Wednesday, 25 January 2012
SYRIA TOLAK MENTAH-MENTAH INTERVENSI ARAB
Tidak ada organisasi yang begitu munafik sebagaimana organisasinya orang-orang Arab, Liga Arab. Mereka diam membisu saat negara-negara Arab, Palestina dan Lebanon terus menerus dilecehkan dan dianiaya Israel. Mereka juga diam membisu meski wilayah-wilayah Palestina, Lebanon dan Syria masih diduduki Israel. Dan kini ketika Syria tengah dilanda krisis politik karena intervensi Amerika dan sekutu-sekutunya, Liga Arab berinisiatif mengirimkan tentaranya ke Syria. Tentu saja hal ini mengundang kemarahan Syria.
"Syria menolak pernyataan pejabat Qatar mengenai pengiriman pasukan Arab yang akan membuat krisis semakin memburuk... dan merintis jalan bagi terjadinya intervensi asing," kata menlu Syria, Selasa (17/1), menanggapi usulan pemimpin (sama sekali tak demokratis dan tak bermutu) Qatar, Emir Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani tentang pengiriman tentara Arab ke Syria.
"Rakyat Syria sepenuhnya menolak setiap bentuk intervensi asing. Mereka akan menentang semua upaya untuk melecehkan kedaulatan Syria dan integritas wilayahnya. Sangat menyedihkan jika darah rakyat Arab harus tumpah di Syria demi melayani kepentingan negara tertentu (Amerika)," tambah menlu Syria.
Dalam pernyataan tersebut menlu Syria juga meminta Liga Arab untuk menghentikan kampanye negatif melalui media massa mengenai Syria serta membantu Syria menghentikan penyusupan teroris dan senjata ke wilayah Syria.
Proposal pengiriman tentara ke Syria disampaikan pemimpin tak demokratis dan tak bermutu Emir Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani hari Sabtu (14/1) yang langsung mendapat respons positif dari Sekjen Liga Arab (juga manusia tak bermutu lainnya) Amir Moussa. Moussa, salah satu kandidat presiden Mesir mendatang, hari Minggu (15/1), menyatakan akan mendiskusikan usulan kontroversi tersebut. Namun hampir pasti usulan ini tidak akan benar-benar diwujudkan jika para pemimpin Arab masih mempunyai wajah, karena jika benar perang saudara sesama bangsa Arab akan terjadi di Syria demi kepentingan musuh bangsa Arab sendiri, yaitu Amerika dan Israel. Usulan ini sendiri juga telah mendapat penolakan keras dari sekutu Syria, Rusia, yang kini telah menempatkan satu armada lautnya di Syria.
SYRIA MENGHALANGI RENCANA AMERIKA-ISRAEL
Anggota parlemen Lebanon dari Hizbollah, Mohammad Raad, hari Sabtu (21/1), menyatakan dengan tegas bahwa negara-negara yang menuntut "demokrasi" terhadap Syria sebenarnya berniat untuk menyingkirkan peran Syria yang tegas menentang dominasi kepentingan Amerika-Israel di kawasan Timur Tengah.
"Mereka yang menaruhkan harapan pada perubahan kekuasaan melalui intervensi militer asing di Syria telah dipermainkan oleh negara-negara asing yang ingin menjerat mereka dalam proyek kepentingan asing. Mereka tenggelam dalam harapan palsu dan ambisi yang menjadikan mereka tetap sebagai boneka yang diperalat kepentingan asing," kata Raad di Sidon, Lebanon, Sabtu (21/1).
Raad juga dengan tegas menolak berbagai upaya melemahkan (gerakan/kelompok) "Perlawanan" (terhadap Israel. Di Lebanon frasa "perlawanan" telah menjadi identitas bagi gerakan atau organisasi-organisasi perlawanan terhadap Israel).
"Tenggorokan Israel telah berada di tangan kami. Kami tidak ingin perang meletus, tapi jika terpaksa kami siap menghadapinya," kata Raad.
"Melalui pengalaman pertempuran-pertempuran melawan Israel kami sadar bahwa jika mereka yakin akan berhasil melakukan aksi militer, tidak ada kekuatan di dunia yang bisa mencegah mereka melakukannya. Tapi kini tampak jelas bahwa mereka ketakutan untuk melakukan serangan, karena mereka sadar bahwa tindakan semacam itu hanya akan menjadikan bencana bagi mereka," tambahnya.
DUKUNGAN UNTUK REGIM SYRIA
Selain negara-negara Iran, Lebanon, Rusia dan Cina, pemerintahan Syria masih mendapatkan dukungan kuat dari masyarakat Shiah, Kristen dan Druze baik di Syria maupun di Lebanon. Dan tentu saja kelompok Alawite yang banyak terdapat di Syria dan Turki. Satu kelompok politik Turki baru-baru ini juga menyatakan dukunganya kepada regim Presiden Bashar al Assad. Pendek kata semua orang menyadari bahwa krisis politik di Syria disebabkan konspirasi zionisme internasional untuk menyingkirkan regim Bashar al Assad karena kegigihannya melawan kepentingan zionis.
Baru-baru ini presiden Bashar al Assad bahkan mendapat penghargaan dari asosiasi penulis Rusia karena konsistensi sikap politiknya itu.
Dukungan juga diberikan oleh masyarakat intelektual Arab yang tergabung dalam "Arab Popular Initiative for Opposing Foreign Intervention". Mereka terdiri dari para aktifis organisasi civil society Arab National Conference, Arab-International Forum for the Support of the Resistance, Arab Parties Congress, National Islamic Conference, Popular Mobilization Organization, Arab Center for Communication and Solidarity, serta Pan-Arab Forum.
Pada hari Kamis lalu (19/1) mereka menemui Bashar al Assad untuk memberikan dukungan kepadanya. Dalam pernyataannya, delegasi "Arab Popular Initiative for Opposing Foreign Intervention" menyatakan dukungan penuhnya kepada pemerintah dan rakyat Syria dalam melawan intervensi dan konspirasi asing (zionisme). Delegasi selanjutnya menyatakan bahwa "Syria bukan hanya bagi rakyat Syria sendiri, melainkan juga untuk seluruh bangsa Arab berdasar sejarahnya dalam gerakan Arabisme dan perlawanan melawan zionisme". Selanjutnya ditambahkan delegasi bahwa, "melukai Syria berartu juga melukai seluruh bangsa Arab dan seluruh gerakan perlawanan. ... Menjadi kewajiban seluruh rakyat Arab untuk menghadapi apa yang tengan dihadapi rakyat Syria."
Menanggapi dukungan itu, Bashar al Assad mengatakan, dukungan tersebut akan menyatukan seluruh kekuatan dan kepercayaan diri rakyat Syria.
Bashar juga menyindir negara-negara Arab badui gurun (Saudi Wahabiah, Qatar dll) yang menuntut Syria untuk demokratis. Menyebut parlemen Syria telah terbentuk sejak tahun 1930-an, Bashar berkata, "Di mana mereka saat itu?"
Sumber: almanar.com.lb
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment