Friday 19 February 2016

Irak Kirim Ribuan Pasukan ke Perbatasan Saudi

Indonesian Free Press -- pemerintah Irak mengirim 'pasukan besar' ke perbatasan Saudi Arabia untuk mengawasi latihan perang yang digelar koalisi pimpinan Saudi Arabia. Demikian, anggota komisi pertahanan parlemen Irak, Adnan al-Asadi, mengatakan kepada kantor berita Irak INA, seperti dilaporkan Sputnik News, Kamis (18 Februari).

Hal ini mencerminkan 'sikap' rakyat Irak yang anti-Saudi/Amerika, meski pemerintah Irak secara resmi tidak membuat pernyataan apapun perihal latihan perang itu. Irak merupakan anggota koalisi anti-terorisme ISIS yang digalang Rusia bersama Iran, Suriah dan Hizbollah. Koalisi ini dikabarkan telah membangun pusat komando bersama di Baghdad, Irak.

Pada hari Selasa (16 Februari) Saudi bersama-sama sejumlah negara Arab seperti Mesir, Sudan, Yordania dan negara-negara Teluk, memulai latihan perang besar-besaran di barat-laut Saudi Arabia, dekat dengan perbatasan Irak. Latihan perang ini berlangsung selama 18 hari dengan melibatkan lebih dari 150.000 pasukan.

Diklaim sebagai latihan perang terbesar yang diadakan di kawasan Timur Tengah, para pengamat menyebut latihan perang ini ditujukan untuk menunjukkan kesiapan Saudi Arabia dan koalisinya menghadapi konflik militer di kawasan. Minggu sebelumnya Saudi Arabia menyatakan kesiapan untuk mengirim pasukan ke Suriah bersama koalisi internasional.

"Sejumlah besar pasukan telah dikirim untuk mengawasi kegiatan latihan di perbatasan Irak-Saudi, dengan berkoordinasi dengan otoritas keamanan," kata al-Asadi seperti dikutip dalam laporan itu.

Asadi mengatakan bahwa setiap pelanggaran wilayah Irak oleh pasukan koalisi pimpinan Saudi akan dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan Irak, dan harus ditindak tegas.

Sementara politisi Irak yang lain, Iskander Vitvit, mengatakan bahwa pemerintah Irak harus mengesampingkan hubungan diplomatik dengan Saudi yang baru saja pulih, dan memperkuat hubungan dengan Russia.

"Latihan perang itu merupakan bagian dari rencana memecah belah Irak, yang didukung oleh Saudi Arabia dan AS, dengan berkoordinasi dengan Turki. Tapi mereka sadar bahwa Irak tidak lagi seperti dahulu dan siap untuk melawan (rencana itu)," kata Vitvit.

Sebelumnya, Ahmed Assadi, juru bicara milisi Irak Popular Mobilization Units, mengatakan bahwa setiap pelanggaran wilayah Iraq oleh Saudi Arabia akan menyebabkan Saudi harus kehilangan prajuritnya.

"Kami akan mengingatkan mereka dengan peringatan yang jelas, dengan mengatasnamakan semua pejuang dan tentara Irak bahwa negeri ini akan menjadi kuburan bagi siapapun yang menyentuhnya," kata Assadi kepada televisi Alsumaria.

Koalisi militer pimpinan Saudi dibentuk pada bulan Desember 2015 lalu beranggotakan 30 negara Islam, termasuk Mesir, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, Yordania, Libya, Malaysia, dan Pakistan. Indonesia juga sudah dibujuk untuk menjadi anggota koalisi, namun ditolak pemerintah.(ca)


1 comment:

Unknown said...

Irak kini lbh pro Iran. Diam2 garda revolusi aktif membntu mningktkn kekuatan pertahanan irak


http://kasamago.com/battle-of-aleppo-kunci-sekaligus-titik-balik-perang-suriah/