Wednesday 24 February 2016

Joey Alexander, Johny Deep dan LGBT

Indonesian Free Press -- Beberapa hari terakhir ini Indonesia dihebohkan berita tentang Saiful Djamil dan Joey Alexander.

Sebenarnya keduanya melakukan hal yang bertolak belakang. Jika Saiful Djamil melakukan perbuatan amoral yang membuat malu keluarga dan teman-temannya, Joey justru melakukan sesuatu yang membanggakan bangsa dan negara, yaitu tampil di acara penganugerahan Grammy Award 2016 sebagai nominator dua kategori sekaligus: Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz Instrumental Album

Meski bukan penggemar musik jazz yang fanatik dan awalnya saya meragukan prestasi Joey sebagai 'karbitan penguasa kegelapan', setelah mencari informasi dan mendengarkan permainan musiknya, akhirnya harus saya akui bahwa prestasi Joey memang sangat luar biasa sehingga ia berhak mendapat gelar 'bocah ajaib' (prodigy).

Apa yang bisa dikatakan tentang seorang bocah kecil yang bermain musik jazz sepanggung dengan 'dewa' jazz Wynton Marsalis di acara Lincoln Center's Gala? Bahkan legenda Jazz Indonesia, almarhum Bill Saragih, satu-satunya orang Indonesia yang (setidaknya sampai tahun 2000 seperti pengakuan Bill Saragih sendiri kepada blogger) fotonya muncul di halaman pertama media paling laris Amerika USA Today, tidak pernah mendapatkan kehormatan seperti itu.

Namun ada yang mengganggu saya, ketika saya melihat foto Joey Alexander  bersama aktor Hollywood terkenal Johny Deep. Saya jadi ingat dengan kasus West Memphis Three tahun 1993. Ini adalah kasus pembunuhan tiga anak-anak oleh tiga remaja pemuja setan. Tiga orang terdakwa terbukti melakukan pembunuhan keji tersebut dan dijatuhi hukuman antara hukuman mati dan hukuman penjara seumur hidup. Namun, dengan tekanan media massa dan kampanye sosial oleh para pemuja setan, para pembunuh keji itu dibebaskan dari hukuman. Salah seorang yang aktif melakukan tekanan publik bagi pembebasan tersebut, adalah Johny Deep. (Untuk lebih lengkapnya silakan klik di sini)

Selain itu, saya juga teringat dengan kasus penyanyi Kesha Rose Sebert yang terjadi belum lama berselang. Kesha adalah seorang korban dunia hiburan Amerika yang mengalami kekerasan dan pemerkosaan oleh produser musik terkenal Lukasz Gottwald (Dr Luke). Namun, ketika Kesha mengajukan tuntutan untuk mengakhiri kontrak, karena tindakan-tindakan kriminal yang ia terima, pengadilan Manhattan, minggu lalu, justru mengukuhkan kontrak tersebut dan memaksa Kesha menjalani mimpi buruknya.

Dunia hiburan Amerika memang kejam. Dan saya sangat tidak rela jika Joey Alexander, jenius musik INdonesia, mengalami mimpi buruk seperti Kesha.

Dalam beberapa minggu terakhir ini, publik INdonesia memang diributkan oleh isyu tentang LGBT, dan kasus Syaiful Djamil menjadi salah satu pemanisnya. Saya percaya, seperti sudah berulangkali saya tulis di blog ini, 'penguasa kegelapan' tengah mengkampanyekan LGBT di Indonesia. Namun blog ini bagaikan mendapatkan durian runtuh. Karena isyu LGBT ini blog ini mendapatkan kunjungan yang fantastis. Selama lima hari, sejak Jumat (19 Februari) hingga saat tulisan ini dibuat, satu postingan bertema LGBT berjudul 'Pesan berbahaya dalam kemasan Susu Indomilk!!!' telah dikunjungi sebanyak 135 ribu kali lebih dan masih dikunjungi ribuan kali sampai saat ini. Kunjungan tertinggi bahkan mencapai 57 ribu lebih dalam sehari.(ca)

1 comment:

kasamago.com said...

Semoga Tuhan YME melindungi kiprah Joey Alexander di benua Konspirasi..