Wednesday 27 November 2019

Pejuang Yaman Lancarkan Serangan Besar di Tengah2 Perundingan dengan Saudi

Indonesian Free Press -- Pejuang Yaman melancarkan serangan besar-besaran terhadap pasukan koalisi Saudi Arabia di tengah-tengah perundingan yang digelar kedua pihak. 

Seperti dilansir situs Almanar News, 25 November dengan mengutip keterangan pers jubir militer Yaman Jendral Yehya Sarea, Senin (25 November), pihaknya telah melancarkan serangan rudal ballistik dan drone bersenjata terhadap pangkalan militer pasukan bayaran (mercenaries) di daerah Mocha di pantai barat Yaman.

Jendral Sarea mengungkapkan pihaknya meluncurkan sembilan rudal ballistik dan 20 drone terhadap pangkalan pasukan bayaran yang berasal dari berbagai negara seperti Saudi, Emirat Arab dan Sudan. Sekitar 350 pasukan tewas dan terluka dalam serangan itu, kata Sarea. Selain itu serangan menghancurkan sejumlah peralatan termasuk radar dan kendaraan-kendaraan militer.


Serangan serupa dilancarkan pejuang Yaman bulan September lalu terhadap fasilitas minyak Aramco, melumpuhkan produksi minyak Saudi hingga anjlok lebih dari 50%. Serangan ini memicu Saudi untuk mengakhiri konflik yang dilancarkannya di Yaman. Agresi yang dilancarkan Saudi dan koalisi pimpinannya sejak Maret 2015 telah menghancur-lantakkan Yaman. Selain infrastuktur serangan Saudi telah menewaskan lebih dari 10 ribu warga Yaman, melukai 45.000 orang dan membuat jutaan orang kehilangan rumahnya.

Sementara itu Reuters melaporkan bahwa Saudi mengintensifkan perundingan tidak resmi dengan pejuang Yaman. Perundingan tersebut dimulai akhir September lalu atau beberapa hari setelah para pejuang Yaman melancarkan serangan atas kilang minyak Aramco.

Mengutip keterangan sejumlah sumber militer dan inteligen Saudi yang tidak disebutkan identitasnya laporan itu menyebutkan bahwa 'diskusi tentang finalisasi pakta keamanan bersama berjalan sangat cepat melalui sejumlah jalur', namun Saudi masih memiliki beberapa perhatian khusus tentang keamanan perbatasannya.

Sementara sumber kelompok pejuangYaman membenarkan perundingan tersebut namun menegaskan bahwa 'kesabaran kami tidak banyak'. Di sisi lain utusan khusus PBB untuk Yaman mengatakan diharapkan adanya resolusi perdamaian Yaman pada awal 2020 mendatang.(ca)

No comments: