Monday, 30 April 2018

15 Saksi Bantah Tuduhan Serangan Kimia Suriah di Pengadilan Internasional

Indonesian Free Press -- 15 saksi mata membantah tuduhan serangan senjata kimia oleh pemerintah Suriah di Pengadilan Kejahatan Internasional (The Haque) di Den Haag, Belanda, Kamis (26 April). 

Seperti dilaporkan Reuters, JUmat (27 April), para saksi itu mengatakan tidak melihat adanya bukti-bukti serangan senjata kimia di Douma. Ini mengkonfirmasi laporan sejumlah media independen yang menuding tuduhan serangan senjata kimia tersebut adalah 'setingan' dengan aktor utamanya kelompok aktivis 'White Helmets'.


Salah seornag saksi, bocah berumur 11 tahun bernama Hasan Diab yang adalah warga Ghouta, mengatakan bahwa ia berada di rumah sakit di Douma ketika para awak medis tiba-tiba mengguyurkan air ke wajahnya.

"Mereka mulai mengguyurkan air ke wajah saya. Saya tidak tahu mengapa?," katanya.

Lebih jauh Hassan dan ayahnya yang juga hadir dalam kesaksian itu, mengatakan bahwa mereka telah ditipu untuk terlibat dalam 'sandiwara' dengan imbalan “kurma, biskuit dan beras”.

Hassan mengatakan dirinya dipaksa untuk pergi ke rumah sakit. 

"Kami tengah berada di lantai dasar (rumah) dan kami mendengar orang-orang berteriak agar kami segera pergi ke rumah sakit. Kami masuk rumah sakit setelah melalui banyak terowongan, dan di rumah sakit mereka mulai mengguyurkan air kepada kami, air yang dingin," kata Hassan.

Ayah Hassan, Omar Diab, menambahkan: "Istri saya mengatakan bahwa anak-anak dibawa ke rumah sakit tanpa meminta ijin orang tuanya. Kemudian kami mengetahui bahwa itu semua adalah setingan."

Ke-15 sakti itu dihadirkan oleh Rusia, sementara negara-negara Barat menolak hadir dalam sidang tersebut.

Wartawan senior INggris Robert Fisk, menulis laporan investigatif tentang insiden 'serangan senjata kimia' tersebut di The Independent, Selasa (17 April) berjudul 'The search for truth in the rubble of Douma – and one doctor’s doubts over the chemical attack'. Alih-alih menemukan buktinya, Fisk justru melihat sejumlah kejanggalan dan bantahan. Salah satunya dari seorang dokter yang bertugas di rumah sakit Douma

"Saya bersama keluarga saya di lantai dasar rumah saya, tiga ratus meter dari sini (rumah sakit) pada malam yang semua dokter mengetahui apa yang terjadi. Ada banyak pemboman dan pesawat-pesawat pembom selalu terbang melintas di malam hari. Namun pada hari itu ada angin kencang dan debu-debu mulai masuk ke lantai dasar dimana orang-orang mengamankan diri. Orang-orang mulai berdatangan ke sini, mereka menderita hypoxia, kekurang oksigen. Kemudian, seseorang di depan pintu, seorang anggota “White Helmet”, berteriak “Gas!”, dan kepanikan pun dimulai. Orang-orang mulai saling mengguyurkan air. Benar, video itu dibuat di sini, itu asli, namun yang terjadi adalah orang-orang menderita karena hypoxia, bukan gas kimia.”(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Negara barat ga berani hadir, sama saja mengakui kebohongan nya..