Saturday, 17 March 2018

NASIONALISME PRIBUMI JUGA TENGAH DIUJI DI MALAYSIA

Indonesian Free Press -- Bulan Agustus 2015, ketika mantan Perdana Menteri dan politisi paling senior di Malaysia, Mahathir Muhammad, bergabung dengan kubu oposisi bersama mantan Wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim, partai Islam PAS, partai Cina Democratic Action Party (DAP), orang-orang liberalis dan kelompok-kelompok minoritas dengan mengikuti aksi demonstrasi anti-pemerintah, karier politik Perdana Menteri Najib Razak dengan koalisi partai-partai pendukungnya, Barisan Nasional, sepertinya tidak akan bisa lagi bertahan lama. Apalagi Najib juga tengah dilanda kasus-kasus yang menjeratnya dan mendegradasi popularitasnya, yaitu kasus korupsi perusahaan investasi 1MDB dan kasus pembunuhan seorang model asal Mongolia.

Namun, nyatanya Najib dan Barisan Nasional, masih tetap bertahan sampai saat ini. Mengapa? Blogger melihat adanya faktor sentimen 'nasionalisme pribumi'. Faktor ini, di satu sisi memberikan keuntungan besar bagi Barisan Nasional yang merupakan simbol kekuatan politik kelompok nasionalis-pribumi, dan di sisi lain menjadi batu sandungan bagi kubu oposisi. Bagi 

Barisan Nasional, sentimen nasionalisme-pribumi yang menguat beberapa tahun terakhir seakan menjadi energi baru setelah partai ini terpukul oleh skandal-skandal Najib Razak. Sementara bagi kubu oposisi, kebangkitan sentimen ini bagaikan buah simalakama. Mereka tidak bisa mengikuti sentimen ini karena keberadaan DAP dan kelompok-kelompok minoritas di kubu mereka. 

Namun, jika dilawan, hal itupun justru semakin memperkuat Barisan Nasional. Maka, yang bisa dilakukan kubu oposisi adalah 'diam' dengan menghentikan aksi-aksi demonstrasi anti-pemerintah, dan menunggu proses pemilu tahun ini.

Sentimen nasionalisme-pribumi sangat terasa akhir-akhir ini, terutama berkaitan dengan kasus perselisihan politik antara para tokoh Barisan Nasional dengan miliuner keturunan Cina, Robert Kuok. Seperti dilaporkan media-media Malaysia dan media internasional akhir bulan lalu, Robert Kuok terlibat 'perang kata-kata' dengan sejumlah tokoh Barisan Nasional dengan Robert Kuok dan pendukung-pendukungnya.

Seperti dilaporkan South China Morning Post, 27 Februari, Robert Kuok dalam pernyataannya mengecam perkataan sejumlah tokoh Barisan Nasional yang menuduhnya telah melakukan pengkhianatan dengan memberikan dukungan diam-diam kepada kubu oposisi. Tidak hanya itu, ia juga mengancam akan melakukan langkah hukum atas tuduhan itu.

Pernyataan KUok itu diperkuat dengan pernyataan Liow Tiong Lai, Menteri Transportasi berdarah Cina yang merupakan warga etnis Cina dengan jabatan tertinggi dalam kabinet Najib, yang mengecam tuduhan kepada KUok sebagai 'fitnah tak berdasar' dan mendesak Najib untuk bertindak.

"Sejumlah pengamat menilai tuduhan-tuduhan terhadap Kuok merupakan bentuk dari sentimen ras dari sejumlah elit Barisan Nasional, menunjukkan adanya upaya-upaya untuk memunculkan sentimen anti-Cina di kalangan warga mayoritas Melayu menjelang pemilu mendatang," tulis South China Morning, media 'corong' kepentingan warga keturunan Cina perantauan di kawasan Asia Timur.

Sikap Perdana Menteri Najib Razak sendiri relatif 'netral'. Ia berusaha mendinginkan suasana dengan memberikan pujian terhadap Kuok, namun juga mengingatkan bahwa keberhasilannya tidak mungkin tercapai tanpa dukungan pemerintah.

Najib Razak diperkirakan bakal bertarung keras melawan Mahathir Muhammad untuk memperebutkan jabatan Perdana Menteri bulan Agustus mendatang. Salah satu 'faktor'-nya adalah karena Mahathir Muhammad memimpin koalisi oposisi yang salah satunya adalah Democratic Action Party (DAP) yang merupakan representasi warga keturunan Cina.

Robert Kuok (94 tahun) dianggap sebagai ikon warga Cina perantauan yang dalam beberapa tahun terakhir telah menggelontorkan miliaran dollar investasi dalam pembangunan infrastruktur jalan dan pelabuhan di Malaysia. Situs Malaysia Today memulai perselisihan antara Kuok dengan Barisan Nasional setelah menampilkan sejumlah artikel yang menuduh Kuok secara diam-diam memberikan dukungan kepada kelompok oposisi, terutama partai DAP dan media The Malaysian Insight. 

Menanggapi serangan itu, Robert Kuok menyebut Malaysia Today telah menyebarkan fitnah yang serius. Ia juga mengancam akan melakukan langkah hukum kepada media tersebut.

"Saya berhak untuk mengambil segala langkah yang diperlukan," ancam Kuok dalam pernyataannya. 

Sebelum ancaman itu, sejumlah tokoh Barisan Nasional turut menyerang Kuok. Nasri Aziz, Menteri Pariwisata, menantang Kuok untuk pulang ke Malaysia dan mengikuti bertarung secara politik.

"Jika Anda cukup jantan, pulanglah (ke Malaysia) dan mengikuti pemilu," kata Aziz, menyindir Kuok yang lebih suka tinggal di Hongkong daripada Malaysia, meski ia masih warga negara Malaysia. 

Dalam pernyataan lain, ia mengatakan, "JIka Anda merasa kaya raya, bertarunglah secara politik. Jangan menjadi pengecut dan bersembunyi sambil membiayai DAP untuk menggulingkan pemerintah."

Pengamat politik Malaysia dari Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Rashaad Ali said Nazri, menyebut pernyataan Aziz merupakan tipikal kekhawatiran warga Melayu Malaysia terhadap ancaman dominasi etnis Cina. 

Kuok, jutawan asal Johor yang bisnisnya 'meledak' sejak tahun 1960-an, memiliki sejumlah usaha besar termasuk Shangri La Hotels and Resorts dan Kerry Group. Dalam 'memoirs' yang ditulisnya tahun lalu berjudul 'Mother, Mao, and Hong Kong taxes: the Robert Kuok memoirs', Kuok mengecam kebijakan Barisan Nasional yang memberikan perhatian lebih besar kepada warga mayoritas Melayu.(ca)

4 comments:

Kasamago said...

Apapun yg terjadi.. supremasi Melayu harus di aman kan sebagai Bumiputera..

sayednoordin said...

sentimen perkauman sentiasa didendang menjelang Pemilu.Padahal dlm BN juga ada ras yg.bukan bumiputera..Cina,India ,..dll.malysia tidak akan selesai aman ..jika isu perkauman didendang...

abu bakar said...

Sudah lama merdeka namun lagu lagu rasis Dari parti rasis tetap bergema, melancarkan slogan Malaysia boleh bukan untuk untuk pembangkang boleh,until pemerintah semua boleh

Anonymous said...

Semoga Malaysia tidak disingapurankan