Sunday 8 March 2020

Pangeran Salman Tangkap Keluarga Sendiri dgn Dakwaan Kudeta

Indonesian Free Press -- Putra Mahkota dan Menhan Saudi Arabia Mohammad bin Salman (MBS) menangkap empat orang anggota keluarga sendiri karena dugaan merencanakan kudeta. Di antara yang ditangkap adalah pamannya sendiri dan sepupunya yang mantan Putra Mahkota. Demikian seperti dilaporkan Russia Today hari ini (8 Maret).

"Beberapa anggota senior keluarga kerajaan Saudi ditangkap karena merencanakan kudeta melawan Raja bersama kekuatan-kekuatan asing termasuk Amerika, media Barat melaporkan. Apa yang terjadi di kerajaan kaya minyak itu?" tulis Russia Today.


Penangkapan itu terjadi hari JUmat (6 Maret). Mereka yang ditangkap adalah Panggeran Ahmed bin Abdulaziz, adik kandung Raja Salman sekaligus paman dari MBS. Yang lainnya adalah Mohammed bin Nayef, keponakan raja dan pendahulu MBS sebagai Putra Mahkota sebelum dilengserkan Raja Salman untuk memberi jalan putra kandungnya sendiri, MBS, menjadi raja. Terakhir adalah Nawaf bin Nayef, saudara tiri Pangeran Nayef.

Sehari kemudian Pangeran Nayef bin Ahmed yang merupakan mantan kepala inteligen militer juga ditangkap.

Reuters melaporkan bahwa Mohammed bin Salman menuduh mereka bertiga telah berkhianat dengan 'menjalin kontak dengan kekuatan-kekuatan asing, termasuk Amerika, untuk melakukan kudeta melawan Raja'. Namun belum ada keterangan resmi dari otoritas Saudi tentang hal ini.

Setelah diangkat sebagai Putra Mahkota dengan menyingkirkan Mohammed bin Nayef tahun 2017, MBS dianggap sebagai penguasa sebenarnya kerajaan Saudi, terlebih karena Raja Salman sudah berumur 84 tahun dan sakit-sakitan. Sejumlah rumor juga beredar bahwa MBS telah menahan ayah kandungnya sendiri di istana setelah ia menyingkirkan pengawal-pengawal raja yang loyal.

Setelah menjadi penguasa Saudi, sejumlah langkah kontroversial dilakukan MBS. Pertama kalinya adalah dengan menahan sejumlah anggota senior kerajaan, pejabat tinggi sipil dan militer yang dianggap sebagai saingan MBS dalam perebutan kekuasaan. Mereka kemudian dilepaskan setelah bersedia mengembalikan sejumlah besar uang. Namun setidaknya tiga orang tidak beruntung dan meninggal dalam aksi penangkapan dan penyiksaan. Hampir bersamaan dengan aksi tersebut MBS juga sempat menahan PM Lebanon, Saad Hariri, yang tidak lain adalah anggota kerajaan Saudi. Ia ditahan karena dianggap gagal untuk meminggirkan kelompok Hizbollah. Selanjutnya MBS juga memerintahkan invasi besar-besaran Saudi dan koalisinya ke Yaman tahun 2015.

Namun, yang paling kontroversi tentu saja adalah pembunuhan keji terhadap jurnalis senior Jamal Khasoggi di Konsulat Saudi di Turki. MBS diyakini kuat sebagai pemberi perintah pembunuhan.(ca) 

No comments: