Monday 16 April 2018

Benarkah sistem pertahanan Rusia di Suriah “rontok”

Benarkah sistem pertahanan Rusia di Suriah “rontok” sebagaimana yang disebutkan Detik.com?

Kami pikir, ini interpretasi yang salah. Kalau judul semacam itu dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa Rusia “TIDAK BERBUAT APA-APA” saat AS dan sekutunya meluncurkan serangan ke Suriah beberapa hari lalu, berarti ada yang perlu kita luruskan.


Mungkin Anda tahu bahwa di Suriah terdapat sistem pertahanan udara Rusia S-300 dan S-400. Lalu, banyak yang bertanya soal, di mana S-300 dan S-400 yang “katanya” ditempatkan di Suriah saat AS dan sekutunya mengebom Suriah? Kenapa tidak diaktifkan?

Ada banyak kesalahpahaman tentang penempatan sistem pertahanan Rusia di Suriah. Kebanyakan orang berpikir S-300 dan S-400 di Suriah untuk "melindungi" Suriah. Sebetulnya, tidak demikian.

Jika ditarik ke belakang, Rusia pertama kali mengirim S-400 ke Suriah sebagai respons atas ditembakjatuhnya Su-24 Rusia oleh AU Turki. Sejak itu, Rusia mengerahkan S-400 ke Suriah. Di mana? Di sekitar pangkalan udara Hmeimim yang memang menjadi markas pasukan Rusia di Suriah. Tujuannya? Untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali — melindungi fasilitas militer Rusia.

Setahun kemudian, Rusia mengirim S-300 ke Suriah setelah gagalnya kerja sama antara Rusia dan AS, serta munculnya desas-desus bahwa AS hendak mengebom pangkalan Suriah. S-300 pun dikirim. Ke mana? Ke pelabuhan Tartus. Ada apa di Tartus? Tartus merupakan fasilitas perbaikan dan dermaga untuk kapal-kapal Rusia.

Pada perkembangannya, Rusia dan Suriah bahkan telah menandatangani kesepakatan untuk mengubah fasilitas perbaikan dan dermaga di Tartus menjadi pangkalan militer. Artinya, S-300 pun ditempatkan untuk “menjaga” fasilitas Rusia.

Banyak yang bertanya, kalau Rusia merasa benar dan ingin melindungi Suriah, kenapa tidak langsung tembak saja pihak-pihak pengganggu? Percayalah bahwa masalah politik tidak semudah itu. Ada konsekuensi berat yang harus ditanggung, bukan hanya oleh pihak-pihak yang bertikai, tapi juga oleh dunia.

Jadi, selama AS “tidak mengancam” keberadaan Rusia di Suriah, tentu S-300 dan S-400 tidak akan digunakan untuk melawan AS karena artinya dalam hal ini memang tidak ada masalah antara kedua negara (terlepas dari segala perbedaan di antara keduanya). Bukan karena sistem pertahanan yang “rontok”.

Kenapa Rusia hanya “mengecam”? Semua juga bisa kalau hanya “mengecam”. Lantas, harus apa lagi? Inilah politik. Apakah Anda berharap untuk perang terbuka? Apakah Anda ingin terjadi Perang Dunia III (seperti yang sempat ramai diisukan) terjadi di tanah Suriah? Tidak semudah itu.

Namun, “kecaman” itu tentu saja bukan sekadar kata-kata, tapi ada tindak lanjut yang dilakukan melalui saluran komunikasi organisasi dunia. Apa kita ingin Rusia “menyerang” AS dan besok terjadi perang besar di dunia ini?

Semua harus dilakukan dengan penuh hati-hati. Situasi dunia cukup kacau, dan kita tidak butuh pihak yang justru membuat situasi makin kacau. Rusia cukup “waras” dalam hal ini.

Kehadiran Rusia di Suriah bukan untuk “melawan” koalisi lain yang (terlepas kehadirannya tidak legal secara hukum internasional) beroperasi di Suriah.

Pemerintah Suriah meminta bantuan Rusia pada 2015 lalu untuk menumpas ISIS dan kelompok teroris lainnya, sambil berupaya mendorong pembicaraan damai dengan phak-pihak yang bermusuhan. Jadi, BUKAN untuk melawan koalisi pimipinan AS.

Perang adalah hal yang buruk, apa pun itu bentuknya, dan karena itu, ini bukan soal peralatan militer mana yang lebih ampuh melawan satu sama lain. Apa yang dilakukan AS, tentu saja, seharusnya tidak bisa ditoleransi.

Jika dunia memang peduli pada Suriah, tentu dunia juga perlu bersikap keras pada AS. “Adu kekuatan” militer antara dua kekuatan besar tentu bukan hal yang bijaksana. Tidak ada yang mau perang besar terjadi esok hari di lingkungan kita.

Sekali lagi, kami mengimbau pada media-media di Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam menulis berita atau mengutip berita yang tanpa dipikirikan secara cermat. Silakan bertanya pada kami untuk mengonfirmasi. 


Keterangan: postingan ini dicopas dari RBTH Indonesia.

1 comment:

abu bakar said...

Tidak berbuat apa apa beerti peranan Russia minima, saa urusin sendiri semua rudal rudal musuh