Iran dengan Amerika dan sekutu-sekutu terdekatnya: penangkapan kapal Iran oleh Inggris dan dibalas Iran dengan aksi serupa dan juga insiden penembakan drone-drone Amerika oleh Iran. Menyusul penembakan drone Amerika Presiden Donald Trump bahkan mengkonfirmasi nyaris memberi perintah serangan ke Iran yang dibatalkannya di detik-detik terakhir. 

Menurut sahabat Goldberg, yang bersangkutan menyimpan sejumlah dokumen penting yang diduga kuat menjadi penyebab kematiannya. 

"Dokumen-dokumen tersebut berkaitan dengan memo-memo di Gedung Putih berkaitan dengan pertemuan-pertemuan Donald Trump dengan sepasang rabbi (pemuka yahudi) New York," tulis Veterans Today mengutip pernyataan sahabat Goldberg yang tidak disebutkan identitasnya.

Kedua rabbi tersebut diduga kuat memiliki pengaruh sangat kuat sehingga Trump tidak bisa mengelak untuk menemui mereka. Dari pertemuan-pertemuan inilah kemudian keputusan untuk menyerang Iran ditetapkan.

Selanjutnya, sebagaimana juga dilansir situs Government Slaves tanggal 18 April lalu, Donald Trump dan para pembantu dekatnya telah membuat rencana matang serangan terhadap Iran. Serangan mencakup penggunaan 100 rudal nuklir taktis untuk melumpuhkan kekuatan militer Iran sebelum dilakukan pendaratan 120.000 pasukan darat.

Menurut rencana ini korban yang terjadi akibat perang mencapai 2,5 kali korban Perang Irak ketika Amerika dan sekutu-sekutunya menginvasi Irak tahun 2003. Antara 1 sampai 2 juta rakyat Iran diperkirakan bakal menjadi korban dan jumlah personil militer Amerika yang tewas diperkirakan 5.000 orang. Serangan diawali dengan operasi 'bendera palsu' di Teluk Parsi. Dalam perang kali ini Amerika akan didukung oleh Inggris, Perancis, Kanada, Israel dan Saudi.


Iran: Amerika Ketakutan
Sementara itu Kastaf AB Iran Mayjend Mohammad Hossein Baqeri menyebut bahwa Amerika tidak berani menyerang Iran karena khawatir dengan balasan Iran.

"Pada hari ditembak jatuhnya drone Amerika (tgl 20 Juni, oleh Iran), Presiden Amerika hampir memerintahkan serangan ke Iran," kata Baqeri.

Keputusan itu dibatalkan beberapa menit sebelum rencana tersebut dijalankan setelah Presiden Trump mendapat masukan dari para jendralnya tentang akibat serangan tersebut. 

"Mereka (para pejabat militer dan inteligen) berbicara dengan Trump selama 2 sampai 3 jam dan menjelaskan kepada Trump bahwa mereka tidak bisa menyerang Iran," tambahnya.

Donald Trump sendiri akhirnya mengakui kepada pers bahwa ia telah memerintahkan militer Amerika bersiaga untuk menyerang Iran. Namun ia membatalkannya 10 menit sebelum dimulainya serangan karena khawatir dengan korban yang terjadi di pihak Iran.

Di sisi lain komandan AU Iran Brigjen Amir Ali Hajizadeh mengatakan bahwa dalam insiden penembakan drone Amerika Juni lalu, Iran juga memiliki kesempatan untuk menembak jatuh pesawat mata-mata P8 Amerika yang diawaki oleh 35 orang. Namun Iran hanya menembak drone untuk memperingatkan Amerika.(ca)

No comments: