Tuesday, 3 January 2012

ISU AL QAIDA DI LEBANON SEMAKIN MEMANAS


Lebanon memang ladang subur bagi manusia-manusia pembuat kerusakan untuk menanamkan perpecahan. Dengan kondisi multi-etnis dan multi agama yang kental plus budaya tribalismenya yang tidak kalah kuat sebagaimana bangsa-bangsa Arab lain. Tidak heran jika Lebanon pernah dilanda perang saudara sporadis selama puluhan tahun, plus invasi Israel dan pendudukang pasukan asing yang mambuat eksistensi bangsa Lebanon nyaris punah.

Namun Tuhan masih menghendaki keberadaan bangsa Lebanon dan bahkan dengan tugas khusus: membendung ambisi jahat Israel untuk menduduki sebagian besar wilayah Arab serta membentuk negara Israel Raya dan membangun Kuil Solomon di atas tumpukan tengkorak umat Islam dan Kristen.

Memang tidak mudah, karena di antara bangsa Lebanon sendiri banyak manusia-manusia yang dengan sukarela atau terpaksa bersedia menjadi budak Israel, dari Presiden Gemayel, PM Fuad Siniora maupun PM Saad Hariri. Dan bukan mungkin perdana menteri sekarang, Najib Muqati pun akan terjebak dalam jeratan Israel dan pendukung-pendukungnya. Namun untungnya Lebanon memiliki tokoh-tokoh nasionalis sejati, yang membela mati-matian bangsanya dari penjajahan Israel dan antek-anteknya, dari Sayyed Fadlallah, Sayyed Nasrallah, Nabih Berri (pemimpin-pemimpin Shiah), Michael Aoun, Suleiman Franjieh (pemimpin-pemimpin Kristen, mantan Presiden Lebanon), hingga keluarga Jumblatt (pemimpin Druze) dll.

Hingga kini peta politik Lebanon masih dikuasai oleh tarik menarik kepentingan kelompok-kelompok anti-Israel yang didukung Syria dan Iran (Perlawanan atau Resistance) melawan kelompok-kelompok pro-Amerika/Isral/Saudi Wahabiah. Dan setelah isu pengadilan internasional untuk kasus pembunuhan mantan perdana menteri Rafiq Hariri, isu terakhir yang berkembang di Lebanon adalah tentang keberadaan Al Qaida di Lebanon.

Sebagaimana diketahui, Al Qaida adalah "anak emas" zionisme dan antek-anteknya. Didirikan CIA, dilatih Mossad, dan dibiayai regim Saudi Wahabiah. Mereka sukses menjalankan misi sandiwara serangan WTC 911 tahun 2001 untuk membuka jalan penyerbuan Amerika ke Afghanistan dan Irak. Mereka juga membantu NATO menjatuhkan Moammar Khadafi. Saat ini mereka aktif terlibat dalam kampanya aksi-aksi teror untuk menjatuhkan regim Bahar al Assad, pemimpin terakhir Arab yang masih berdiri menentang Israel.

Beberapa hari sebelum terjadi serangan bom di Damaskus, Syria, yang menewaskan puluhan korban sipil dan militer, menhan Lebanon Fayez Ghoson mensinyalir keberadaan teroris Al Qaida di perbatasan Lebanon yang akan menyusup ke Syria. Sinyalemen tersebut menjadi semakin kuat setelah terbukti terjadi serangan teroris di Syria.

Namun bukannya mendapat dukungan, Ghosn justru mendapat kecaman dari kelompok pro-Amerika yang membantah keberadaan Al Qaida di Lebanon. Bahkan perdana menteri Najib Miqati sendiri membantah pernyataan Ghosn tersebut dan menyebut pernyataan keberadaan Al Qaida hanya merugikan Lebanon. Ghosn hanya mendapat dukungan Michael Aoun, salah satu pemimpin Kristen anti-Israel, dan Hizbollah.

Namun dukungan kepada Ghosn kembali datang. Kali ini dari pemimpin partai Al-Marada Movement (Kristen) Suleiman Frangieh yang pada hari Senin lalu (2/1) mengadakan konperensi pers khusus tentang isu Al Qaida. Frangieh mendukung pendapat Ghosn dan menyatakan dengan tegas tentang keberadaan Al Qaida serta meminta militer Lebanon untuk membongkar pihak-pihak yang terlibat dalam penyusupan senjata dan teroris melalui perbatasan Lebanon-Syria.

Frangieh mengecam para pengkritik Ghosn yang disebutnya sebagai "serangan" tidak langsung kepada militer Lebanon. Frangiah, demi menggambarkan tekanan politik yang dihadapi menhan Ghosn, menceritakan tekanan serupa yang dihadapinya saat menjadi menhan Lebanon kala terjadi pemboman terhadap mantan perdana menteri Rafiq Hariri. Kala itu, tutur Frangieh, aparat keamanan Lebanon menemukan bukti bahwa bom yang menewaskan Rafiq tidak ditanam di dalam tanah. "Namun saya diancam untuk mengakui bom tersebut ditanam di dalam tanah, atau menghadapi tuduhan terlibat dalam pembunuhan Rafiq Hariri," kata Frangieh.

"Tujuan mereka (para pengkritik Ghosn) adalah menakut-nakuti kita sehingga kita tidak berani berbicara tentang masalah-masalah politik. Setiap orang yang berbicara, mereka langsung menuduhnya terlibat pembunuhan Hariri. Saat ini menhan (Ghosn) menghadapi kampanye serupa dan ia telah dibungkam, namun saya tidak. Pemerintah Lebanon telah "jatuh" karena isu ini," kata Frangeieh yang secara tidak langsung mengecam perdana menteri Najib Miqati yang membantah laporan Ghosn.

"Menyerang Ghosn adalah tindakan serangan tidak langsung kepada institusi militer untuk menghentikan peran mereka. Mereka ingin melindungi teroris melawan Syria, dan mereka yang memanfaatkan darah Rafiq Hariri sekarang memanfaatkan darah putra-putra Ersal. .... Masalahnya adalah mereka berusaha membuat orang-orang Sunni percaya bahwa orang-orang Syiah dan Kristen lah yang bertanggungjawab.”

"Kami mendukung pemerintah Syria namun tidak akan melakukan tindakan yang merugikan Lebanon. Kami tidak mengangkat gambar Presiden Al Assad melainkan gambar Presiden Lebanon. Kami percaya dengan hubungan yang baik dengan Syria meski bagi kami kepentingan Lebanon adalah yang utama, dan sejarah akan membuktikannya," tambah Frangieh.


Catatan:
Sejauh ini Al Qaida tidak berhasil menginfiltrasi Lebanon karena kuatnya kelompok Perlawanan anti-Israel yang bermusuhan dengannya. Beberapa tahun lalu Al Qaida berhasil menyusup ke dalam kamp pengungsi Palestina dengan misi utama memperkuat front anti Hizbollah, namun dihancurkan angkatan perang Lebanon yg kala itu masih dipimpin oleh Jendral Suleiman yg kini menjadi presiden Lebanon.

No comments: