Monday, 16 January 2012

RUSIA ANGGAP SERANGAN KE IRAN SEBAGAI SERANGAN KE RUSIA


Rusia menganggap setiap serangan militer terhadap Iran sebagai ancaman terhadap keamanan Rusia. Dengan kata lain Rusia akan membela Iran habis-habisan terhadap kemungkinan serangan militer Amerika dan sekutunya. Hal itu dikemukakan oleh dubes Rusia untuk NATO yang baru saja ditunjuk sebagai Deputi Perdana Menteri, Dmitry Rogozin, Jum'at (13/1). Pernyataan itu dibuat selang dua hari setelah terjadinya pembunuhan ahli nuklir Iran.

"Iran adalah tetangga kami. Setiap aksi militer yang ditujukan kepada Iran akan dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keamanan Rusia," kata Rogozin kepada para wartawan di Brussels, sebelum kembali ke Rusia untuk menunaikan tugas barunya.

Rogozin adalah pejabat Rusia yang oleh barat dianggap sebagai anti-barat. Ia dikenal dekat dengan perdana menteri Vladimir Putin. Tugas barunya sebagai deputi Putin akan memberinya kewenangan mengawasi semua kebijakan pertahanan dan keamanan Rusia.

Menurut Rogozin Rusia menolak semua bentuk sanksi kepada Iran. "Kami tentu saja lebih tertarik pada perjanjian non-proliferation senjata pemusnah massal. Namun pada saat yang sama kami percaya bahwa semua negara memiliki hak untuk menjaga keamanan negaranya, termasuk Iran," kata Rogozin.

Sementara pejabat Rusia lainnya, Ketua Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, menuduh Israel terus mendorong Amerika untuk melakukan aksi militer terhadap Iran.

"Ada kemungkinan serius terjadinya eskalasi militer karena tindakan Israel yang terus mendorong Amerika," kata Patrushev kepada kantor berita Interfax, kemarin (16/1).

Patrushev, sekutu dekat Vladimir Putin, mengingatkan bahwa Iran mempunyai kemampuan untuk menutup Selat Hormuz, jalur yang dilalui oleh sekitar 20% produksi minyak dunia yang berasal dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk Parsia.

"Tidak boleh dikesampingkan bahwa Iran akan mampu mewujudkan ancamannya menutup ekspor minyak Saudi yang melalui Selat Hormuz, jika tindakan militer dilakukan kepada mereka," tambah Patrushev.

Sebuah studi yang dilakukan 2 universitas terkemuka Amerika, Harvard dan MIT, tahun 2008 lalu menyebutkan bahwa Iran memiliki kemampuan militer untuk menutup Selat Hormuz dengan mengandalkan rudal jelajah anti-kapal, ranjau laut, dan sistem pertahanan udara yang dimilikinya. Penutupan Selat Hormuz sebulan saja, demikian studi tersebut, akan menciptakan bencana ekonomi global. Harga minyak mentah dunia akan meroket hingga $200 per-barrel.

Menurut Patrushev, tujuan utama Amerika atas Iran sebenarnya adalah perubahan regim, bukan menghentikan program senjata nuklir Iran. “Talk about Iran creating an atomic bomb by next week we have heard for many years,” he said. Instead of making sure Iran does not develop a nuclear weapon, the United States is attempting to overthrow Iran’s leadership using “all available means” to make the country into “a loyal partner,” katanya.

Patrushev juga percaya bahwa Amerika dan NATO pada akhirnya akan melakukan intervensi militer terhadap Syria.

“Kami mendapat informasi bahwa NATO dan beberapa negara Teluk tengah melakukan skenario yang sama sebagaimana Libya, mengubah tindakan intervensi tidak langsung menjadi intervensi militer langsung. Kali ini kekuatan utamanya bukan lagi dipegang oleh Perancis, Inggris atau Italia, namun kemungkinan adalah Turki yang sampai saat ini masih menjalin hubungan intens dengan Syria dan menjadi rival Iran dalam mewujudkan ambisinya," kata Patrushev kepada surat kabar "Kommersant", Kamis (12/1).

Rusia telah mengisyaratkan akan membela Syria habis-habisan. Untuk menunjukkan keseriusannya membela sekutu dekatnya itu, Rusia telah mengirimkan satu armada tempur yang dipimpin satu-satunya kapal induk yang dimiliknye ke Syria.

No comments: